52 - ternyata kau yang memutuskan

2.7K 423 293
                                    

Sebuah notifikasi muncul di layar hologram jam tangan sang pemilik manik silver. Ia yang tadinya memfokuskan atensi pada kartu pokenot yang diberikan mentornya kini menatap notifikasi itu.

Sedikit acuh awalnya, ia kira hanya sebatas komunikasi antara sang elemental selain Taufan pastinya, dan jujur saja, ia tidak terlalu peduli dengan itu.

Namun berbeda dari perkiraannya, kini matanya membelalak, mendekatkan dan memperbesar layar hologram itu. Sekali lagi menatap dengan lumat notifikasi di hadapannya.

[ Darurat. Kerusakan pada Elemental Angin. Status : severe ]

"Jangan bercanda!" Ucapnya panik. Segera ia raih alat komunikasinya, menekan shortcut button yang langsung menyambungkannya pada saluran komunikasi Taufan.

Tidak ada jawaban.

Satu menit, dua menit, nada dial yang berkali-kali terhenti dikarenakan tak ada yang menerima panggilan itu membuatnya semakin cemas.

Ia kirim pesan berkali-kali pada sang mentor. Menanyakan keberadaannya dan keadaannya, memintanya untuk membalasnya segera, namun bahkan pesan itu tak dapat terkirim. Mau berapa kalipun ia mencoba, pesan itu tetap gagal untuk sampai pada sang penerima.

Frustasi menimpanya, sungguh, ia bisa saja mengambil kendaraan apapun disekitarnya dan langsung berangkat untuk menghampiri sang kakak tanpa memikirikan bahwa ia belum memiliki surat izin mengemudi. Namun sayangnya ia tidak bisa.

Alasannya? Tentu saja karena ia bahkan tak tahu di mana sang mentor sekaligus kakaknya itu berada.

"Tch, tolong-- angkat telepon nya" ucapnya lagi, masih terus berseteru dengan ponsel yang berkali-kali memberi tahunya bahwa panggilan tidak tersambung.

Lalu ia teringat sesuatu. Sesuatu yang pernah Taufan janjikan padanya dulu. Satu-satunya harapan Solar saat ini adalah barang itu. Barang yang sedari tadi ada di tangannya.

Kartu transparan dengan gambar binatang yang imut dan juga makanan manis, kartu khusus berisikan data penting yang dibuat Taufan.

Namun kartu yang ia miliki saat ini spesial. Mengapa begitu? Karena ada fungsi komunikasi darurat khusus yang langsung menghubungkannya ke saluran komunikasi private Taufan, yang tentunya tak pernah Taufan abaikan.

Ia langsung memindai sidik jarinya di kartu itu, layar hologram muncul dari kartu tipis transparan itu, menunjukan menu dan fungsi yang bermacam-macam namun tetap mudah diakses.

Ada sebuah tulisan yang cukup mencolok di pojok kanan layar itu, satu-satunya tulisan yang ditulis dengan warna merah. Ya, tombol SOS tertera disitu. Tombol yang pastinya untuk mengirim sinyal darurat kepada Taufan.

Walau saat ini ia tidak dalam bahaya, namun ini adalah satu-satunya metode yang tersisa dibenaknya. Ia menekan tulisan itu, layar yang tadinya berwarna biru transparan kini berwarna merah, dengan tulisan SOS besar yang mengisi seluruh layar selama dua detik.

Solar menunggu, tertulis bahwa sinyal telah dikirimkan. Ia terus menunggu. Menunggu akan adanya interaksi dari pihak penerima. Namun sampai akhir, tidak ada apapun. Seakan sinyal SOS itu tidak pernah terkirim.

Ia membanting visornya karena frustasi. Mengacak-acak rambutnya yang entah sejak kapan sudah tidak dilindungi oleh topi.

Kenapa tidak ada balasan?!

Sebenarnya kau dimana?

Apa yang terjadi?

Apa yang terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja?

Kalut. Itu adalah satu-satunya kata yang dapat mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat ini. Lagi, dan lagi, tidak lelah ia menekan tombol dial, walau hasilnya masih sama. Ia mengharapkan sebuah keajaiban.

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang