"apa maksudmu?" Tanya Revan, manik merahnya memantulkan kilauan dingin dari manik safir yang ada dihadapannya itu. Alisnya mengerut, seakan berusaha berfikir keras akan maksud dari ucapan sang partner.
"Menurutmu apalagi? Kau sudah tertangkap basah, Revan." Ucap Taufan sambil menyeringai. Kartu yang tadinya ada di genggaman Revan dalam sekejap berada di tangan Taufan.
"....." , Revan terdiam seribu bahasa, ia tak dapat berkata apapun, mulutnya tertutup rapat dan tanpa ia sadari kakinya melangkah mundur.
"Kenapa diam saja Revan? Apa kau terkejut karena aku berhasil menangkap jejakmu?" Tanya Taufan lagi, ia tidak peduli dan tetap melangkah maju menghampiri Revan sambil memutar-mutar kartu di jarinya.
Manik safirnya menatap kearah manik merah yang sama-sama tak dapat dibaca. Wajah dan ekspresi yang sama-sama dingin dengan pembawaan yang berbeda. Yang satu terdiam, dan yang satu tersenyum.
"Sebenarnya kau pelakunya kan, Revan?" Tanya Taufan, sebelum ia sempat melanjutkan bicaranya, sebuah tangan sudah melayang ke arahnya.
Pukulan berkekuatan sedang mendarat di kepala Taufan, walau dipenuhi dengan emosi namun seakan pukulan itu dikontrol agar tidak melukai penerima.
"Sudah omong kosongnya?" Tanya Revan, wajah dingin penuh diamnya kini menunjukan kekesalan yang ia tahan.
"Bisa-bisanya kau bermain-main seperti ini? Kau kira ini seru?" Tanya Revan, merebut kartu dari tangan Taufan lagi, membiarkan kartu itu membaca sidik jarinya.
"Kau bilang kalau aku tidak bisa keluar dari sini... Hal ini berarti.. orang ini mengincar kekuatanku?" Tanya Revan sambil menganalisis kata-kata yang disensor di kartu itu.
"Ish ish, kan sudah aku bilang kau itu pelakunya iya kan?" Tanya Taufan dengan santai sambil bermain dengan kucing dipelukannya.
"Wah sepertinya hari ini kau tidak memiliki tempat untuk tidur." Jawab Revan dingin dan kesal.
"Hey! Inikan rumahku, kau yang menumpang" omel Taufan tidak terima.
"Oleh karena itu hentikan candaanmu dan jelaskan apa maksudmu? Apa yang kau temui di misi hari ini?" Tanya Revan, hendak menjitak kepala Taufan namun dicakar oleh kucing di pelukan Taufan. Yang berujung dengan Taufan yang menertawakannya dengan puas.
.
.Surai putih yang sedikit acak-acakan hasil dari pertarungannya dengan kucing abu-abu itu tak ia hiraukan, ia masih terfokus dengan kalimat penuh sensor di kartu itu. Pada akhirnya Taufan tetap menyuruhnya menebak. Jadi kini ia sedang terduduk di sofa. Menganalisis sebuah kartu dengan desain kekanakan bergambar hewan dan manisan. Kartu yang mungkin akan hanya dianggap sebagai mainan omong kosong bagi orang awam tapi nilainya lebih mahal dibanding supercar.
Ia harus memecahkan satu persatu kode rumit yang dibuat Taufan untuk mengerti kalimat di layar hologram kartu itu, sertakan sang pemilik surai brunette sedang menikmati shower hangat untuk membasuh tubuhnya.
Puluhan kali ia menggerutu, mengeluh akan kekonyolan akan makhluk yang sudah menampung dirinya.
"Bagaimana? Sudah terpecahkan misteri nya?" Tanya seseorang dengan suara yang sangat ia kenal, handuk kecil basah mendarat di wajah tampan Revan, siapa lagi jika bukan Taufan yang berani melempar handuk bekas mengeringkan rambutnya itu ke wajah garang sang partner.
".....tebakanku benar." Jawab Revan sambil mengerutkan alis. Ia bahkan sampai mengenyampingkan rasa kesalnya karena handuk yang mendarat diwajahnya, menandakan bahwa topik pembicaraan ini cukup serius.
"Jadi, kapan kau akan menjelaskannya padaku?" Tanya pria bersurai putih itu, manik merahnya menatap lurus kedalam manik safir yang ada di hadapannya.
Taufan terdiam sejenak, lalu ia melemparkan tubuhnya ke sofa sambil meneguk soda yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...