Manik silver itu terbuka pelan, kamarnya terasa masih gelap, ia melirik jam alarm hologram di samping tempat tidurnya. Angka digital bertuliskan "5.30 AM" terlihat menyala.
Ia mengacak-acak rambutnya sambil mencari jam tangannya, rasanya aneh karena ini sangat sunyi. Biasanya di pagi buta sudah ada alarm suara ayam yang di remix yang menghiasi harinya.
Ia buka pintu kamarnya, sedikit terkejut karena satu lampu digital remang telah menyala di ruang tengah.
Di sofa ada sang mentor yang masih terlihat lelah dan pucat, tapi setidaknya tidak separah kemarin. Sang pemilik manik safir itu sedang sibuk membaca data dari layar hologramnya sambil meneguk soda.
Lagi-lagi soda. Batinnya kesal. Ia melangkahkan kakinya dengan sunyi, itu adalah salah satu ajaran dari mentornya akan cara menjadi agen yang mumpuni.
"Aku tak tahu harus mulai dari mana sesi mengomelku hari ini" ucap Solar sambil merampas kaleng soda dari tangan sang mentor. Taufan sedikit tersentak karena kehadiran sang adik yang tiba-tiba muncul di belakangnya itu.
"Eh, Solar.. kok sudah bangun?" Tanya Taufan sambil berusaha mengambil kaleng sodanya namun dengan gesit Solar selalu menjauhkan kaleng itu darinya.
"Ini sudah terhitung telat, sepertinya kemarin aku kelelahan karena turnamen. Biasanya aku terbangun bahkan sebelum ayam berkokok" ucapnya sedikit kesal karena kelalaiannya.
Tangan yang hangat mendarat di kepalanya, "jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, dulu kau harus bangun pagi untuk latihan disiplin. Namun sekarang kau sudah menjadi agen S kan? Tak perlu lagi memasang peraturan yang sangat ketat untuk diri sendiri" ucap Taufan sambil mengumpulkan energi untuk berdiri dari sofanya.
"Aw, tulangku-" keluhnya saat rasa ngilu ditambah bunyi 'krek' lagi-lagi terdengar dari sikutnya.
Solar mengulurkan tangannya untuk membantu Taufan berdiri, "ucapkan hal-hal sok bijaksana itu pada dirimu sendiri. Kau sedang terluka harusnya ambil libur dan istirahat total." Ucap Solar sambil melempar botol soda Taufan ke tempat sampah dan mendaratkannya dengan sempurna.
"Hey! Itu masih ada isinya!" Omel Taufan yang tentunya tak dihiraukan oleh Solar.
"Ngomong-ngomong, mau makan sarapan apa hari ini?" Tanya Taufan, ia hendak melangkah ke dapur namun dihentikan oleh sang adik.
"Kau duduklah disini, biarkan aku yang memasak" ucap sang bungsu.
Belum sempat Taufan membantah, Solar sudah memberikan lirikan tajam " ini perintah" tambahnya.
Taufan sedikit tersentak, mulutnya terbuka pelan lalu kembali tertutup, melukiskan sebuah senyuman yang lagi-lagi sulit dimengerti maknanya.
"..agent S, kau benar-benar sudah berkembang ya" ucapnya lagi sambil tertawa kecil. Tangan yang tadinya ia angkat untuk mengusap kepala sang adik kini ia sembunyikan dibalik punggungnya.
"Bukankah ini semua berkat didikanmu?" Jawab Solar dengan enteng.
Taufan terdiam. Ada kehangatan yang bersemayam di dadanya saat mendengar kata-kata itu. "Oh sudah pasti mentor hebat ini mentor yang sangat keren yang cuma ada satu di dunia" ucapnya sabil menyeringai.
Ia tidak dapat melihat ekspresi Solar yang tersenyum lembut saat mendengar kekonyolan kakak sekaligus mentornya itu.
"Kau rebahan saja di sofa, pakai selimut itu. Aku akan masak roti panggang untuk sarapan" ucap sang adik yang di tanggapi dengan "hm" dari Taufan.
°•°•°•°
"Makanlah selagi masih hangat" ucap Solar, membawa piring berisikan 3 roti panggang ke sofa. Taufan berganti posisi menjadi duduk agar Solar dapat duduk disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]
Fanfiction"Taufan, kau telah menghancurkan segalanya!" "jika saja kau tak ceroboh! dia-- dia tak akan--" setelah kejadian di hari itu, hari-hari Taufan berubah. kebahagiaan seakan telah pergi begitu saja darinya bersama dengan saudara-saudaranya yang telah...