54. Keadaan

2.1K 397 52
                                    

Gerbang mewah kediaman Arkan terbuka. Rehan memarkirkan mobil disamping deretan koleksi mobil si tuan rumah. Lara turun lebih dulu disusul Gilang kemudian Naura. Saat Selvi hendak melepas sabuk pengaman tiba-tiba tangan Rehan bergerak membantu gadis itu. Rehan turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Selvi yang memang duduk pada kursi disebelahnya.

"Sweet banget!" bisik Selvi berjinjid pada Rehan. Rehan hanya tersenyum mendahului jalan teman-temannya.

"Bi, Arkan ada?" tanya Rehan pada salah satu pembantu yang kebetulan lewat.

"Ada, saya panggilin dulu." Wanita tersebut pergi dengan senyum ramah pada semua orang.

"Eh, duduk aja. Anggap rumah sendiri," ucap Gilang mempersilahkan tiga gadis itu menghampiri sofa ruang tamu.

"Gede ya," ucap Lara spontan saat ia sudah duduk disofa bersebelahan dengan Naura.

"Kan orang kaya," sambung Selvi. Lara terkekeh begitu pun Naura.

"Nau, kok dari tadi elo diam aja sih?" tanya Gilang yang sudah santai dengan tangan menarik setoples cemilan.

"Nggak boleh ya?" tanya Naura balik.

"Cewek," cibir Lara diangguki Selvi.

"Bro!" sapa Gilang saat Arkan datang menghampiri mereka.

"Loh, Rehan mana?" tanya Selvi yang baru sadar akan ketidakhadirannya Rehan.

"Kebelakang, tadi." Arkan menjawab dingin, ia masih berdiri memandangi Naura yang juga tengah menatapnya.

"Bentar," ucap Arkan pada Naura dengan kepala yang memberikan isarat agar pergi meninggalkan teman-temannya.

Naura melepas tasnya kemudian mengikuti langkah Arkan. Ia menoleh kebelakang pada Selvi, Lara dan Gilang menampilkan ekspresi kebingungan.

Arkan masuk kesalah satu ruangan, Naura mengikuti dan ternyata ruangan tersebut berisi banyaknya mainan. Mungkin ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang Arkan.

Naura menghentikan langkahnya berjarak satu meter dari pemuda yang masih membelakanginya itu.

"Rakan?"

Pemuda itu menoleh dengan senyum tipis. Ia merentangkan kedua tangannya dan Naura langsung memeluknya.

"Setelah kompromi cukup lama, akhirnya gue bisa meluk elo lagi," ucap Rakan membalas pelukan Naura.

Rakan mengangkat tubuh Naura, mendudukkannya dimeja. Ia mengusap pucuk kepala gadis itu dan sesekali ciuman mendarat dikepalanya.

"Gue pengen nyimpan sebanyak apa yang gue bisa. Aroma rambut lo, senyuman lo, suara lo." Rakan menatap manik mata Naura begitu dalam.

"Makasih, udah bisa ngerti." Naura kembali memeluk pemuda itu.

"Maaf, udah nyakitin lo," ucap Rakan memejamkan matanya perlahan.

Naura mengangguk saja karena sudah terlalu nyaman dalam dekapan hangat pemuda yang berhasil mengisi kekosongan hatinya itu.

"Aku baru ingat! Pasti rambut Elsa cocok buat kamu!" Arkan melepas pelukannya kemudian mencari sesuatu dari beberapa sudut kamar berharap menemukan rambut putih yang tadi pagi ia kenakan.

"Arkan?" panggil Naura, Arkan menoleh lalu mengampiri Naura.

"Kenapa? Kamu masih mau ngomong sama dia?" tanya Arkan melipat tangannya didada dengan wajah kesal.

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang