Lah kok nungguin?? Kan udah tamat guyss Taufan nya udah mati, dadah-- *digetok
Joudan datta yo joudan, canda doang atuh jangan demo authornya.
Anyway , let's go to the story ❤️
Hehe.
Yaudah, ayo lanjutin ceritanya ya! Happy reading! Komen yg banyak 😇
°•°•°
Kepulan asap tebal yang sayangnya bukan sekedar asap polusi, melainkan asap dengan kadar racun yang tinggi menerpa wajahnya, oh tentu saja. Dari kepala hingga kaki, seluruh anggota tubuhnya kini terkena dampak dari racun yang sepertinya..berbahaya.
Maniknya membelalak, namun bukan karena asap racun yang tiba-tiba menyerangnya. Oke, itu juga sedikit mengejutkan. Tapi ada yang lebih mengejutkan lagi baginya.
Suara yang ia rindukan, suara yang berkali-kali ia putar kembali dalam mimpinya, suara yang sangat ia ingin dengar dikala ia terjatuh dalam pedih hati.
Suara yang ia tahu tidak seharusnya muncul, tidak saat ia masih hidup. Kini terdengar, samar-samar seakan memintanya untuk berhenti.
Ia tahu, mungkin ini adalah ilusi. Namun tawa kecil terdengar dari sang pemilik manik safir bak samudera itu. Rasanya ia tak dapat tidak menggoda orang itu sedikit saja.
"Apa yang harus aku hentikan?" Tanyanya dengan nada penuh canda, yang sungguh, sangat tidak tahu tempat dan situasi.
Darah yang berlumuran dari wajahnya dan tubuhnya, dan racun yang mengkontaminasi darahnya. Dan ia masih dapat bercanda seperti itu seakan itu bukanlah hal yang penting.
"Nafasku kah?" Lanjutnya lagi.
Tak ada jawaban. Tentu saja. Siapa yang akan menjawab? Taufan tahu betul, orang itu, orang yang ia prioritaskan, orang yang ia anggap paling penting dalam hidupnya dan saudara-saudaranya.. bukankah orang itu meninggalkannya di depan mata kepalanya sendiri?
"Pft,benar juga, sejujurnya aku sangat ingin berhenti.." monolognya, mengusap darah dari mulutnya.
"Namun terima kasih, berkat suara imajinermu dalam benakku, aku jadi teringat bahwa aku belum menepati janjiku." Lanjutnya.
Taufan mengabaikan luka pada dadanya, juga sensasi menusuk di seluruh tubuhnya dan rasa sakit yang amat sangat yang disebabkan oleh gas beracun itu.
Ia harus kembali.
Perjalananya belum selesai.
Belum selesai dan tak akan boleh selesai, sebelum sampai ia dapat memastikan bahwa mereka semua akan aman.
°•°•°
Suara interkom tersambung, sebuah sinyal yang tiba-tiba terputus sekitar beberapa jam yang lalu, kini terdengar.
Sang surai putih menarik nafas, hendak mengeluarkan omelan, namun bahkan baru saja ia membuka mulutnya, ada suara parau dari balik koneksi itu.
Suara yang terdengar serak dan berat, suara yang terdengar rapuh dan mungkin bisa hilang kapan saja, namun tetap berusaha terdengar kuat.
"Revan?" Ucap suara itu sedikit ragu, sangat berbeda dengan gaya bicaranya yang biasanya penuh rasa percaya diri dan santai.
"Hey, ada apa?!" Tanya Revan sedikit panik. Ia sudah hidup cukup lama dengan Taufan untuk tahu bahwa ada yang tidak beres dengan sang pemilik manik safir itu.
"Dari tempatmu.. ugh, tolong bukakan akses akan basecamp darurat kita di distrik 21." Ucap sang pengendali angin bersurai Brunette itu.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa ke basecamp itu? Tempat tinggal utama kita lebih dekat dari tempat misimu kan? Kenapa tidak langsung pulang kesini?" Tanya sang pemilik surai putih itu, sedikit tidak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...