09. Ganteng Doang Naik Angkot Muntah

3.1K 524 79
                                    

"Naura! Naura!!! Naura!!!"

"My pocari sweet Naura!!!"

Arkan berlari mengejar seorang gadis yang hendak memasuki angkutan umum dan berhasil! Ia berhasil menahan tangan Naura yang hendak menaiki angkot.

"Lepasin!" pinta Naura menatap Arkan kesal.

Arkan mengedarkan pandangannya menatap supir pribadinya yang tengah santai ngopi bersama satpam sekolah.

"Pak! Pak Aryo! Arkan pulang naik angkot ya! Bye!!!" Arkan melambaikan tangannya lalu mendorong Naura untuk masuk kedalam angkot tersebut.

"Jalan Pak!!!" perintah Arkan sangat bersemangat hingga mengundang gelengan kepala dari beberapa penumpang yang lebih dominan oleh ibu-ibu.

Maksudnya ibuck-ibuck.

Beberapa menit diperjalanan...

"Gue mau muntah! Gue mau mun--"

"Huekkk!!!"

"Arkan!" panik Naura saat Arkan muntah tanpa sengaja lewat jendela mobil.

"Dek... Kalau nggak sanggup naik angkot jangan dipaksa," ucap salah satu penumpang lalu mengalihkan pandangannya.

"Ini saya ada tissue," tawar penumpang yang lain.

Naura berdecak. "Kiri, Pir!" pinta Naura. Saat angkot berhenti, Naura pun membawa Arkan keluar dibantu oleh beberapa bapack-bapack yang berada di angkot.

"Maaf ya Pak, maaf banget. Ini gantinya temen saya yang muntah di jendela tadi," ucap Naura ragu menyerahkan uang berwarna hijau tua itu.

"Duh... Muntah ya? Ada-ada aja! Ya sudah!" ucap si supir lalu tancap gas.

"Huek!!!" Arkan tertatih menuju sebuah pohon masih dengan kepala yang terasa begitu pusing.

"Mabok angkot," ucap Naura lalu mengusap punggung pemuda itu.

"Gue baru inget kalo gue nggak tahan sama bau angkot," ucap Arkan saat merasa sudah nyaman dengan keadaannya.

"Jelas lah! Orang elo biasanya naik mobil mewah pakai AC," balas Naura sengaja memberikan sindiran pada Arkan.

"Ambil HP gue di tas," titah Arkan dan Naura mengangguk saja meski dengan tatapan malasnya.

"Telponin Pak Aryo, passwordnya tanggal lahir lo," ucap Arkan hingga Naura terdiam.

"Serius?" tanya Naura tak percaya lalu memasukkan kode dengan tanggal lahirnya dan ternyata benar.

"Hallo Pak? Ini saya temennya Arkan--"

"Iya, Aden Arkan!"

Arkan tertawa pelan mendengar obrolan itu.

"Ini Pak, Aden Arkannya muntah pas naik angkot. Kita ada di depan toko pakaian dekat lampu merah, bapak bisa jemput Aden Arkan?"

"Oke..."

Panggilan berakhir dan Naura menaruh kembali ponsel Arkan kedalam tas, yang tidak Naura sadari adalah wallpaper ponsel yang menampilkan potret dirinya saat sedang bermain basket disekolah.

"Bentar lagi supir pribadi lo sampai," ucap Naura yang hanya mendapat anggukan dari Arkan.

Arkan duduk di akar-akar pohon sambil memijat kepalanya yang terasa begitu pusing.

"Nah itu!" heboh Naura melambaikan tangannya pada mobil Alphard hitam.

Pak Aryo langsung keluar mobil saat sudah menepi, ia menghampiri majikannya dengan panik.

"Aden!!! Tadi baru aja saya mau bilang kalau Aden nggak kuat naik angkot, tapi keburu angkotnya pergi. Duh kalau nyonya sama tuan marah gimana, Den? Ayo masuk kemobil." Pak Aryo menggiring Arkan memasuki mobil dibantu oleh Naura.

Saat Arkan sudah di pasangi sabuk pengaman dengan mata yang sudah tertutup. Naura hendak menutup pintu namun Arkan memegang tangannya.

"Ikut gue," ucap Arkan entah sadar atau tidak yang pasti mobil itu sudah tancap gas dengan membawa Arkan dan Naura.

"Aden emang nggak kuat naik angkot, dari dulu, muntah tiba-tiba terus ketiduran." Pak Aryo memulai pembicaraan sambil sesekali melihat keadaan majikannya lewat cermin dihadapannya.

"Em... Arkan pernah minum, Pak?" tanya Naura sopan.

Pak Aryo menggeleng. "Selama saya kerja buat Aden dari dia kecil, Aden selalu dapat perlakuan baik dari orang tuanya, Tuan Alan sama Nyonya Alin. Jangankan pergi ke Bar, kalau jam sembilan nggak ada dirumah, motor atau ATM Aden bakal disita," tutur Pak Aryo menjelaskan.

Naura mengangguk mengerti dengan tatapan tertuju pada tangan Arkan yang masih menggenggam tangannya. Perlahan ia melepaskan genggaman pemuda itu namun Arkan malah mengeratkannya dan sekarang kepala pemuda itu bersender pada bahu Naura.

Pak Aryo terkekeh lalu memilih fokus pada jalanan didepannya tanpa menatap pantulan dua remaja itu di cermin.

Mobil tiba di depan pagar sebuah rumah besar nan mewah, Naura meneguk salivanya kasar, apakah hidup Arkan semewah ini. Satu hal lagi yang membuat Naura geleng-geleng kepala, Pak Aryo membuka pagar tersebut dengan remote control yang berada di laci mobil. Sungguh luar biasa, batin Naura kagum.

Saat mobil sudah terparkir, lagi-lagi Naura takjub dengan pemandangan rumah mewah keluarga Samdrick tersebut. Mobil dan motor berjejer rapi, taman yang tertata lengkap dengan air mancurnya, juga ada bendera Merah Putih yang berkibar didekat taman.

Alin gitu loh, cinta Indonesia.

"Jangan nolak, lagi." Arkan berucap parau  hingga Naura merasakan jantungnya berpacu dua kali lipat.

"Aden, ayo. Udah sampai," ucap Pak Aryo membukakan pintu kemudian membantu Arkan turun dari mobil diikuti Naura.

Pintu istana megah itu terbuka, Naura bahkan sampai ragu untuk menginjakkan kakinya kesana.

"Ya ampun... Aden kenapa, Pak?" tanya salah seorang asisten rumah tangga yang sepertinya sudah lama bekerja disini sebab usianya yang sudah terpaut tua.

"Siapin air hangat buat aden mandi ya, Bi." Pinta Pak Aryo yang langsung mendapat anggukan dari asisten rumah tangga tersebut.

"Non, tolong pencet tombol lift dibelakang tangga," pinta Pak Aryo.

Naura pun mengangguk lalu memencet tombol lift yang memang berada sesuai ucapan Pak Aryo tadi dan wow! Pintu lift terbuka, membuat Naura terkagum tak percaya.

"Lantai tiga Non," ucap Pak Aryo.

Ting!

Lift kembali terbuka dan tatapan Naura tertuju pada seorang wanita yang berbicara dengan hewan peliharaan berbulu yaitu kucing, masa biawak sih.

"Ya ampun! Oh my god! Astagfirullah!" Alin tersentak kaget mendapati anak tergumushnya tepar tak berdaya dibantu berjalan oleh Pak Aryo.

"Arkan! Imutnya Bunda kenapa? Pak Aryo jawab kenapa Arkan sampai begini?" tanya Alin menatap Pak Aryo dengan ganas.

"Tadi Aden naik angkot terus muntah, Nyonya. Saya bawa Aden ke kamar dulu ya," pamit Pak Aryo melanjutkan langkahnya meninggalkan Naura dan Alin yang saling berhadapan.

"A... Anu... Saya..."

"Pacarnya Arkan? Yeay! Yuk ikut Bunda kita main simulasi mertua sama menantu!" Alin memekik kegirangan lalu memeluk Naura kemudian mengajak gadis itu pergi kelorong satunya.

•••









Maaf baru update.

Saat ini daerahku, Kalimantan Selatan sedang mengalami musibah banjir karena curah hujan tinggi selama satu minggu terakhir. Beberapa kecamatan terendam air cukup tinggi termasuk tempatku sekarang. Sampai sekarang pun hujan masih mengguyur beberapa daerah. Minta do'anya semoga KalSel cepat pulih.

16/01/2021
#prayforKalSel
#saveKalSel
#KalSeljugaIndonesia

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang