14. Pencarian Arkan

2.7K 475 54
                                    

"Ya Allah nggak percaya banget sama Rehan. Arkan enggak ada disini. Paling tuh anak nangkring di pohon ngintip orang pacaran di taman." Rehan bersikeras mengatakan kepada ponselnya yang menghubungkan panggilan kepada Alan.

"Iya... Iya... Rehan cari, sama Gilang juga!"

"Iya!!! Buset dah!"

"Eh... Siap ayahanda, siap ibunda. Muach!!!"

Rehan mematikan panggilannya kemudian bergegas keluar dari kamar.

"Dad, Rehan kerumah Gilang dulu. Mau ngereview Oreo Supreme! Bye!!!" pamit Rehan pada Kenzie dan Adis yang tengah bersantai diruang keluarga.

"Anak lu," ucap Kenzie geleng-geleng kepala.

"Titisan elu!" balas Adis tak mau kalah.

Rehan melajukan motornya meninggalkan rumah, review Oreo Supreme? Yakali dah! Ia bertemu dengan Gilang di pertigaan jalan. Mungkin Alan dan Alin juga menghubungi Gilang guna mencari tahu keberadaan Arkan.

"Kerumah Naura!" ucap kedua pemuda itu berbarengan.

Decakan terdengar, keduanya pun bergiringan memacu kendaraan menuju rumah yang tadi dibicarakan.

"Naura..." panggil Arkan memelas saat ia sudah tergeletak diatas kasur.

Wanita dengan pakaian super minim itu memilih mengunci pintu lalu menghampiri Arkan untuk mengambil botol minuman yang sudah kosong itu.

"Nau..." Arkan menarik lengan wanita tersebut hingga terjatuh tepat disamping tubuhnya.

"Hargain gue... Please..."

Arkan memejamkan matanya sayupnya masih dengan tangan yang memeluk wanita tersebut hingga wanita itu tak mampu melepaskan diri.

"Hey! Lepasin gue!" ucapnya namun Arkan tidak menggubrisnya.

Sedangkan diluar kamar, Bima terus menggedor-gedor pintu memanggil-manggil nama Arkan dan Lara.

"Astaga! Kita bisa dalam masalah!" Noah juga ikut membantu Bima memanggil-manggil dua orang yang berada di dalam sana.

Naura membuka pintu.

"Arkan ada? Bokapnya nyariin!" ucap Rehan hingga Naura sempat terkejut.

"Coba lo liat balkon kamar lo! Ada dia nggak?" tanya Gilang hingga Naura menyerngit.

"Gue nggak tau Arkan ada dimana! Pergi lo pada! Ganggu orang istirahat aja," usir Naura hendak menutup pintu namun Rehan menahannya.

"Arkan nggak ada dirumah dan biasanya setiap malam dia selalu nemuin lo! Kalau Arkan sampai kenapa-napa, sebagian adalah kesalahan lo!" ucap Rehan hingga Naura terdiam.

"Gue nggak tau! Bodo amat!" tegas Naura lalu menutup pintu dengan kasar.

"Aduh! Cari kemana lagi nih?" tanya Gilang panik. Ia menatap layar ponsel yang menunjukkan pukul sebelas malam.

"Ngerepotin banget tuh anak! Huft!!!" gerutu Rehan saat mereka berjalan menuju motor masing-masing.

"Kalau bukan kesini, Arkan kemana ya?" tanya Gilang lagi.

"Cari aja dulu, siapa tau lagi ngegembel!" jawab Rehan diakhiri tawa, Gilang juga tetawa namun lain halnya dengan seorang gadis yang berdiri dibalkon kamar menatap dua buah motor yang baru saja pergi dari kawasan rumahnya.

Naura kembali kekasur lalu meraih ponselnya. Jemarinya bergerak mencari nama seorang pemuda.

"Arkan... Angkat!" ucap Naura namun tak kunjung mendapat jawaban dari seberang sana.

"Angkat..."

"Ih!" kesal Naura masih menghubungi nomer tersebut.

"Arkan! Lo dimana!?" tanya Naura saat panggilan tersambung.

Hanya suara detuman musik begitu keras yang terdengar, Naura bahkan menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Eh! Gue bilang HP nya jangan dinyalain!"

"Eh ini ceweknya nih! Kayaknya!"

"Apaan sih! Apaan!?"

"Hati-hati black card-nya!"

"Eh! Siapa nih? Ceweknya Arkan ya?"

"Ibunya?"

TUT!

Naura mematikan panggilannya dengan ekspresi sulit diartikan.

"Matiin! Matiin HP nya!" ucap Bima yang datang bersama Noah. Noah pun merampas ponsel tersebut lalu mematikannya dan kembali menaruh kartu hitam milik Arkan seperti semula.

"Tadi ada yang nelpon, nggak sengaja gue angkat," ucap Adit cengengesan.

"Anaknya mana?" tanya Surya bingung.

"Sama Lara," jawab Bima kembali duduk dengan gerak tubuh yang tidak tenang. Teman-temannya hanya mengangguk karena itu adalah hal biasa.

Wanita bernama Lara itu berhasil melepaskan pelukan erat dari pemuda yang belum ia tahu namanya.

"Gue emang wanita penghibur, tapi bukan penghibur buat cowok yang sakit hati karena cewek," gumam Lara lalu membenarkan posisi rebahan Arkan senyaman mungkin.

"Diliat-liat, lo ganteng juga," ucap Lara tersenyum singkat dan memilih duduk diam saja di tepi kasur menunggu waktu berlalu. Karena kalau ia keluar, sudah pasti Bima akan memarahinya karena tidak menyelesaikan pekerjaan.

"Naura..." gumam Arkan mengigau dalam tidurnya.

"Nau..."

"Huekkk!"

Arkan bangkit lalu muntah secara tiba-tiba dengan kepala yang begitu terasa pusing. Lara dengan cepat menghampirinya lalu mengusap punggung Arkan dengan hati-hati.

"Santai... Terbang pertama emang sering ketinggian," ucap Lara hingga memancing indera pengelihatan Arkan untuk menatap wajahnya meski hanya terlihat samar-samar.

"Gue Lara, bukan Naura."

Lara kembali merebahkan Arkan kemudian membersihkan sudut bibir Arkan dengan tisu yang berada diatas meja. Lara juga melepaskan jaket Arkan dengan perlahan lalu kembali membersihkannya tanpa rasa jijik sama sekali. Mungkin ia sudah terbiasa, atau mungkin yang lebih menjijikkan dari ini.

Gilang dan Rehan menatap tak percaya pada sebuah mobil putih yang terparkir di depan tempat hiburan malam.

"Platnya bener," ucap Gilang hingga motor mereka mendekat.

"Bener! Ini mobil Arkan!" ucap Rehan lalu bergegas memasuki tempat tersebut diikuti Gilang.

"Masa tuh anak mabuk sih!?" teriak Gilang tepat ditelinga Rehan hingga Rehan berdecak.

"Arkan!!! Woy! Yang namanya Arkan!!!" teriak Gilang lagi.

"Heh! Mending kita mencar! Lo kesana, gue kesana! Ingat ya! Jangan minum!" ucap Rehan lalu pergi lebih dulu. Gilang pun berbaur bersama pengunjung yang terlihat menari riang mengikuti alunan musik disco.

"Bro!" sapa Rehan pada segerombolan pemuda yang tengah bersantai.

"Lo ada ngeliat nih anak?" tanya Rehan menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan foto Arkan.

"Arkan?" tanya Noah. Bima berdecak, seharusnya tak usah mengakui kalau mereka melihat Arkan.

"Nah bener! Dimana Arkan!?" tanya Rehan lalu menyimpan ponselnya.

Adit menyerahkan ponsel Arkan pada Rehan. "Nih! HP nya aja, orangnya nggak tau kemana! Hahaha!" ucap Adit setengah sadar. Rehan terdiam beberapa saat.

"Kalian yang udah ngajak Arkan kesini!?" tanya Rehan menarik kerah baju Adit dengan kasar.

"Stop! Stop! Ikut gue!" ucap Bima. Rehan pun mencoba mengontrol emosinya sebisa mungkin.












TBC!!!
🌝Nungguin ya?

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang