04 - Salah Paham

701 78 0
                                    

Off Jumpol POV

Sesampai di kamar.

Aku memeluknya dari belakang, erat. Dia terdiam tanpa berkata.

"Aku rindu." kataku

Dia hanya terdiam.

"Apa kau cemburu pada kehadiran Bai? dia hanya teman ku." kataku berusaha menerka apa Gun, merasakan cemburu pada sahabatku sendiri. Tapi wajar jika dia cemburu, itu artinya dia memang mencintaiku. Ahh meski tak cemburu, aku sudah tahu dia sangat mencintaiku.

"Sedikit." katanya pelan. Aku semakin mengeratkan pelukanku, sungguh hangat bermanja memeluknya, dia ini seperti bayi kecil yang selalu ingin kudekap dan kucumbu setiap saat.

Yah anggap saja aku gila, dia memang membuatku gila.

"Kau masih ingat pertemuan pertama kita Gun?" tanyaku tiba-tiba, aku duduk di tempat tidur sambil membiarkan ia duduk di pangkuanku. Aku sungguh ingin mengenang segala pertemuan kami dulu.

"Masih, di Pestamu kan." jawabnya santai, aku hanya tertawa, jadi yang dia ingat memang hanya saat Pesta itu yah.

Tapi biar sajalah dia mengingat hal itu.

"Kau kenapa hanya tertawa?" tanyanya penasaran.

"Tidak, aku hanya mengingat pertemuan kita, yah di pesta itu kau sangat cantik." kataku.

Dia tertawa geli.

"Saking gilanya yah kamu padaku, hingga akhirnya kamu hanya terus mengatakan bahwa aku cantik, padahal aku bukan wanita." katanya.

Aku hanya tertawa pelan.

" Bagiku kau yang paling sempurna, melengkapiku. Jangan pernah pergi dariku, jangan pernah juga berpaling ke arah lain." Kataku sambil mencium pipinya.

Ia tertawa.

"Kau seperti anak kecil, baiklah aku pun juga tak berpikiran ingin pergi." Katanya manis.

"Cepat tidur, jadwal mu padat kan besok." kataku sambil mencium bibirnya kilat.

"Kau tau saja aku sangat sibuk." katanya manja.

"Aku tau segalanya tentangmu." kataku. Dia hanya tertawa menertawaiku.

...

Sekitar dini hari aku terbangun karna haus. Dan saat berjalan di dapur, aku melihat Bai sedang makan sendirian. Ini masih dini hari, kenapa dia malah makan sendirian. 

"Kau sangat lapar?" tanyaku lalu duduk didepannya.

"Iya mendadak lapar." katanya sambil tersenyum.

"Setelah lama tak ada kabar, bagaimana kabarmu?" tanyaku.

Dia terdiam dan menatapku.

"Menurutmu bagaimana?" tanyanya kembali.

"Kau terlihat sama saat kau pergi meninggalkan kami." dia terpaku mendengar pernyataanku.

"Ada apa? apa yang membuatmu kembali?" tanyaku lagi.

"Kau masih tak bisa percaya padaku lagi?" tanyanya sedih.

Aku menatapnya lalu tertawa.

"Bai... aku bisa berpura-pura tak pernah terjadi apa-apa diantara kita, aku bisa menutup mataku atas perbuatanmu di masa lalu ketika kita tidak sedang berdua. Namun jika kita hanya berdua, aku tak bisa berpura-pura." kataku serius.

"Kau masih membenciku?" tanyanya.

"Tidak, sama sekali tidak, aku bahkan tak pernah membencimu, tapi perbuatanmu waktu itu sudah melunturkan segala rasa percayaku padamu. Jadi jangan main-main, dan jangan mengulang perbuatanmu itu." kataku tegas.

"Lalu kenapa kau berpura-pura?" tanyanya lagi.

"Karna satu alasan, kau adalah sahabatku." , " Dan jangan pernah berniat jahat pada Gun." peringatanku padanya.

Dia hanya terdiam saja tanpa beradu argumen lagi.

"Jika bagimu memafkan itu mudah, maka posisikan dirimu pada posisiku, pahami diriku." kataku.

Flashback 

" Apa yang kau lakukan barusan?" tanya Off pada Bai.

" Aku tidak melakukan apa-apa." kata Bai gugup.

Off menatap tajam pada Bai. Rasanya seluruh perasaannya hancur ketika melihat seorang sahabat yang sangat ia percayai ternyata sangat menakutkan.

"Kau berani berbohong.?" tanya Off sekali lagi

"Aku tidak berbohong." Kata Bai berusaha meyakinkan orang yang ada didepannya, ia takut Off akan membencinya, ia takut satu-satunya orang yang slalu percaya padanya akan membencinya.

"Hari ini kau patahkan hatiku." kata Off lalu berlalu pergi meninggalkan Bai yang terdiam tak mengerti, apa yang sebenarnya Off tahu.

Flashback end

Bai terdiam setelah aku pergi, aku tahu dia pasti bingung dengan sikapku, tapi itu karna aku tak ingin lagi ada kebohongan maupun salah paham lagi. 

Setelah di kamar, aku menatap Gun ku yang sedang tertidur. 

Aku hanya memberi peringatan pada Bai, dan aku harap kembalinya ia kesini tidak lagi menyakiti siapapun.

Dulu memang kami bertiga tingga bersama, Mark, Aku dan Bai.

Kami bersahabat sejak lama, dan saling menyayangi satu sama lain. Namun semakin kami bertumbuh, ternyata ia mencintai Mark lebih dari sahabat. Aku tak masalah jika mereka berdua ada hubungan spesial, meski aku takut itu akan membuat hubungan persahabatan kami jadi berbeda. Namun ternyata takdir membuat Mark mencintai Perth, dan semenjak itu pula Bai menjadi lain.

Rupanya ia sangat terobsesi pada Mark, dan ini membuatku merasa terluka, karna kedua sahabatku jadi berbeda.

Dan semakin lama, Bai semakin berulah, meski aku hanya diam dan tak berkomentar, tapi hari itu, dimana dia mencoba mencelakakan Perth, disaat itu aku tak lagi bisa diam. Namun lagi dan lagi ia membuat kebohongan.

Meski Mark slalu salah paham atas sikapku yang terkesan membela Bai, aku hanya diam membiarkannya. Sampai akhirnya Mark sendiri yang memutuskan menjauh dari Bai.

Dan saat itu adalah saat menyakitkan bagiku, dimana aku harus menerima bahwa persahabatan kami sudah hancur.

Dan ketika ia datang hari ini, aku hanya bisa berpura-pura menerimanya, dan berharap penyesalannya adalah ketulusan, bukan tipu muslihat untuk mengelabuhi kami.

Maka dari itu aku tak suka Gun dekat dengannya, aku hanya takut Bai akan menyakiti Gun ku.

Off POV End.

...

Tbc

The One ( Remake Offgun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang