58 - keputusan yang salah?

2.4K 350 505
                                    

Langit-langit ruangan bernuansa biru itu menjadi pemandangan pertama yang ia lihat segera setelah manik safir itu menunjukkan sedikit kilaunya.

Kesunyian,

Sebuah hal yang ia benci, namun kini ia harapkan. Kesunyian terdengar jauh lebih baik dibandingkan suara dengungan yang seakan seperti tv tanpa sinyal di kepalanya.

Kesunyian juga adalah hal yang walau menyakitkan, namun sudah membuat ia nyaman. Membuat hatinya nyaman, membuat ia memiliki kontrol akan realita.

Bukannya seperti sekarang,

Dimana situasi jauh dari kata "sunyi"

Suara bisik-bisik pelan yang terdengar, hanya untuk membungkam orang agar tidak mengeluarkan suara.

Terkadang Taufan berharap ia hanyalah manusia biasa tanpa kepekaan yang berlebihan pada beberapa indra tubuhnya. Dengan begitu ia tak perlu terbangun dari istirahatnya karena suara bisikan itu.

Seketika suara bisikan itu berubah menjadi suara normal yang terdengar sedikit berisik. Suara yang berisikan kesenangan dan antusiasme yang menggebu-gebu.

"Taufan! Kau sudah bangun!" Ucap Blaze sambil mendekati Taufan dengan manik amber nya yang berkilauan.

Taufan terdiam. Otaknya tidak dapat memproses ini dengan cepat.

Kenapa ada Blaze disini?

Eh? Ada Thorn juga?

Dan Gempa..?

Dan.. Ice?

Ia berusaha mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyadarkan dirinya dari kebingungan ini.

"...sejak kapan kalian ada disini?" Tanya Taufan setelah jeda beberapa menit.

Gempa membawakannya sepiring apel yang sudah dikupas dengan rapi. "sejak tadi pagi.." jawabnya sedikit canggung, mengingat kejadian kemarin hari dimana Taufan meminta mereka pergi.

"Maaf kami masuk tanpa izin." Ucapnya pelan.

Inilah yang mengingatkan Taufan dan Gempa akan perbedaan situasi mereka saat ini.

'tetap sama' dan 'seperti sedia kala' adalah sebuah omong kosong.

Jika situasi tetap sama seperti sedia kala, pasti saat ini mereka tidak akan ada pada situasi yang canggung. Atmosfer yang dipaksakan agar terasa normal, namun tetap tidak berhasil.

Jika seperti saat itu, saat dimana belum ada keretakkan pada ikatan ini, tak akan ada kata "maaf" disaat mereka masuk ke kamar satu sama lain tanpa izin. Tak akan ada rasa bersalah saat mereka menunjukan rasa khawatir.

Sungguh tamparan yang keras bagi mereka yang tersadar, bahwa hubungan yang dahulu pernah mereka banggakan, telah runtuh hingga seperti ini.

Walau dahulu persaudaraan mereka adalah cerita favorit mereka, walau dahulu ikatan mereka adalah sumber kebahagiaan mereka, kini mereka berusaha mengabaikan fakta bahwa halaman tentang diri mereka masing-masing sudah menghilang dari buku itu.

Taufan terdiam, begitu pula Gempa. Ada baiknya Blaze dan Thorn adalah anak yang sangat polos. Kedua pria itu mendekati Taufan dan memberikannya sebungkus plastik besar berisi camilan. "semua camilan yang kau suka kebanyakan chiki dan cokelat." Ucap Thorn.

"Gempa bilang saat masa pemulihan kau harus menghindari makanan yang terlalu banyak pengawet seperti itu, jadi kami hanya dapat memilih biskuit, susu dan marshmellow" lanjut Blaze.

Mungkin karena telah tertidur dalam waktu yang cukup, tubuhnya dapat berfungsi lebih baik dari kemarin. Taufan tersenyum, "terimakasih"

"Sudah repot-repot begini." Lanjutnya.

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang