49. Kembali

2K 401 37
                                    

"Lo kenapa diam aja?" tanya Naura sesaat setelah guru lelaki yang mengajar kelas mereka sudah keluar.

Selvi mengarahkan pandangannya pada kursi Rehan yang kosong. Decakan terdengar hingga membuat Naura mengerti. Saat Naura hendak bicara tiba-tiba Rakan memotong kalimatnya.

"Keluar yuk?" ajak Rakan.

"Duluan aja," jawab Naura namun Rakan malah duduk dimejanya menatap Selvi yang melayangkan tatapan kekesalan padanya.

"Kenapa sih lo?" tanya Rakan sinis.

"Kepo!" Selvi berdecak kemudian pergi meninggalkan kelas, saat Naura hendak mengejar, Rakan menahan tangannya.

"Maaf soal tadi malam," ucap Rakan mengusap pucuk kepala Naura. Naura hanya tersenyum sebagai respon.

"Kantik yuk?" ajak Naura memimpin jalan meninggalkan Rakan yang masih duduk dengan tatapan tertuju pada punggung Naura.

Rakan menyusul setelah Naura sudah tak terlihat. Tak ada seulas senyum pun yang ia tampilkan saat melewati koridor. Hingga seorang siswi menemani langkahnya, Rakan menoleh menatap Lara yang juga tengah menatapnya.

"Arkan!" panggil Lara saat Rakan mempercepat langkahnya. Lara hanya diam lalu berbelok kearah koridor lain.

Rakan tiba di ambang pintu kantin, menatap Naura yang tengah bicara dengan beberapa siswi.

"Bro? Enggak kena hukum? Dua temen lo lagi berjemur tuh," tegur salah seorang siswa. Rakan menatap lapangan, Rehan dan Gilang masih betah hormat kepada bendera.

Rakan tak menghiraukannya dan memilih mendekat pada Naura kemudian mengajak gadis itu duduk di meja paling ujung.

"Lo mau pesan apa?" tawar Naura namun Rakan hanya menggeleng menatap sekitar. Pandangannya mengabur seiring degung yang terdengar begitu keras dari kepalanya.

"Rakan?"

Bruk!

Rakan jatuh pingsan membuat seisi kantin panik terutama Naura. Beberapa kali Naura menepuk pipinya berharap pemuda itu sadar namun tak ada pengaruh apapun.

"Bawa ke UKS!" perintah salah seorang siswa.

•••

Pemuda itu terbangun dalam keadaan keringat membasahi sekujur tubuh. Matanya menatap sekitar dan ternyata ia tengah berada dikamarnya, sendirian.

"Ayah!"

Langkahnya begitu cepat keluar dari kamar mencari keberadaan semua orang. Ia tersenyum menatap seorang wanita yang tengah bermain bersama kucing.

"Bunda..."

"Bunda?"

"Bunda! Hallo! Arkan disini..."

"Bundaaa!"

Ia menatap kearah lain, pada dua sahabatnya yang tengah asik merokok bersama sang ayah.

"Ayah!"

"Rehan! Woy!"

"Gilang, heh!"

Pemuda itu terduduk lesu menatap ambang pintu istana megahnya yang menampilkan cahaya sang terang. Ia menatap seorang gadis yang tengah tersenyum padanya. Lambaian tangan terlihat, ia bangkit menghampiri gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

"Naura..."

•••

"Bangun... Jangan bikin gue khawatir..."

Naura kembali meletakkan kain kompres di dahi pemuda yang masih menutup matanya. Rehan dan Gilang berdiri tak jauh dari brankar UKS.

"Gimana, Naura?" tanya Bu Rika yang baru datang. "Kalau suhu Arkan belum turun juga, mending kita rujuk ke Rumah Sakit. Rehan, kamu bawa mobil 'kan?" tutur Bu Rika yang langsung mendapat persetujuan dari Rehan.

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang