17. Acuh

2.7K 501 103
                                    

"Arkan!" panggil Naura berlari mengejar pemuda itu.

"Arkan!!!"

"Arkan tungguin gu--"

Bruk...

"Aw!" desis Naura tersungkur karena tak sadar ada anak tangga saat ia menuruni rumah.

Arkan menghentikan langkahnya, matanya melirik sekilas pada Naura yang masih tersungkur.

"Bisa bangun sendiri 'kan?" tanya Arkan malas. Naura bisa saja bangun, namun ia ingin mengetahui bagaimana reaksi Arkan terhadapnya sekarang.

"Ck!" Arkan berdecak lalu menghampiri gadis itu kemudian menggendongnya dan membawanya kemobil.

"Nanti, pak." Arkan mencegah Pak Aryo yang hendak masuk ke kursi kemudi. Pak Aryo pun mengangguk dan memilih menjauh dari mobil dengan kaca hitam itu.

"Tuh kan, luka." Arkan mengambil sesuatu yang berada di laci mobil, yaitu hansaplas.

"Lo ngapain sih kesini?" tanya Arkan seraya menempelkan hansaplas tersebut dilutut Naura.

"Gue 'kan nggak  minta elo buat kesini," ucap Arkan lagi namun Naura hanya diam dengan menundukkan wajahnya.

"Gue mau minta maaf," ucap Naura pelan. Arkan kembali duduk dikursinya, keningnya berkerut.

"Emang lo salah apa?" tanya Arkan memilih mengalihkan pandangannya dari Naura saat hansaplas tersebut sudah tertempel sempurna.

"Arkan..." panggil Naura dengan kedua bahu yang naik turun menandakan ia sedang terisak.

"Maafin gue!" ucap Naura parau.

"Emang lo salah apa?" ulang Arkan dingin.

"Gue nggak tau," jawab Naura pelan tak berani mengangkat wajahnya menatap Arkan yang nampak tak menampilkan ekspresi apa pun.

"Emang, lo emang nggak pernah tau dan sadar sama apa yang lo lakuin!" ucap Arkan menyenderkan kepalanya disandaran kursi dengan santai.

"Makanya maafin gue! Arkan!" ucap Naura memelas. Arkan hanya diam hingga tangan Naura terangkat menggenggam tangannya.

"Maafin gue! Jangan gini dong!" ucap Naura serak.

"Emang biasanya gimana?" tanya Arkan melepas genggaman Naura secara kasar.

Arkan tersenyum kecut lalu menyelipkan anak rambut Naura hingga ia melihat jelas kalau Naura tengah menangis.

"Emang biasanya gimana, Naura?" tanya Arkan lagi dengan nada yang begitu mengintimidasi.

Naura tak mampu berkata-kata lagi, ia juga tak mengerti mengapa ia sampai berani mendatangi Arkan ke istananya hanya untuk meminta maaf padahal ia tidak tahu apa kesalahannya.

"Jawab!" ucap Arkan menekan katanya.

"Gue nggak tau!" Naura hendak keluar dari mobil namun Arkan menahannya dan malah memojokkan gadis itu disudut pintu.

"Ini 'kan yang lo mau? Lo hidup tanpa gangguan gue, enak 'kan lo sekarang. Yaudah, udah! Gue juga udah capek! Lo mau ngapain kek! Gue nggak peduli!" ucap Arkan yang membuat hati gadis dihadapannya bagaikan ditusuk ribuan pisau.

"Arkan, gue---"

"APA!?" bentak Arkan terdengar begitu kasar.

"Arkan! Aw!" Naura meringis saat genggaman Arkan pada tangannya terasa begitu kuat.

"Arkan! Gue minta maaf! Udah itu aja!" ucap Naura meninggikan suaranya.

"Permintaan maaf diterima, sekarang lo keluar dari mobil gue."

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang