"kau pucat, kau tahu?" Ucap Solar, kini tangannya meraih kotak p3k dan menaikan sweater yang dikenakan Taufan.
Perban yang sedikit acak-acakan karena ia yang tak berhenti bergerak itu mulai terlepas dari tubuhnya. Solar menghela nafas panjang, "kau yakin bisa pergi ke misi dengan kondisi seperti ini?"
"Sudah aku bilang aku tidak apa-apa, kau jangan terlalu khawarir bungsu~" ucap Taufan tertawa kecil. Ingin rasanya ia menolak sang adik untuk mengganti perbannya, tapi ada rasa tak tega dalam dirinya.
Karena kapan lagi ia dapat menghabiskan waktu dengan sang bungsu seperti ini kan? Setelah ia menampakkan kaki di gedung S, sebuah benang merah harus siap untuk terputus kapan saja.
Solar terdiam, ia mengambil sebuah kepingan perak yang sudah di sterilkan olehnya dan menempelkannya pada luka Taufan.
"Racun?" Ucapnya terkejut.
"Di lukamu ada racunnya!" Seru Solar sedikit panik. Namun sang mentor malah terlihat tenang-tenang saja.
"Racunnya tidak mematikan kok, tenang saja." Ucapnya santai. Ia bahkan lupa bahwa kemarin ia terkena senjata beracun.
Solar mengerutkan kedua alisnya, suaranya meninggi, "tidak mematikan bukan berarti tidak berbahaya!" Omelnya.
"Solar, jangan marah-marah" ucap Taufan, seakan masih tidak merasa harus khawatir akan kondisi dirinya.
"Aku akan batalkan kepindahan ku hari ini, tubuhmu harus diperiksa secara mendalam dan mendapatkan penanganan yang sesuai" ucapnya, baru saja ia mengangkat ponselnya namun tangannya langsung dihentikan oleh Taufan.
"Hey, saat aku bilang tidak berbahaya, racun ini memang benar-benar tidak berbahaya. Yah, Ying sudah memberikan obat jadi jangan khawatir ok? Kau lihat aku kan? Kalau racunnya berbahaya aku tak akan dapat bercengkrama seperti sekarang" ucap Taufan sambil menepuk pundak sang adik.
"Kau percaya aku kan?" Ucap Taufan, kini manik biru itu menatap dalam manik silver sang adik. Senyuman nya terlukis seakan meminta sang adik untuk percaya padanya dan meyakinkan Solar bahwa ia benar-benar tidak apa-apa.
"Tapi-" ucapannya berhenti saat ponselnya berdering. Tulisan nama kontak 'Thorn' terlihat di layarnya. Ia hendak mematikan telfon tersebut karena ada hal yang lebih penting sekarang, namun Taufan menggelengkan kepalanya. "Angkatlah, kau harus akur dengan saudaramu yang lain juga."
Mau tak mau ia mengangkatnya. "Solar! Kapan mau kesini??? Ruangannya sudah siap loh! Semuanya di dekorasi dengan perlengkapan keren dan mewah! Kamu pasti suka" ucap Thorn ceria.
"Aku-" , atensinya teralihkan sejenak saat Taufan melangkah sedikit menjauh, ternyata Taufan pun sedang menerima panggilan dari seseorang.
"Solar, aku harus bersiap untuk pergi misi sekarang. Kau nikmati pestamu ya!" Ucap Taufan segera setelah ia selesai menerima panggilan.
"Eh? Itu suara Taufan di balik telfon? Kak Taufan bakal ikutan pesta kan?" Tanya Thorn dengan polos.
Solar menatap Taufan yang kini sibuk merapihkan barang-barang nya untuk berangkat misi. Ia hanya dapat berpasrah, sepertinya ia harus mencari tahu lebih banyak sebelum dapat membuat sang mentor berhenti melakukan misi non-stop seperti sekarang ini.
"Aku sebentar lagi akan kesana. Bye Thorn." Ucapnya sambil mematikan telefon.
Taufan menyadari tatapan penuh emosi dari manik silver-berlian itu, ia tersenyum dan mengelus kepala sang adik, "aku harap kau tidak keberatan dengan tindakanku yang seperti ini, agent S"
Solar menggeleng, "aku hanya keberatan dengan fakta bahwa kau terus-terusan memforsir dirimu bahkan dalam kondisi yang seperti ini"
"Hey, aku harus bekerja keras untuk menebus kesalahanku" canda Taufan, namun senyuman dan sorot mata itu.. terlalu sendu untuk dianggap sebagai candaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...