3️⃣8️⃣

5.2K 333 81
                                    

Agam terlihat duduk dengan santai, begitupun dengan Darren yang kebetulan sedang berkunjung ke kediaman sepupunya itu. Dan Ayunda, ia juga tampak berada di ruang tamu untuk mendengarkan apa yang akan Nezar katakan.

"Jadi? Ada apa?" Tanya Agam.

Nezar menegakkan posisi duduknya. "Tante, Kak, aku--"

"Nezar mau tunangan dulu katanya." Sahut Elora karena Nezar terlalu lama mengatakannya.

Ayunda dan Agam saling melirik.

"Gini, bukannya gak setuju, tapi ini-- wait, kalian udah yakin?"

Nezar mengangguk pasti.

"Maksud gue itu gini, 2-3 bulanan lagi lo lulus. Terus kuliah. Lo yakin kalau El yang lo butuhin? Jangan karena lo mau doang, kemauan bisa berubah." Ucap Agam.

"I love her and i need her."

Ayunda mengangguk paham. "Zar, Tante denger kamu akan kuliah di luar negeri. Kalau iya, coba kamu pikirin lagi, ini akan berhasil?"

Elora terkejut.

"Kamu gak bilang bakal kuliah jauh sampe ke luar negeri. Gimana sih!" Bingung Elora.

"Aku mau ngasih tahu kamu, tapi setelah pertunangan kita nanti El..." Ucap Nezar.

Elora berdiri dari duduknya. "Kalau gitu aku gak mau. Harusnya kamu bilang, ngomong ke aku."

"El dengerin aku dulu,"

Elora memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Dan Nezar tidak bisa mengejar karena Agam langsung menahan pergelangan tangannya.

"Jangan dulu dikejar, kasih waktu. Salah sendiri gak ngasih tahu dia." Ucap Agam.

Nezar mengangguk pelan, itu memang kesalahannya.

"Zar, gue gak mau hal yang terjadi sama Alanna keulang ke Elora. Gak ada jaminan yang bisa menjamin lo setia di sana." Ucap Darren.

Ayunda mengangguk setuju, begitupun dengan Agam.

Nezar mengerti, wajar jika mereka mengkhawatirkan hal itu.

"Kamu harus bisa meyakinkan kami, Zar." Ucap Ayunda. "Tante gak mau Elora sakit hati lagi,"

Nezar sangat paham akan hal itu, bahkan sampai sekarang Elora masih dikelilingi oleh trust issues dan itu karena kesalahannya. Elora disakiti oleh Ayahnya, lalu dirinya. Dan Nezar menyesal akan hal itu.

"Kalau bisa, lo kuliah di kota ini aja. S2 baru deh lo keluar, bawa El juga." Ucap Agam.

Darren mengangguk setuju. "Gue gak mau adek sepupu gue overthinking tiap hari, mikirin lo di sana ngapain aja dan sama siapa aja. Lo tau sendiri, Elora kayak gimana."

Nezar mengusap rambutnya ke arah belakang.

"Iya, itu juga baru keinginan Ayah aku , Tan. Aku belum mutusin iya atau enggaknya." Ucap Nezar.

Darren tersenyum miring. "Lo yakin bokap lo akan nurunin egonya dia, apalagi buat Elora?"

"Gue akan usahain yang terbaik."

"Mending sekarang lo pulang, nanti malam atau besok lu baru bujuk Elora. Dan sebelum ada hal yang bisa meyakinkan kami, gak akan ada pertunangan." Ucap Agam.

Nezar mengangguk untuk kesekian kalinya. Dia benar-benar paham atas segala situasi dan kondisinya.

"Kalau begitu aku pamit pulang, Tan. Kak, makasih karena lo udah ngasih gue kesempatan." Ucap Nezar.

Agam menepuk bahu Nezar. "Gue akan melakukan apapun buat Elora, termasuk memaafkan lo."

Setelah berpamitan, Nezar pun berlalu pulang.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang