"Taufan, tolong jangan begini!" Ucap Boboiboy dengan memohon.
Bagaimana tidak? Bahkan jika Taufan berhenti sekarang saja, kondisinya sudah sangat kritis. Ia takut jika ini terus berlanjut, sudah tidak ada harapan untuk menghentikannya.
"Fan, tolong, ya? Gunakan kekuatan angin mu dan kabur dari sini. Aku mohon! Kita bisa kembali lagi nanti. Ya?" Bujuk Boboiboy dengan suara yang terdengar sangat tertekan.
"Hey.." ucap Taufan sambil mengusap darah dari mulutnya sendiri. Ia sudah menerima cukup banyak serangan dan menumpuk cukup banyak luka untuk tidak tahu lagi rasa sakit pada tubuhnya itu berasal dari bagian mana.
"Kau jadi cerewet ya, ori." Ucap Taufan. Ori adalah nama panggilan yang biasa ia gunakan untuk memanggil sang tuan. Ia sendiri merasa sedikit terharu karena bisa mengucapkan kata-kata itu lagi padanya.
"Fan!" Omel Boboiboy, lucu rasanya saat Taufan yang sedang terpojok malah tetap terkena omel oleh tuannya.
"Dan lagi pula.. aku rasa aku tak akan bisa pulang." Ucap Taufan dengan senyumannya yang tenang. Seakan dia sudah dari lama pasrah dan menerima segala hal ini.
Dia sudah kehilangan banyak darah, tubuh manusia memang lebih lemah dibanding makhluk berakal lainnya. Taufan yang langkahnya mulai oleng kini mengaktifkan sesuatu di layar hologramnya. Sebuah shield yang semakin membesar kini mengepung mereka semua. Baik Taufan, maupun para prajurit besi.
"Taufan.., ini?!" Ucap Boboiboy tidak percaya. Sebagai sang tuan ia dapat mengetahui sedikit tentang apa yang akan Taufan lakukan.
Disela batuk yang ditemani oleh cairan merah hangat yang keluar dari mulutnya, Taufan mengangguk. "Aku harus mengakhiri ini secepatnya. Tubuh ini.. tidak bisa bertahan lebih lama."
Hati Boboiboy terasa sakit, yang Taufan lakukan sekarang adalah menggunakan jiwa inti milik spirit formnya sendiri. Dan tentu saja, itu menciptakan kerusakan yang permanen pada jiwanya. Kekuatan itu seperti bom yang akan merusak segalanya termasuk dirinya sendiri.
Bahkan saat melakukan aktivasi pun, prajurit-prajurit itu tetap menyerangnya secara membabi buta. Taufan berusaha memfokuskan matanya sampai akhirnya dia menemukan sosok yang sedari tadi ia cari.
Pria bermanik biru itu langsung berlari ke arah puppeteer itu. Namun para prajurit itu seakan memprioritaskan keamanan sang musuh, hingga mereka berusaha melindunginya dan mencabik-cabik tubuh Taufan.
Satu sayatan, dua sayatan, tusukan, terus dan terus, luka-lukanya terus bertambah. Rasa perih yang terakumulasi itu terus ia tahan.
Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi sampai ia bisa mencengkram leher orang yang memulai petaka dalam hidupnya. Setiap langkah yang ia ambil sambil terus menghancurkan prajurit yang menghalanginya itu menambahkan adrenalin dalam dirinya, membantunya untuk melupakan rasa sakit pada tubuhnya ini.
Aku harus pastikan bahwa aku mengakhiri kehidupanmu hari ini.
Dengan begitu, ancaman akan keamanan keluargaku akan--
Pikirannya terhenti saat tangannya hanya berjarak beberapa sentimeter dari leher sang musuh. Ia berhenti bukan karena ragu, melainkan karena tubuhnya terlalu terkejut untuk bergerak. Bagaimana tidak? Besi dingin itu kini menembus dadanya. Ya, tulang rusuk yang menjaga organ tubuhnya itu ntah bagaimana bisa ditembus oleh tangan dingin itu.
Darah bercucuran dari mulutnya, manik birunya membelalak karena banyak hal yang ia rasakan di sepersekian detik ini. Aneh, selain suara Boboiboy yang sedari tadi ia abaikan yang kini mengomel dengan panik, ia juga dapat mendengar suara-suara lain yang samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...