Setelah seluruh usaha yang ia kerahkan, seluruh padam listrik yang diakibatkan oleh dirinya yang memusatkan segala energi untuk 'menjaga' tubuh pemilik manik safir biru, kini Revan yang terlihat lelah itu akhirnya bisa sedikit bernafas.
Akhirnya, ia bisa mengembalikan detak jantung yang begitu lemah pada tubuh yang telah rusak itu. Akhirnya ia berhasil memaksa pria itu untuk bernafas kembali, walau ia rasa setiap tarikan nafas sang pengendali angin itu akan disertai rasa sakit dari seluruh anggota tubuhnya karena luka yang begitu parah itu.
Maaf.
Maafkan aku.
Aku egois, aku tahu itu.
Batin sang pemilik surai putih sambil menyandarkan kepalanya di tabung kaca besar dimana Taufan 'dirawat'.
Seluruh layar hologram besar sibuk untuk terus memantau kondisi sang pemilik manik safir itu secara real time. Memperbaharui data setiap detik, dan juga mengunggah segala data ke main computer untuk nantinya di analisa yang diharapkan bisa membawa perubahan yang lebih baik pada kondisi yang sudah sangat parah itu.
Jika bukan karena obat-obatan yang belum legal karena masih dalam proses pengembangan dengan efek samping yang belum diketahui, jika bukan karena pemberian dosis yang diatas batas yang diperbolehkan, Revan yakin tubuh itu tak akan bisa diselamatkan.
Ia menatap kawannya yang pucat. Jika dahulu kawannya di rendam di tabung yang berdiri secara vertikal, kini ia dibaringkan di dalam tabung dengan posisi horizontal. Sang pemilik manik biru safir itu terlihat sangat tenang.
Lukanya berhasil ditutup oleh Revan setelah berkutat selama kurang lebih tiga hari untuk menangani segala luka tusuk, sobek, benturan, dan lainnya.
Tentu saja itu tidak merubah fakta bahwa tubuh Taufan telah menerima terlalu banyak luka, dan organ dalamnya sudah banyak yang rusak karena serangan maupun racun.
Jika ia hanya manusia biasa, sudah pasti ia tak akan bisa diselamatkan.
Manik rubi revan menatap sendu kawannya yang terbaring itu, pandangannya beralih ke monitor yang menunjukkan adanya detak jantung yang lemah, "melihatmu seperti ini, aku tak tahu apa yang harus kurasakan." Ucap Revan.
Seekor kucing putih dengan corak abu-abu menghampirinya. Blueberry, kucing norwegian forest yang disayang oleh Taufan kini mengeluskan dagunya pada kaki Revan.
Entah untuk menghiburnya, atau untuk meminta makan.
Revan tersenyum, menggendong kucing itu keluar dari ruangan penuh teknologi dan alat medis itu, dan setelah pintu itu tertutup ia tertawa kecil. "Apa dia.. akan memaafkanku?"
°•°•°•°
Sudah 11 bulan ia merawat sang kawan yang terbaring itu. Walau detak jantungnya masih lemah, namun setidaknya ada peningkatan kondisi keseluruhan dari sang pemilik manik safir itu.
Setidaknya lukanya sudah tertutup, dan Revan sudah tahu dosis dan obat yang dibutuhkan untuk menjaga jantung kawannya itu agar tetap berdetak memompa darah.
Ia juga sudah berhasil mengurangi kadar racun dalam darah Taufan, walau tentu saja, tidak bisa semuanya.
Manik rubinya masih terlihat lelah, ia menyuntikkan obat ke lengan Taufan. "Aku sudah bilang berkali-kali untuk tidur yang cukup setiap hari. Minimal 3 jam. Lihat dirimu, sudah berbulan-bulan masih belum juga bangun.." ucapnya, tidak berekspetasi akan ada yang menjawab omelannya.
Selama 11 bulan ini, Taufan sudah mengalami 24 kali henti jantung, dan kerusakan ginjal yang menyebabkan Revan harus mengangkat ginjal Taufan yang rusak. Menyisakan hanya satu yang masih dapat berfungsi ditubuh rapuh itu. Percayalah, ia sangat sungguh bersedia untuk memberikan satu buah ginjal miliknya jika itu berarti dapat meningkatkan kualitas hidup kawannya, namun apa daya? Dia bukanlah manusia biasa. Revan adalah makhluk yang tercipta dari ribuan eksperimen kejam, yang tentunya entah organ tubuh yang seperti apa yang berhasil mengoperasikan badan 'manusia' miliknya itu. Tentu saja ginjalnya akan berbeda dengan milik Taufan yang tercipta dengan 'Boboiboy', manusia biasa, sebagai prototype nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...