04. Jemput Depan Pintu

3.6K 627 137
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Beri komentar disetiap paragraf ya! Kritik dan saran kalian sangat berguna bagi aku. Happy reading!

•••

"Tumben..."

Alan menyentuh jidad sang anak saat ia baru saja tiba didapur dan mendapati Arkan sudah duduk manis menunggu masakan asisten rumah tangga mereka.

"Nih, Pak Haji. Berhubung Arkan bangun pagi, boleh ya sekolah pakai motor. Kasian koleksi motor di garasi kalo dipakai cuma pas abis Isya doang." Arkan meneguk sisa air digelas dengan cepat.

"Pakai motor!?" tanya Alin yang baru datang. "Arkan anak bunda yang paling cantik dan gemesin... Unch... Unch..." Alin mencubit gemas kedua pipi Arkan seperti anak kecil.

"Mobil 'kan ada banyak, tinggal pilih warna apa, masa mau pakai motor sih?" celoteh Alin lalu duduk disalah satu kursi masih dengan senyum lebar.

"Ayah tetap nggak bolehin! Nanti kamu malah keluyuran, sama si Rehantu!" ucap Alan tegas lalu duduk dikursinya.

"Bunda..." Arkan menghentak-hentakkan kakinya dengan wajah yang di imut-imutkan. "Ayah marahin Arkan lagi, Bunda tega liat anak Bunda yang gemesin ini dimarahin sama bapak-bapak kumis tipis itu?" tanya Arkan masih dengan wajah memelasnya.

Alin mengetuk-ngetukkan garpu ke meja makan mewah itu hingga Alan langsung mengalihkan pandangannya.

"Rasain..." ucap Arkan sangat pelan diakhiri kekehan garingnya.

"Iya! Iya boleh!" ucap Alan sebelum isterinya itu meledak. Emang Alin balon? Yang meledak apanya ya?

"Mantap!!!" Arkan berbangga diri kemudian meraih tas hitamnya lalu mencium kedua pipi sang ibu yang juga tersenyum sumringah padanya.

"Assalamualaikum, Bunda cantik! Arkan pamit dulu ya! Dah Bunda... Awet muda terus! Muahhh! Mobil putih ya Bund! Ngghhokkey!!!" cerocos Arkan meninggalkan ruang dapur.

"Ayah kok ngizinin?" tanya Alin melipat tangannya didada.

"Loh? Emang Bunda nggak bakal marah kalau Ayah nggak ngizinin?" tanya Alan balik.

"Tadinya sih enggak, tapi Ayah ngizinin. Jadinya Bunda marah! Huhhh!" Alin menggembulkan pipinya seperti tingkah laku Arkan beberapa waktu lalu.

Hal itu semakin membuat Alan merana, sepertinya dulu ia salah pilih gaya saat membuat Arkan, eh.

Mobil putih Arkan memasuki sebuah komplek perumahan yang cukup elit, ia menatap taman yang nampak ramai anak-anak bermain disana. Mobilnya tiba di depan sebuah rumah bernuansa putih bertingkat dua.

"Berisikkk!!!" teriakan seorang wanita berhasil membuat gerak Arkan yang hendak membuka pintu mobil terhenti.

"Kalau saya mau pergi, itu bukan urusan kamu juga kok! Sewot amat!" wanita yang tiada lain adalah Laila berjalan keluar rumah dengan ekspresi kesalnya.

"Laila! Tunggu!" Jaya menyusul dengan ekspresi tak kalah kesalnya.

"Ini mobil siapa sih! Parkir sembarangan!" omel Laila dan Arkan pun memberanikan diri membuka pintu, ia turun dengan gagahnya hingga membuat tatapan sepasang suami isteri itu tertuju padanya.

"Siapa kamu?" tanya Laila meneliti setiap sudut mobil Arkan yang terlihat sangat mewah itu.

"Em... Saya... Anu... Saya--"

"Temannya Naura ya?" tanya Jaya diakhiri senyum ramah.

"Iya Om! OTW dikit lagi jadi pacarnya Naura. Btw, calon pacar saya mana ya?"

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang