14 - Last Day

332 32 4
                                    

"Mau ikut jalan-jalan nggak?" tanya Plan dan Gun saat Perth selesai dari kamar mandi.
Plan membantu Perth ke ranjang.
"Gimana caranya ikut kalau kakiku begini." ucap Perth cemberut.
"Minta gendong Om mu." kata Plan membuat Perth tersenyum dengan mata berbinar.
Mereka memang sengaja tidak sarapan di Penginapan, Off bilang mereka bebas mencari sarapan di sana, karena kan ini hari terakhir.

Mean masuk kamar dan membantu Perth.
Kasian kan kalau hanya anak itu ditinggal sama Mark.
Mereka juga masih berantem.

"Sayang nggak mau kugendong ajah?" tanya Mark.
"Nggak." ucap Perth yang kini sudah naik ke punggung Mean.
"Sudah biarin ajah anaknya masih ngambek, ayo kita cari sarapan." ucap Gun menarik Mark untuk ikut mereka, sedang Perth bersama Mean dan Plan.

"Kamu ikut Off apa Plan?" tanya Bai berbisik pada Krist.
"Plan saja." ucap Krist lalu berjalan di sisi Plan.
"Bagaimana jika aku yang menggendong Perth." tawar Krist sebagai anak baru.

Bai yang kini memilih bersama Off hanya memandang Krist yang mulai menggendong Perth di punggungnya.
"Kalian berdua jangan cemburu." ucap Gun kini menggandeng lengan Mark dan Bai.
Sedangkan Off hanya menggeleng melihat mereka berdua.

..

"Makanannya cepat dihabiskan, itu mahal." sindir Off pada dua anak didepannya.
"Iyah bawel." ucap Bai.
"Bai, jangan bilang dalam waktu singkat kamu sudah jatuh cinta sama Krist?" tanya Off menuduh.
Pipi Bai seketika merah tapi menggeleng mengelak.
"Benar ternyata." ucap Mark ikutan meledek.
"Pas banget kan kamu cantik dan Kristnya tampan." ucap Gun ikut setuju jika nanti Bai bisa bersama Krist.

"Tapi kau harus memastikan dia anak baik-baik." peringatan dari Off yang tidak salah.

"Sepertinya ia juga menyukaimu." ucap Mark ikut setuju biar Krist nggak caper sama Perth.
"Jangan dengar ucapan dari anak tidak peka." ucap Gun membuat Off tertawa mendengarnya.

Bai ikut menertawai Mark.

Yah kan jangan percaya pada pria tidak peka.

...

Setelah makan, mereka berjalan-jalan di sekitar danau.
Off berjongkok di depan Gun.
"Ayo kugendong biar kamu gak kecapek.an." ucap Off membuat Gun hanya menertawai tingkah manis Off. Tapi dia tidak menolak dengan

Gun pun naik ke punggung Off, sedangkan Bai dan Mark jadi saksi bucin.
"Badanmu semakin berisi Gun." Ucap Off tidak untuk berniat meledek.
"Kamu dan Perth mencekokiku banyak makanan." Ucap Gun sambil tersenyum.

Angin lembut membelai pipi mereka, sinar matahari dengan hangat mengiringi langkah mereka. Tidak sekalipun Gun memikirkan bahwa pada akhirnya ia merasakan bahagia lagi. Diterima dan dicintai begitu banyak. Tidak ada lagi tangan hitam yang menyeretnya masuk kedalam ketakutan dan trauma. Orang-orang disisinya telah menyembuhkan luka dalam hatinya.

"Kau tahu kau pria tertampan yang pernah kutemui." Bisik Gun membuat Off hampir jatuh karena tidak seimbang. Gun memilih turun karena takut dijatuhkan.
"Kamu mau jatuhin aku?" Semprot Gun pada Off yang hanya menunduk.

Sedang Mark dan Bai sudah jalan duluan tadi, mereka berdua malas melihat kebucinan yang bikin iri hati.

"Kamu jangan keseringan muji aku secara mendadak." Ucap Off menyemprot balik.
"Kamu berani balik galak?" Tanya Gun sambil berkacak pinggang. Off hanya menggeleng.
"Aku memang seneng dipuji, tapi yah jangan mendadak juga, bisa jantungan tiba-tiba kalau denger pujianmu. Mau ada berita seorang pria tewas jantungan gara-gara dipuji pacar cantiknya?" Tanya Off langsung membuat Gun menertawai pria itu.
"Astaga selain bucin, kamu juga jago lawak yah." Ucap Gun sambil memegang perutnya karena capek tertawa.

Off yang melihat tawa cantik Gun pun menarik Gun mendekat. Gun mendongak dengan wajah memerah, menatap Off si pria tampan yang ia cintai.
"Aku serius, jantungku langsung dagdigdug dipuji orang secantik kamu." Ucap Off lalu mencium Gun. Gun membalas dengan mengalungkan lengan pada leher Off, meski posisinya tidak enak karena mendongak. Maka Off segera menggendong si pendek dan lanjut ciuman.

Ciuman yang penuh gairah hingga tautan terlepas saat keduanya hampir kehabisan nafas.

Keduanya hanya menatap dengan nafas tersengal.

...

"Kak Krist nggak capek apa gendong aku?" Tanya Perth yang padahal tadi sudah minta dipapah saja, namun Krist tetap ingin menggendong Perth. Plan dan Mean hanya menatap keduanya sambil bergandeng tangan.
"Nggak kamu badannya kecil, jadi nggak bikin kakak capek." Ucap Krist membuat Perth tersenyum.

"Mereka mesra." Ucap Mean.
"Iyah sih, yah pasti Mark cemburu." Ucap Plan.
"Dia sih bikin tuh anak jatuh kemarin, dua kali pula." Ucap Mean.
"Memang duo ceroboh." Ucap Plan gedek sama Mark dan Perth.

...

"Masih marah." Ucap Mark saat dalam mobil.
"Nggak kok." Ucap Perth tidak bohong.
"Tapi kenapa ini ada Krist yang ditengah?" Tanya Mark cemberut.

"Kalian ribut mulu perasaan." Ucap Off yang lagi menyetir.
"Udah Mark, nanti dibujuknya pas di Rumah." Ucap Gun menengahi.

Krist memang menumpang dan Off bersedia mengantar anak itu pulang.

Ditengah perjalanan hanya Off dan Krist yang tetap terjaga. Perrh tidur dengan kepala menyandar bahu Krist, berbeda dengan Mark yang kepalanya menyandar pada jendela, hingga beberapa kali kepalanya terbentur. Kalau Gun, lehernya ada bantal penyangga jadi aman.

"Apa kau tertarik pada Bai?" Tanya Off membuat Krist yang sedang fokus melirik Perth pun sedikit terkejut atas pertanyaan mendadak barusan.
"Dia gadis yang cantik dan baik hati, dia gadis yang menarik." Ucap Krist sambil mengalihkan pandang pada jendela.
"Kalian berdua sepertinya cocok." Ucap Off yang membuat Krist tertawa kecil. "Benarkah? Sepertinya begitu." Tanggapan Krist membuat Off tersenyum, sepertinya ia dan Gun memang niat menjodohkan Krist dan Bai.

...

Off menggendong Gun masuk Rumah, Mark disuruh memarkirkan mobil lalu membawa Perth sekalian masuk. Bai sendiri menginap di Rumah Mean, bersama Plan. Mungkin nanti malam mereka baru akan datang ke Rumah Off untuk makan malam. Atau sekalian besok pagi untuk sarapan.

Off meletakkan Gun dengan hati-hati namun saat hendak melepaskan Gun, Gun malah menariknya mendekat. Mata cantiknya masih terpejam.
"Tidurlah denganku, aku ingin memelukmu seharian. Jadilah mereka tidur sambil berpelukan semalaman.

Off tidak pernah jatuh cinta, jadi saat matanya terpesona pada Gun, rupanya hatinya bahkan turut jatuh pada si kecil yang begitu cantik.

Hampir jam makan malam, namun kedua pasangan kekasih itu masih saling memeluk.

Gun terbangun duluan, dan saat ia membuka mata, fokusnya ada di wajah rupawan sang kekasih.

Hal yang paling disukai Gun dari hubungan mereka adalah Pria ini bersedia memberikan segalanya untuk Gun. Sesuatu yang tidak pernah Gun dapatkan dari siapapun dalam hidupnya.

Off terbangun dan menatap Gun yang wajahnya memerah karena ketahuan mengagumi wajah tampan Off.

"Wajahmu memerah." Ucap Off. "Karena kamu tampan." Ucap Gun membuat Off tersenyum lalu mencium kening Gun.

"Apa lagi yang sedang kau pikirkan?" Tanya Off membuat Gun mengerjapkan mata.
"Kau tahu aku sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Gun. Off mengangguk.
"Ada apa?" Tanya Off.

Gun menunduk lalu maju dan memeluk Off. Menyembunyikan wajahnya pada dada Off.
"Aku merindukan orang tuaku." Ucap Gun lalu menangis tanpa mengatakan apapun lagi. Off tidak menjawab ucapan Gun, namun ia mengusak punggung Gun untuk menenangkan anak itu, membiarkan Gun meluapkan perasaannya.

Rupanya kebahagiaan milik Gun saat ini ditengah Off dan lainnya, membuat Gun merindukan kedua orang tuanya. Gun masih mengingat mereka.

Orang yang justru memberikan terlalu banyak luka dalam jiwanya.

...

Tbc

The One ( Remake Offgun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang