"kau mau pergi ke sana lagi?" Tanya sang pemilik surai putih, manik merahnya menatap tajam kepada sang pemilik safir biru yang kini tengah bersiap.
Taufan tertawa kecil, "lebih baik diselesaikan sekarang daripada kedepannya semakin repot." Jawabnya dengan santai. Memasukkan beberapa alat retas di tasnya.
Pakaian serba hitam membalut tubuhnya yang kini semakin ramping, tak lupa gas mask yang ia putar-putar dengan semaunya di tangannya.
"Dan kau tahu itu berbahaya" tegur Revan.
Taufan mengangguk, "tentu saja. Tapi kau juga tahu bahwa persiapanku lebih lengkap dibanding saat itu. Aku sudah berkali-kali memantau tempat itu lagi, dan aku juga sudah mengamati sistem tempat tersebut, meretas dan menghancurkan keamanan disitu sangat mungkin."
Tatapan ragu dan skeptis tidak kunjung menghilang dari wajah sang pemilik surai putih itu, "jangan matikan server mu. Aku akan berusaha memantau dari jauh."
Sang pemilik manik safir kini tersenyum, mendaratkan tangannya di kepala sang partner, "haha kau khawatiran sekali. Tapi sepertinya segala koneksi akan mati di tempat itu deh." Ucapnya.
Baru ia sadar bahwa yang baru saja ia usap kepalanya adalah Revan. Revan yang garang dan penuh gengsi. Benar saja, tatapan "what the hell?????" Milik Revan telah menjelaskan segalanya.
Taufan meminta maaf sambil mengusap-usap pundak Revan "Maaf! Sumpah maaf banget. Masih kebiasaan ngusap rambut si bungsu jadi kebawa-bawa kesini. Jangan ngambek ya?" Ucapnya sigap.
Revan masih terdiam dengan tatapan super campur aduknya membutuhkan beberapa lama untuknya menghelakan nafas panjang dan menjitak lembuk kepala Taufan. "Tak perlu merespon berlebihan seperti itu. Aku tahu kau pasti salah orang."
"Lagipula.. aku tidak membencinya. Jadi tak perlu minta maaf dan bertingkah seperti anak kecil." Lanjut sang surai putih, entah kenapa ia terlihat sedikit malu.
Taufan terdiam sejenak, manik nya sedikit membelalak, lalu tawa kecil terdengar dari sang pemilik surai brunette itu, "Revan, kau ternyata bisa imut juga. Apa ku adopsi aja ya?" Tanyanya usil.
Revan mengerutkan alisnya, kesal dengan respon Taufan, "jadi cucumu?" Tanyanya dengan nada getir, sedikit terdengar seperti menghina Taufan.
Taufan ikut kesal mendengar jawaban itu, "oh sepertinya umurmu sudah mempengaruhi kondisimu. Apa kau buta warna? Lihat di cermin, rambut siapa yang putih seperti Kakek-kakek hah?" Balasnya kesal. Terlihat keduanya kini sedang berperang melalui tatapan yang seakan mengeluarkan listrik biru dan merah dan aura bzzt bzzt nya.
"Sudah ah, pergi sana." Usir Revan kepada Taufan sang pemilik rumah.
"Pembantu ga tau diri." Jawab Taufan dramatis sambil melangkah keluar.
"Awas saja kalau kau ganggu aku pas lagi misi." Ucap Taufan.
"Dan awas saja kalau kau pulang-pulang bawa kucing baru." Balas Revan dengan ancamannya.
Sampai pintu otomatis itu tertutup mereka masih saling bertatap tajam dan penuh aura bzzzt bzzzt. Namun saat sudah tertutup rapat ada sebuah senyum lega di wajah keduanya.
"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri." Gumam Revan, dengan senyum kecil yang terlukis di wajah yang biasanya dingin dan sangar.
•°•°•
Hembusan angin dingin penuh debu menerpa wajahnya yang setengahnya tertutup oleh gas mask. Surai brunettenya berdansa dengan tiupan Angin, Taufan bersyukur bahwa rambutnya masih sedikit basah akibat habis keramas, karena jika tidak, ia tidak tahu harus berbuat apa dengan rambutnya yang mudah berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...