35. Rehan + Selvi = rese

2.3K 426 162
                                    

Klakson mobil berbunyi beberapa kali, gadis berambut sepunggung yang tiada lain adalah Selvi keluar dari rumah didampingi sang ibu. Ia menatap Rehan yang sudah menunggunya di mobil.

"Isel pergi dulu ya, itu yang namanya Rehan. Jelek ya, Mah?" tanya Selvi pelan membuat sang ibu terkekeh.

"Yaudah, hati-hati," balas ibu dari Selvi saat sang anak sudah pergi menghampiri mobil Rehan. Rehan tersenyum sekilas sebelum menaikkan kaca mobilnya.

"Jadi, kita jadi pergi!?" tanya Selvi saat diperjalanan.

"Nyawa lo ketinggalan dirumah?" tanya Rehan malas.

"Gimana penampilan gue?" tanya Selvi menggoyang-goyangkan lengan Rehan. Rehan menoleh sekilas dengan ekspresi sinis.

"Bagus," jawab Rehan seadanya.

"Heh! Gue udah nyiapin nih baju dari pulang sekolah, masa pujian lo cuma 'bagus' sih!?" gerutu Selvi melipat tangannya didada.

"Iya ah! Lo cantik banget, puas lo?" tutur Rehan dengan penuh keterpaksaan.

"Selain cantik!" ucap Selvi masih dengan ekspresi kesalnya.

"Buset nih anak! Ya, elo wangi, gitu lah pokoknya! Ribet amat!" sinis Rehan meraih sesuatu dari laci mobil.

"Nih!" Rehan menyerahkan cokelat pada Selvi. "Tadi gue mampir ke Alfamart beli rokok, liat cokelat kayak enak aja gitu--"

"Buat gue!?" tanya Selvi menerimanya.

"Enggak, gue minta bukain. Tangan gue 'kan lagi nyetir," jawab Rehan semakin membuat Selvi kesal bukan main dan dengan wajah kumal ia membuka bungkusan cokelat tersebut lalu menyerahkannya pada Rehan.

"Tangan gue 'kan lagi nyetir," ucap Rehan malas.

"Ya elo 'kan bisa nyetir pakai satu tangan, atau pakai kaki sekalian!" balas Selvi tak mau kalah.

Rehan mengambil cokelat tersebut kemudian menuruti perintah gadis disebelahnya dengan menyetir satu tangan dan satu tangan lagi memakan cokelat.

"Lo udah makan?" tanya Rehan datar.

"Udah kenyang!" balas Selvi ketus.

"Oh..." Rehan mengakhiri pembicaraan mereka sampai mobil terparkir didepan karnaval pasar malam dengan berbagai wahana yang membuat mata Selvi berbinar.

"Lo bawa duit 'kan? Soalnya kita bayar sendiri-sendiri."

Senyuman Selvi luntur, ia langsung memukul Rehan beberapa kali sebelum turun dari mobil dengan dua tangan melipat didada. Rehan tersenyum kecil lalu turun dari mobil setelah mengambil sebuah jaket dari jok belakang mobil.

"Udah tau kita keluar malam, malah pakai baju lengan pendek," ucap Rehan menyampirkan jaket tersebut pada bahu Selvi.

Rehan melangkah lebih dulu meninggalkan Selvi yang memasang jaket tersebut tanpa ekspresi. Mereka tiba didepan tempat pembelian tiket biang lala.

"Gue takut tinggi," ucap Selvi membuat pergerakan tangan Rehan yang meraih karcis terhenti. Ia pun menuntun gadis itu kesalah satu kursi panjang.

"Yaelah, kok elo nggak bilang. Kalau tau gue pergi sendiri aja," omel Rehan lalu duduk disebelah Selvi.

"Ih, kan ada banyak wahana. Ngapain yang tinggi-tinggi sih! Yaudah gue pulang aja kalau gitu!" Selvi bangkit dari duduknya namun Rehan menahan tangannya.

"Duduk dulu, baru bentar udah pulang aja," ucap Rehan membuat Selvi kembali duduk dengan wajah ditekuk. Hampir setengah jam mereka hanya duduk tanpa bicara, akhirnya Rehan memutuskan untuk bangkit.

"Lo mau es krim?" tawar Rehan hingga Selvi mendongakkan kepalanya. Ia langsung membuka tas selempang yang dibawanya guna mengeluarkan uang namun Rehan sudah pergi dari tempat tersebut.

Rehan kembali membawa satu es krim ditangannya. "Lo nggak mau 'kan? Gue cuma beli satu," ucap Rehan santai lalu kembali duduk.

"Rehan! Lo rese banget sih! Tau ah! Gue--"

"Gue nggak suka es krim," kekeh Rehan menyerahkan es krim tersebut pada Selvi yang tengah mengoceh.

"Ambil," perintah Rehan dan Selvi menerimanya.

"Harganya sepuluh ribu," ucap pemuda itu membuat Selvi membuka mulutnya lebar.

"Bercanda." Rehan terkekeh lalu merangkul bahu Selvi hingga menipiskan jarak antara mereka. Selvi diam saja sambil menghabiskan es krim yang dibelikan oleh pemuda itu.

"Sel, lo punya cowok?" tanya Rehan santai.

"Punya," jawab Selvi cepat.

Rehan menyerngit dengan satu tangan yang terkepal perlahan.

"Anak SARANAYA?" tanya Rehan lagi, Selvi mengangguk. "Satu kelas malah," jawab Selvi cepat.

"Hah? Namanya?" tanya Rehan menghadap gadis itu.

"Rehan."

Selvi fokus pada es krim ditangannya tanpa sadar sebuah tangan terulur mengusap sudut bibirnya. Selvi menoleh pada Rehan yang tengah menatapnya dengan senyum kecil.

"Cewek halu!" bisik Rehan membuat Selvi naik pitam dan langsung melayangkan cubitannya sekaligus menyapukan noda
es krim pada baju Rehan.

Rehan tertawa dan sesekali melontarkan kalimat cacian untuk gadis disebelahnya itu.

"Rehan! Selvi! Loh kalian ngapain!?"

Rehan dan Selvi menatap pemuda yang ditangannya terdapat dua es krim dengan tatapan polos.

"Loh? Ngapain disini? Katanya cuma beli rokok di Alfamart?"

"Dad," panggil Rehan pada Kenzie yang datang bersama Gilang.

"Hah? Hai, Om." Sapa Selvi kikuk.

Gilang tersenyum malu-malu menggoda keduanya dengan kedipan mata centilnya.

"Cie! Ekhem!" dehem Gilang membuat Rehan salah tingkah.

"Kok, Dad pergi sama Gilang?" tanya Rehan berlagak cuek.

"Sama mom juga, itu lagi makan sate," tunjuk Kenzie pada sebuah warung kecil tak jauh dari posisi mereka.

"Terus, lo ngapain ikut bonyok gue?" tanya Rehan pada Gilang.

"Gara-gara Arkan cerita disekolah kalau dulu gue nyasar dipasar malam, jadi pengen deh! Bokap gue nggak mau diajak, katanya ada urusan. Gue takut nyasar lagi makanya ngajak mom sama daddy lo. Ekhem! Kalian berdua aja?"

Selvi mengangguk dan Rehan menggeleng.

"Cie!!!" goda Gilang pada keduanya.

"Apaan sih, kita cuma---"

"Cie!!! Kita!" potong Gilang pada ucapan Selvi.

"Udah, jangan diganggu." Kenzie menarik Gilang meninggalkan Rehan dan Selvi. Ia paham dan tidak ingin mengganggu Rehan, anaknya dalam pdkt kepada seorang gadis.

"Jadi... Nyokap lo juga ada?" tanya Selvi canggung.

Rehan menarik Selvi meninggalkan tempat tersebut agar posisi mereka agak jauh dari Gilang dan orang tuanya.











TBC
100 komen up😎

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang