61. Jebakan

1.6K 306 46
                                    

Gilang asik menonton televisi ditemani beberapa cemilan yang tersedia dikamarnya, tiba-tiba pintu terbuka. Arkan masuk disusul oleh Rehan.

"Lo kenapa pakai acara nggak sekolah, segala!?" tanya Arkan langsung menjatuhkan diri dikasur empuk kepunyaan Gilang.

"Iya, kayak gue dong. Tetaplah sekolah meski nggak ngerti penjelasan guru," tambah Rehan mulai mengutak-atik play station milik Gilang.

"Kesiangan bangun, mama papa pergi. Kayaknya liburan, gue nggak diajak. Miris!" rutuk Gilang pada dirinya sendiri.

Arkan tertawa begitu pun Rehan.

"Makanya, cari cewek," ucap Arkan kemudian melempar senyum pada Rehan.

"Ogah, cinta gue cuma buat Mbak Sari seorang," balas Gilang mantap.

"Heh, gue serius." Tukas Arkan mendekat pada Rehan yang sudah bermain game.

"Iya, bener kata Arkan. Mending lo cari cewek, biar nggak nolep-nolep amat, hahaha!" tawa Rehan pelan.

"Gue aja luluh sama Selvi, Arkan nurut sama Naura. Lah elo, ngarep Mbak Sari. Dia 'kan udah dewasa, seleranya bukan elo. Lo mah, cuma dianggap adik sama dia," tutur Rehan panjang lebar.

"Jahat banget lu pada, masuk kekamar nggak ada salam, langsung main game, sialan!" umpat Gilang melempar kulit kacang pada dua sahabatnya hingga kemudian mereka tetawa.

"Ujian bentar lagi, kalian mau gimana?" tanya Arkan.

"Belajar dong," jawab Rehan cepat.

"Ngikut aja," tambah Gilang.

"Maksud gue, lo pada mau kuliah apa kerja, apa nganggur!?" tanya Arkan lebih jelas diakhiri decakannya.

"Visi rebahan, misi indah. Visi misi, rebahan indah!" ucap Gilang tanpa beban sedikit pun.

Arkan semakin kesal, sudah sepatutnya mereka memikirkan masa depan. Apa Arkan sudah beranjak menjadi lelaki dewasa, benarkah?

"Nikahin Selvi," ucap Rehan tanpa mengalihkan pandangan dari layar besar yang menampilkan permainan adu balap mobil.

"Emang Selvi mau, lulus sekolah langsung nikah," kekeh Arkan pelan.

"Gue paksa, hahaha!" Rehan kembali tertawa membuat Gilang juga ikut tertawa mendengar kalimat pemuda itu.

"Gue mau kuliah," ucap Arkan datar.

"Lo kan, bodoh?" tutur Gilang menatap Arkan tak percaya. Hening beberapa detik hingga kemudian tawa terdengar diruangan tersebut.

"Huh... Emang ya, lo pada nggak bisa apa serius dikit," ucap Arkan dengan tawa kecil.

"Gue dukung, lo!" tunjuk Rehan pada Arkan. "Kalau gue ditawarin ngelanjutin perusahaan, gue sih oke-oke aja." Rehan mengakhiri kalimatnya setelah memenangkan permainan melawan Arkan.

"Dih, kalah gue!" umpat Arkan.

"Kita, udah besar ya..."

Gilang menatap tembok dimana terdapat potret tiga anak lelaki yang masing-masing memegang bola.

"Iya, nggak kerasa. Waktu secepat ini," balas Rehan tersenyum singkat mengikuti arah pandang Gilang.

"Puitis, lo pada." Arkan terkekeh kemudian meraih ponselnya, mendapati sebuah pesan masuk dari nomer tak dikenali.

"Gue cabut dulu!" ucap Arkan kemudian melangkah meninggalkan kamar.

"Heh! Kenapa? Belum juga dramatisan!" tegur Gilang membuat langkah Arkan terhenti.

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang