19 - mudah diucapkan, namun hanya ucapan.

3.3K 488 312
                                    

Taufan mengusap kepala sang adik dengan lembut sembari mencari jaket nya. Ia kenakan jaket hitam pekat nya sambil menarik tas di sofa nya. "Aku berangkat ya." Ucap Taufan sembari tersenyum.

Solar terdiam, mengangguk pelan. Rasanya ia merasa tidak tenang, tapi mana mungkin itu karena rasa khawatir bukan? Selama enam belas tahun hidupnya, ia tak pernah khawatir akan kondisi orang lain.

Ah, ia pernah. Dahulu, ia juga peduli pada 'dia'.

"Oh iya, nanti sarapannya kamu mau gimana? Ada roti dan selai di kitchen set sih, sosis juga ada di freezer.. telur juga kayanya masih ada, kamu bisa masak? Kalau ngga nanti aku minta Gopal kirim makanan aja." Ucap Taufan dengan detail sambil sibuk mempersiapkan alat-alat yang akan ia gunakan.

Ia menekan antingnya sejenak, dan terlihat terkejut setelahnya. "Hey, hey, kakek tua jangan marah begitu." Ucap Taufan kepada… angin? Entah, Solar tak melihat ada layar apapun.

Namun akhirnya ia sadar bahwa Taufan berbicara dengan seseorang melalui anting di telinga kanannya.

Solar kagum, bagaimana bisa Taufan membuat alat komunikasi secanggih itu?

"Tidak akan, aku tak mau membawamu, kau asuh kucing-kucing kesayanganku saja" , ucap Taufan santai sambil tertawa kecil.

"Toh misi seperti ini mau hari ini ataupun besok, ujung-ujungnya harus dilakukan juga bukan? Ini hanya beda timing saja, tak perlu terlalu khawatir, jiisan." Ucap Taufan lagi.

"Hey, hey, sudah jangan ngomel, masih ada adikku disini, nanti kuhubungi lagi setelah aku diluar ya Revan." Ucap Taufan sambil mengusap pelan antingnya.

".. misi apa yang akan kau laksanakan?" Tanya Solar. Ia bahkan tidak sadar bahwa ia dengan natural telah mengantar Taufan ke depan pintu.

"Misi khusus agen gagal seperti ku!" Ucap Taufan dengan tawa khasnya.

Solar mengerutkan dahinya, "bukannya itu misi divisi B yang biasa?"

Taufan tersenyum, "sudah-sudah, kamu balik tidur gih bungsuku sayang ututu, aku pergi dulu ya." Ucapnya sambil mendaratkan tangannya di kepala sang bungsu.

Solar terdiam, mengangguk. Setelah Taufan berpamitan, dan pintu nya tertutup. Solar terdiam, menatap pintu yang entah kenapa terasa hampa.

Kau menyembunyikan sesuatu ya?

Saat ia baru saja ingin berbalik ke kamarnya, suatu hal menarik perhatiannya.

Kamar Taufan,

Ia memasuki ruangan itu, ruangan yang wangi hutan pinus walau sekarang terlihat sedikit..berantakan.

Selimut yang tidak dibereskan, posisi bantal yang miring, juga.. kaleng-kaleng soda dan kopi di meja komputernya.

Solar melangkah, kaki nya menyentuh lantai yang dingin. Sepertinya mentornya tidak menyalakan penghangat di kamarnya.

Matanya tertuju pada sebuat botol di balik bantal.

"Obat Tidur?" Ucapnya sambil membaca table of contents pada botol tersebut.

"Dia minum obat ini? Dia bukan tipe yang nempel kasur langsung tidur?" Monolognya.

Sebenarnya, jauh dalam dirinya ia pun tahu, Taufan itu manusia yang kompleks. Rumit, sulit dimengerti. Seberapa banyak hal yang ia sembunyikan? Kenapa Solar tiba-tiba teringat sorot mata Taufan yang terkesan jauh itu?

Entah kenapa ia merasa..ada rasa tidak nyaman yang menyesakkan dalam dirinya.

°•°•°•°

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang