7 - namaku bukan petro,sialan.

3.7K 500 212
                                    

"Percaya diri sekali kau?" 

Taufan sedikit terkejut mendengarnya, begitu pula dengan Gempa dan yang lain. Namun Taufan tak memusatkan pandangannya ke arah pria bermanik rubi itu. 

Matanya tertuju pada manik abu-abu yang tertutup dengan visor oranye, membuat mata sang pengendali cahaya terlihat seakan berwarna emas. 

Di pegangnya lengan baju sang adik bungsu. Walau baru mengenal Solar, Taufan tahu bahwa adiknya itu tidak suka dengan nada penuh penghinaan seperti itu. 

"Apa kau bilang?!" Tanya Solar, nada suara yang dingin itu meninggi, menunjukan kekesalannya. 

Hali berdiri dengan perlahan, Taufan berbisik pelan kepada Solar "..Solar, jangan tersulut emosi, kak Hali mema--" 

"Kau memanggilku 'kak'?" Ucap pria itu, kini mata rubi nya tertuju pada Taufan.

Tidak. Dari awal mata itu sudah tertuju kepada sang pemilik mata safir. 

Taufan terdiam, "Agen Hali, maafkan kelancanganku." Ucap Taufan, suaranya kini terdengar tanpa emosi. Jawaban profesional yang ia keluarkan itu membuat situasi semakin canggung. 

Ia kira kemarahan Halilintar akan mereda setelah mendengar itu, namun berbeda dari apa yang ia kira, kakaknya itu justru tertawa penuh cemoohan. 

"Agen"

"Kau tak seharusnya disini, bukankah begitu? Agen Taufan?" ,Ucap nya dingin, nada suara itu biasanya diarahkan kepada musuh-musuhnya dan bukan saudara-saudaranya. 

Ah, iya. 

Kini dia menganggapku sebagai musuhnya. 

Gempa berusaha menyuruh Hali untuk duduk kembali, namun Taufan tahu betul bahwa kakaknya itu tidak akan menurut. 

"Adik bungsu? Siapa namamu tadi? Petro? Ah, intinya mirip bensin", ucap Hali lagi. 

Taufan tahu betul bahwa ia bukan benar-benar tidak mengingat nama adik bungsunya, dia hanya ingin menyulut amarah adiknya itu. 

Taufan berdiri, ia akan menerima penghinaan atas dirinya, namun ia tak mau adik bungsu yang tak tahu akar masalahnya terseret olehnya. "Namanya Solar."

"Dan? Apa aku berbicara padamu?" Tanya Hali kesal.

Taufan menghela nafas panjang, "dia adalah muridku, selama ia belum dilantik, aku bertanggung jawab atas dirinya."

Hali terdiam, begitu pula Solar. 

"Pft.." 

Manik merah itu menatap dengan tatapan jijik ke arah Taufan, ia tertawa, mencibir hal yang ia dengar tadi. 

"Murid? Muridmu maksudnya?"

Taufan terdiam, masih menatap pria itu dengan dingin. 

Aneh rasanya, entah karena amarah atau rasa tanggung jawab akan muridnya, rasanya ia tak takut walau harus berhadapan dengan kakaknya ini. 

"Jangan bercanda" lanjut Hali lagi. 

Dia menatap mata Solar dengan tatapan merendahkan, lalu menatap Taufan dengan tatapan penuh kebencian. 

"Agen S? Jangan bercanda." Ucap Hali. 

"Agen Gagal sepertimu berani percaya untuk dapat mencetak agen S?"

"Muridnya agen gagal akan selalu menjadi agen gagal, sama seperti gurunya." Ucap Hali, mata merahnya seperti mengeluarkan percikan. 

Solar berdiri, kepalan tangan ia layangkan secepat yang ia bisa, namun sebelum kepalan itu mendarat di wajah sang kakak tertua, atau bahkan ditangkis sang kakak tertua, kepalan tangan itu terhenti. 

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang