Alarm hologram itu berbunyi, memaksa bangun orang yang bahkan belum tertidur pulas.
Jari lentiknya itu kini mengandalkan muscle memory nya dan bergerak dengan lihai untuk mematikan alarm itu. Manik biru nya belum menampakkan sinarnya, masih bersembunyi dibalik kelopak mata yang terasa berat.
Taufan mengacak-acak rambutnya, jarinya lanjut mencubit pelipisnya yang sedari tadi memiliki sensasi nyut-nyutan. Apakah ini karena kurang tidur? Tapi dia sudah tidur lebih dari tiga puluh menit hari ini, harusnya ia baik-baik saja iyakan?
Setelah merasa bahwa dirinya dapat menahan sensasi nyut-nyutan di kepalanya, ia lanjut membuka matanya dan menatap layar hologram jam tangan miliknya itu.
"...oh, sudah pukul tiga rupanya?" Ia langsung menyeret tubuhnya yang terasa berat dan pegal itu ke kamar mandi, dan membiarkan dirinya dibasuh oleh shower hangat yang setidaknya diharapkan dapat menghilangkan rasa pegal-pegal itu.
"Ini gejala orang berumur bukan sih?" Gumamnya, ia menatap refleksinya di cermin kamar mandi yang tertutup oleh uap hangat.
Helaan nafas lega keluar dari dirinya, ia bersyukur bahwa rambutnya masih berwarna hitam kecoklatan gelap, dan bukannya putih seperti sang kakek tua- sahabatnya itu.
Taufan keluar dari shower, dengan perasaan yang lebih segar. Ia kibas rambutnya yang setengah basah itu, matanya tertuju pada kamar yang masih tertutup rapat.
Taufan tersenyum simpul, ia melangkah ke dapur dan mulai memasak sarapan.
Apalah orang asia tanpa nasi, karena itu sudah pasti nasi hangat sudah menunggu dalam rice cooker nya itu.
Tangannya dengan lihai mulai menyiapkan bahan-bahan dan mengolahnya.
Ia memasukan nasi hangat yang sudah dibumbui kedalam cetakan berbentuk beruang, lalu setelah terisi setengah, ia masukan daging ayam tumis yang ia curi resepnya dari Revan. Dan setelah itu, barulah ia masukan lagi nasi bumbu itu sampai memenuhi cetakan beruang imut yang sengaja ia beli karena imut.
Ia ulang lagi prosesnya sampai sebuah piring telah diisi oleh empat buah nasi kepal berukuran kepalan tangan, namun dua buah nasi kepal di piring lainnya tidak ia masukan kedalam cetakan dan hanya ia bentuk asal-asalan.
Setelah selesai mempersiapkan makanan, ia lantas menuangkan segelas susu ke gelas, dan mengeluarkan sekaleng soda, setelah itu? Ia bergegas mencuci tangannya sampai bersih.
Tidak perlu repot mengetuk, berakhlak adalah hal eksklusif milik Gempa, Taufan bukan Gempa jadi ia tak perlu menjunjung tinggi hal itu.
Ia buka pintu kamar itu, didalam ruangan yang hanya disinari lampu tidur hologram berpola galaxy, ia menghela nafas.
"Pasti begadang lagi ini bocah"
Sudah lama ia menghilangkan hukuman dari hubungan mentor-murid milik mereka berdua. Jadi kini ia hanya dengan santai menjewer telinga sang adik.
"Oh lihat, ayam sudah berkokok namun mataharinya masih sibuk tertidur, apa rezekinya akan diraup habis oleh ayam?" Tanya Taufan. Membuat sang adik mengerutkan alis karena tidurnya terganggu.
"...ini jam berapa?" Tanya Solar.
Taufan tersenyum , "jam yang pas untuk latihan, ayo agent S , sarapan dan habis itu kau harus latihan intensif denganku."
"Ngghh.." Solar masih belum mengumpulkan nyawanya sepenuhnya, rambutnya masih acak-acakan, dan tangannya masih memeluk bantal walau ia sudah dalam posisi duduk.
"Makanya, kan sudah kubilang jangan begadang, Jenius." Ucap sang mentor sambil mendaratkan tangannya di kepala sang murid. Mengacak-acak rambut yang sudah acak-acakan dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...