Bgm : B2st - Ribbon
...
Off Jumpol POV
Hari ini waktunya untuk liburan.
Mark, dan yang lain sudah berangkat duluan dengan mobil Perth, dan aku jelas ingin berdua saja dengan cintaku."Padahal mobil Perth kan lumayan besar, muat untuk kita bertujuh. Lalu kenapa kita berdua malah terpisah?" Tanya Gun yang polos atau pura-pura tak mengerti.
Aku mencubit gemas bibirnya yang seksi.
"Kau ini sangat tidak peka yah? Kan biar kita bisa berduaan dong." Kata ku gemas.Dia hanya menatapku geli.
"Off kuperhatikan semakin lama kau semakin pervert saja?" Katanya ngeri.Aku tertawa mendengarnya.
"Itu karna kau semakin seksi, jadi pengen kumakan." Kataku menggodanya.
"Gak ada hubungannya seksi sama makanan. Kalau kau lapar yah makan sana." Katanya kesal."Aku inginnya makan kamu Gun." Kataku lalu berlari karna dia ingin memukulku dengan payung.
Dasar tidak peka.
...
Di perjalanan, Gun tertidur pulas, aku tersenyum melihatnya.
Saat sampai di villa, aku tak tega membangunkannya, jadi aku membiarkannya tidur. Aku pun mengangkat beberapa barang yang ada di mobil."Phi Gun mana? " Tanya Perth setelah melihatku datang. Mark dan Mean pun membantu membawa barang.
"Di mobil, masih tidur, biarkan saja dulu. Kasihan kelelahan, Plan dan Bai mana?" Tanya ku yang tak melihat kedua anak itu.
"Mereka sedang berbelanja untuk makan siang kita." Jelas Mark.
"Phi, kita siapkan kayu nya dulu untuk api unggun nanti malam." Kata Mean.
"Iya, biar aku sama Mark siapkan panggangan untuk barbeque nya." Kata Perth.Akhirnya kita pun menyiapkan alat dan bahan untuk acara nanti malam. Dan hal itu cukup memakan waktu yang lama. Sampai aku tersadar bahwa aku melupakan Gun di mobil.
"Astaga aku lupa memanggil Gun, aku mau bangunkan dia dulu yah." Kataku lalu tergesa menuju ke halaman.
Sedangkan trio hanya menggeleng melihatku yang sepanik itu.
Namun saat sampai di halaman, aku terkejut karna Gun tak ada di mobil. Aku kebingungan kemana perginya dia.
Aku pun mencoba mencari ke dalam Villa, namun nihil, dia tak ada dimana-mana.
Aku mencoba menghubunginya, namun aku lupa bahwa ponselnya ada disakuku.
Sungguh aku kebingungan mencarinya, aku takut dia menghilang, aku merasa begitu sakit dan takut. Bahkan hampir menangis.
"Off, kau kenapa?" Tanyanya saat melihatku seperti orang gila yang kebingungan mencarinya.
"Kau habis dari mana?" Hingga aku tak sadar membentaknya.
" ... " Dia hanya terkejut melihatku marah. Hingga aku melihat ice cream coklat di tangannya.
Dia hanya menatapku bingung.
Aku melunak dan langsung memeluknya.Dia tak merespon pelukanku.
Aku menatapnya, pandangan matanya marah.
"Maaf aku membentakmu, aku hanya kebingungan mencarimu sayang." Kataku menyesal.
Dia hanya diam menatapku, dia marah.
"Jangan marah, aku benar-benar tak bermaksud..." Dia menahan perkataanku dengan ice cream yang disodorkan ke mulutku."Jangan bicara apa-apa, aku sedang muak padamu." Katanya sambil melangkah pergi dari hadapanku.
Aku menahan langkahnya dengan memeluknya dari belakang.
"Aku takut kau pergi dan tak kembali.", "Maaf aku kasar, tadi aku hanya sedang kehilangan akal sehat." Kataku menyesal."Kau tahu tuan Jumpol, satu hal yang paling kubenci adalah bentakan marah dalam alasan apapun. Kau tidak akan tahu betapa sakitnya saat dibentak." Katanya kesal.
Aku mengeratkan pelukanku.
"Aku menyesal sayang." Kataku."Aku maafkan kau kali ini." Katanya, lalu aku membalikkan badannya, dan menciumnya.
"Aku hanya takut kau tiba-tiba pergi, aku tak bisa bayangkan jika kau tak kembali." Kataku.
Dia menatapku dengan lembut.
"Kendalikan ketakutanmu, lagipula aku juga tak bisa pergi kemanapun tanpamu." Katanya lembut.Aku hanya menunduk merasa bersalah.
Tapi benar aku sungguh ketakutan jika ia tiba-tiba, pergi dan tak kembali."Kalian sedang syuting drama? Berpelukan di luar seperti ini?" Tegur Plan . Aku dan Gun pun langsung malu terpergok sedang berpelukan.
"Pelukannya lanjut dikamar ajah, yuk Bai, kita tinggalkan pasangan lebay kita ini." Sedangkan Bai hanya tertawa melihat tingkah kami.
"Gun, lanjut pelukan dikamar?" Tanyaku.
"Pelukan sama guling sana" balasnya sarkas.
Aku hanya tertawa melihat pipinya yang merah.Oke aku mengaku tadi aku sempat kehilangan kendali, aku merasa gila jika aku harus kehilangan dia. Dan kuakui juga bahwa aku terlalu berlebihan. Berlebihan seperti rasa cintaku padanya.
Off POV End.
...
Gun POV
Tadi waktu aku terbangun, aku melihat Off sedang membawa barang masuk. Saat aku keluar, aku merasa ingin melihat lingkungan sekitar.
Dan tak ku sadari, aku melangkah terlalu jauh, bahkan aku mulai bingung kemana arah kembali. Aku pun mau menghubungi Off, dan bodohnya aku lupa mengambil ponselku di Off setelah ia melihatnya. Untung aku melihat toko ice cream, akhirnya kuputuskan membeli satu dan sekaligus bertanya.
Setelah dijelaskan arah mana yang harus kutuju, aku pun akhirnya menemukan kembali villa nya, namun aku melihat Off yang berjongkok dengan raut wajah khawatir dan hampir menangis.
Dan saat ia membentakku, hatiku terasa sangat sakit, dan aku marah karenanya. Tapi karna ia menyesalinya, aku jadi sadar bahwa ini murni kesalahanku.
Tapi bagaimanapun aku benci dibentak oleh siapapun tak terkecuali.
Bukankah ada cara marah yang lebih baik? Lalu kenapa harus memakai bentakan?. Jujur dibentak itu rasanya sakit, daripada dihina atau dipukul.
Off masuk ke kamar, jelas saja terlihat dia merasa bersalah padaku. Dan semarah apapun aku padanya, harus kuakui aku luluh akan sikap posesifnya.
"Off, sini." Aku memanggilnya, dan ia mendekat. Aku tersenyum lalu memeluknya erat.
Dia membalas pelukanku.
"Sekali lagi maaf." Katanya, aku tersenyum dan memeluknya makin erat."Aku sudah tak marah lagi. Aku paham atas sikapmu." Kataku. Ia menatapku.
"Aku hanya benar-benar takut." Katanya jujur.Aku mengangguk.
Dan seperti itulah kita berbaikan.
...
Kita berdua sama-sama tahu bahwa kita saling merasa takut, takut akan hal yang membuat kita sakit. Namun, jika kita terus takut, maka kita tak akan pernah mengerti bahwa ketakutan kita suatu saat akan menjadi penyebab adanya jarak.
Maka dari itu aku berusaha berani menghadapi apapun demi menghapus jarak yang selalu akan menjadi jauh.
Karna aku tak mau dia ataupun aku sakit, aku hanya ingin dia bahagia hanya denganku sampai akhir.
Aku menciumnya, dan ia membalas ciuman itu.
Aku juga tak ingin hubungan ini terikat terlalu kencang, karna yang kutahu, sekencang apapun tali yang mengikat suatu hubungan, bisa saja lepas di tengah kuatnya ikatan itu. Karna tak ada pengekangan yang abadi (Ribbon).
Biarlah hubungan ini terjalin adanya, menyesuaikan dengan kelebihan maupun kekurangan kita, karna aku ataupun dia juga bukan manusia sempurna.
Gun POV End.
...
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The One ( Remake Offgun )
FanfictionRemake The One ( by Rin ) Season 1 (End) The One Season 2 (On Going) Mine Off Jumpol & Gun Athapan