"First impression mu tentang aku mungkin buruk, namun aku berharap kita bisa akur." Ucap Taufan dengan nada ceria.
Solar terdiam, tidak menjawab, namun secara insting, dia berjalan tiga langkah dibelakang Taufan, seakan membuat space antara dia dan mentor baru nya itu.
"Ah, kau pasti lelah kan? Divisi research kan cukup jauh dari sini.", ucap Taufan lagi, tidak peduli jika adiknya itu tidak akan merespon.
"..tidak juga." , jawab Solar singkat.
"Apa kau sudah makan? Apa kau lapar?" , tanya Taufan kepada adiknya,dia merasa puas karena adik bungsu nya ini mau menjawab pertanyaannya.
"Belum, tapi tidak lapar.", jawab Solar dingin.
Taufan mengangguk, "kalau begitu kamu mau makan dulu? Kebetulan aku juga ingin makan." , tanya Taufan sambil tanpa sadar menarik lengan Solar untuk jalan di sebelahnya dan bukan dibelakang.
"Tidak." , jawab Solar.
Taufan mempout kan bibirnya, "kalau begitu aku tak akan bertanya padamu, ini perintahku. Sebagai mentor aku minta kau makan dulu. Agen harus selalu dalam kondisi prima, harus makan yang banyak apalagi di masa pertumbuhan." , ujar Taufan, tak mau menyerah dengan perilaku adiknya itu.
"Sekalian aku ingin mengenalmu lebih jauh, yah..mungkin kau malu menganggapku sebagai kakak karena aku ini 'agen gagal', tapi aku benar-benar senang bisa bertemu saudara sedarah!" , ujar Taufan, mencampuri kesedihan dengan nada cerianya itu.
Solar terdiam, sejujurnya dia tak tahu harus menjawab apa. Tentu dia masih jengkel karena dia memiliki hubungan darah dengan pengecut seperti Taufan, tapi setelah melihat dan merasakannya langsung, Taufan tak seburuk ekspetasi nya.
"Terserah kau saja.", jawabnya.
Seketika, sebuah tangan melayang, menjewer telinga Solar dengan kekuatan sedang, "oho, pelanggaran pertama." , ucap Taufan dengan senyum usilnya.
"Hey! Lepaskan." ,Bentak Solar kesal karena telinganya dijewer oleh Taufan.
Senyum Taufan yang dipenuhi aura jahil itu semakin merekah, "pelanggaran kedua, kau masih tidak memanggilku dengan panggilan yang kuperbolehkan." , ujar Taufan sambil sedikit menambahkan kekuatan pada jari yang sibuk menjewer telinga Solar.
Solar menepis tangan Taufan, "baiklah..mister..hentikan." , ucap Solar kesal.
Taufan tertawa kecil, "diantara semua panggilan yang kuperbolehkan, kau malah memilih yang paling biasa ya."
"Kau ini sifatnya sedikit kaku..hmm, seperti seseorang yang kutahu." , ujar Taufan, dia tertawa namun Solar dapat melihat sorot matanya terlihat sedih. Mata safir itu seakan memandang jauh, menyesali sesuatu.
Ikatan
Selama ini Solar tak mengerti apapun tentang ikatan.
Hubungan nya dengan rekan di divisi research tidak bisa dibilang buruk, namun tidak ada ikatan apapun selain ikatan formal, hanya status dan kemampuan yang menentukan ikatan yang ia miliki.
Namun entah mengapa ia merasakan kehangatan dari perlakuan Taufan padanya, ikatan persaudaraan, apakah seperti ini?
°•°•°•°
"Kamu mau makan apa Solar?", tanya Taufan sambil berdiri di depan cafetaria gedung B yang tidak terlalu ramai karena masih jam kerja.
"Terserah" , jawab Solar.
Taufan refleks menaruh tangannya di atas topi Solar, mengusap pelan kepala Solar. Namun tak seperti apa yang dia duga, Solar tidak mendorongnya sebagai bentuk penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...