Taufan membuka pintu ruangannya. Rasanya tubuhnya sangat lelah, belum lagi disepanjang perjalanan kembali dari tempat Gopal, ia terus berusaha memutar otak, mencari cara untuk membuat Solar dapat memenangkan pertandingan jikalau nanti lawannya harus Halilintar.
Walau belum tentu ia akan mendapatkan Halilintar sebagai lawan, namun entah mengapa.. mengingat hari dimana Hali dan ia bersiteru. Baik di kediaman mereka di gedung S, maupun di ruang Rawat Ochobot, ataupun di setiap kesempatan saat mereka berpapasan dan lontaran kalimat tajam terkadang terdengar jika Hali sedang dalam mood yang tidak baik.
Besar kemungkinan bahwa Hali akan mencari masalah dengan Solar. Memang hubungan sang sulung dan sang bungsu ini tidak cukup baik, namun ditambah fakta bahwa Solar adalah murid Taufan, semakin besar kemungkinan bahwa Halilintar akan berusaha menginjak-injak harga diri sang bungsu.
"Dua orang keras kepala..bikin sakit kepala" keluh Taufan.
"Oh, biasanya kau akan mengucapkan 'aku pulang' dan bukannya mengeluh seperti ini?" Ucap Solar, ia yang tadinya duduk di sofa sambil membaca beberapa data kini berdiri dan menghampiri sang mentor.
Taufan tertawa kecil, "kaulah alasan aku mengeluh, kau tahu?" Jawabnya dengan nada kesal yang dibuat-buat.
"Bukankah penilaianku kemarin A+ semua? Kau pusing karena apa? Ketampanan ku? Popularitasku? Kehebatanku?" Tanya Solar membetulkan visor nya dengan aura 'aku paling keren' . Ingin rasanya Taufan memutar bola matanya karena tingkah sang adik. Sepertinya dia lupa dari siapa Solar belajar bertingkah se congkak itu.
"Heh, apa kau lupa di baris ke sembilan lebar penilaian sikap, kesabaranmu itu dapat D yang kalau kata orang tua asia artinya 'Depak dari rumah'?" Tanya Taufan lagi sambil mencuci tangannya.
Solar mendecik, "tenang saja, dalam tes nanti aku yakin lawanku yang akan kehilangan kesabaran duluan sebelum diriku kehilangan kesabaran."
"Beberapa bulan inikan aku hidup bersama denganmu, makhluk seperti apa yang lebih mengesalkan darimu? Kalau aku bisa mengendalikan emosiku walaupun diterjang segala tingkah konyolmu, sepertinya tidak mungkin ada yang bisa membuatku emosi."
"Oho, percaya diri yang tinggi huh?" Ucap Taufan sambil mengusap rambut sang adik.
Solar komplain karena tangan kakaknya yang baru dicuci itu malah mendarat di rambutnya. "Sialan! Meper ya?!"
"Heheh, noh kan gasabaran" goda Taufan sambil kini mengambil tissue untuk mengeringkan tangannya.
"Ini kan kehidupan sehari-hari, kau juga tahu aku bisa profesional kan? Apa kau lupa saat kau mengirimku untuk ikut misi si pemakan donat? Aku dapat menahan emosiku sampai akhir dan bahkan membuat Fang yang marah karena emosi" ucap Solar bangga.
"Untuk apa kau bangga hey"
"..intinya, aku tau saat dimana aku harus mengesampingkan emosiku. Bukankah itu yang selalu kau ajarkan padaku?" Tanya Solar. Senyum penuh determinasi dan percaya diri terpancar dari wajahnya.
Rasa haru mengetuk hati sang Mentor, rasa bangga akan murid didiknya ini membuat ia kehilangan kata-kata.
Ia tersenyum, jari jemari lentiknya yang terlihat sedikit lebih kurus akhir-akhir ini kembali menyusuri rambut sang adik. Mengusap kepala Solar dengan lembut.
"..ada perubahan di turnamen nanti"
"Oh?"
"...lawan 1v1 yang baru adalah Hali.."
Solar terdiam. Ia sedikit tersentak saat mendengar nama sang sulung di sebut oleh Taufan. Manik silver nya menatap sang mentor. Lagi, setiap menyebut nama saudara yang lain, ekspresi Taufan selalu begini.
Senyum putus asa seakan ia tak dapat berbuat apa-apa akan keadaan ini.
Rasanya emosinya sedikit bergejolak, bagaimana tidak? Ia sering sekali menjadi saksi ucapan Tajam Hali terhadap mentornya.
Agent gagal lah, pengecut lah, hal-hal seperti itu, terkadang terlontar dari mulut sang sulung disaat ia memiliki kesempatan.
Solar sangat mengerti sahabat mentornya yang pernah hampir melempar bom yang baru ia rakit ke wajah Hali saat berpapasan dengannya.
Yah, walau secara pribadi ia tidak suka dengan sahabat mentornya, tapi ia merasa dapat mengerti tindakan dan kemarahannya.
Ia marah karena Taufan di hina akan hal-hal yang tidak benar.
Dan ia juga marah karena Taufan tak pernah menunjukan amarahnya terhadap mereka yang berani berkata seperti itu padanya.
"Solar?" Ucap Taufan sambil menepuk punggung adiknya.
Solar tersentak dari lamunannya, dan dengan cepat merespon.
"Kenapa si sialan itu sok sok an berpartisipasi sih?" Ucap Solar kesal.
Ini dia yang Taufan takutkan, ia tak mengerti kenapa sang adik begitu membenci Hali. Padahal, walau terkadang adu mulut saat bertemu, tapi Hali jarang sekali menghina sang bungsu.
"..Solar, berjanjilah padaku, jangan membenci saudara-saudara mu, Hali memang keras kepala dan susah diajak kerjasama, namun dia bukan orang yang buruk.." jelas Taufan pada adiknya.
Ia tidak menyangka tatapan penuh amarah terlihat dari manik silver yang kini terlihat berkilau seperti berlian, menunjukkan amarah dan emosinya yang bergejolak. "Bukan orang yang buruk? Apa yang dia lakukan padamu sudah menjadi bukti yang kuat, apanya yang 'bukan orang buruk'?" Omelnya.
Taufan tak tahu kenapa sang adik sangat emosi tentang hal yang menyangkut dirinya dan Hali, "..iya, tapi tetap saja, dia yang akan bekerja denganmu saat kau sudah masuk divisi S kan? Kau harus membangun relasi yang setidaknya tidak merugikanmu" ucap Taufan lagi, mencoba membuat sang adik sedikit tenang.
"Solar, ingatlah, provokasi apapun yang dia ucapkan nanti, jangan pernah tersulut ok? Mau dia bilang kau hanya murid dari mentor gagal atau hal-hal buruk lainnya, jangan pernah pedulikan dan cari celah untuk mengalahkannya ok?"
Hanya mendengar 'murid dari mentor gagal' saja sudah membuat darahnya bergejolak dengan alasan yang berbeda dari saat ia pertama datang ke agensi.
Dahulu ia marah karena merasa gengsi nya terpukul saat dijadikan murid dari mentor gagal. Namun sekarang ia marah karena sang mentor yang penting baginya, disebut sebagai mentor gagal.
Taufan menunjukan beberapa data dari misi-misi lamanya, kartu-kartu bergambar hewan dan makanan yang belum pernah Solar lihat jenisnya mengeluarkan cahaya transparan, menampilkan sebuah layar.
"Ini..."
"Ini data tentang misi-misiku dulu, saat aku masih menjabat sebagai agen S" ucap Taufan.
Masa lalu mentornya? Solar sangat tertarik.
"Kau tahu? Jika ada satu orang yang bisa dengan mudah membuat Halilintar kehilangan seluruh strateginya, itu adalah aku." Ucap Taufan.
Manik safir nya bersinar dingin, seakan rencana yang akan dia ucapkan setelah ini adalah hal yang penting.
"Kau tahu? Dalam hal provokasi, Halilintar itu sangat-sangat payah."
"Jika..jika dia memojokanmu dengan membahas kesalahanku, kau bisa melontarkan pernyataan yang menyakiti gengsinya, dia akan cepat tersulut emosi"
"Dan walau dia yang emosian itu super ganas, dan kekuatannya juga sangat kuat, tapi dengan strategi yang memadai kau pasti bisa menemukan celah untuk menyerang kelemahannya."
"Kau tahu? Orang yang tetap tenanglah yang akan memenangkan pertandingan." Ucap Taufan.
//Author's note//
Kemaren lupa nambahin author's note wkwkkwkw, itu chapter 27 kemaren udah timeskip yaa, jadi kita sekarang udah mau di arc dimana solar bakal tes kenaikan pangkat.
Hehe abis ini kayanya arc nya udah mulai serius, tapi gatau sih.. jujur aku sendiri bingung mau bikin pace nya gimana wkwkwkwk
Anyway makasii dah baca dan HBD BOBOIBOY
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...