53. Frozen

2.2K 368 28
                                    

"Naura!"

"Hey!"

"Buka pintunya!"

"Astaga, anak ini!"

"Heh!"

Naura membuka pintu kamarnya sembari memasang dasi sekolahnya.

"Kamu ya! Bukannya masak buat sarapan!"

Laila mengangkat tangannya menjambak rambut Naura yang sudah tertata rapi dengan cepolan kuda. Naura meringis kesakitan memegang tangan sang ibu berharap Laila melepaskannya.

"Aw! Sakit, Mah!"

"APA!? Mama!? Bukannya sudah saya bilangin kalau saya bukan mama kamu!" bentak Laila. Jaya yang kebetulan lewat langsung menjauhkan Naura dari isterinya itu.

"Laila! Maksud kamu apa?" tanya Jaya memeluk Naura dari samping, Naura menangis dalam dekapan sang ayah.

"Anak kamu tuh! Bukannya masak buat sarapan! Malah dandan dikamar, mau sekolah atau mau ngelon--"

"Cukup!" potong Jaya sebelum Laila menyelesaikan kalimatnya.

"Bukannya biasanya kamu sarapan diluar? Mending kamu pergi dari pada cuman nyakitin Naura! Tugas Naura itu sekolah, kamu yang harusnya masak. Peran kamu itu sebagai ibu rumah tangga!" tutur Jaya menenangkan Naura yang masih berada dalam dekapannya.

"Pergi? Saya memang mau pergi! Kalian ini, udah miskin, belagu! Sok mau sekolah tinggi-tinggi!" Laila mendorong Naura hingga punggung gadis itu terbentur pada tembok.

"Laila!"

"Pergi sekarang! Pergi!"

"Pah..." cegah Naura menahan Jaya yang mengarahkan telunjuknya kearah lain sebagai perintah agar Laila pergi.

"Aduh, Jaya! Sia-sia kamu besarin nih anak! Udah lah, saya mau pergi. Enggak guna!" Laila pergi dengan langkah angkuhnya.

Mata Jaya berkaca-kaca, ia menoleh pada Naura dan kembali menarik gadis itu dalam dekapannya.

"Jangan dipikirin ya, yuk kita sarapan. Papa bakalan buatin omelet, tadi malam Papa juga beli roti sama susu. Yuk? Anak Papa yang cantik." Jaya mencium pucuk kepala Naura kemudian merapikan tananan rambut anaknya itu.

Di lain tempat, Arkan tengah menyalami sang dokter yang sudah merawatnya selama sakit.

"Makasih ya, semoga dokter sehat terus. Kalau dokter sakit, yang ngobatin siapa?" celoteh Arkan hingga Pak Irham tertawa bergitu pun sang dokter.

"Ayo, Den?" ajak Pak Aryo dengan kedua tangan penuh dengan barang-barang Arkan.

Arkan berjalan bersama Pak Aryo menuju mobil, sementara Pak Irham nampaknya masih berbincang dengan dokter tersebut.

Mobil yang ditumpangi Arkan tiba di istana mewah kediaman Samdrick. Alin menanti di ambang pintu bersama Alan yang tengah berjongkok memberi makan pada kucing.

"Bundaaa!" panggil Arkan berlari menghampiri sang ibu saat mobil sudah terparkir.

"Arkan imut! Udah sehat ya? Sukur deh." Alin mencubit gemas kedua pipi Arkan layaknya anak kecil.

"Ayah, kok pucat. Sakit ya?" tanya Arkan menunduk menatap Alan.

"Nggak sakit, hampir stress aja." Alan bangkit kemudian memeluk Arkan ala laki-laki.

"Mampus, Bunda mau kamu makai kostum Elsa Frozen. Udah ada di ruang tamu, selamat datang dirumah," bisik Alan dalam pelukannya.

Arkan menatap sang ibu yang tersenyum manis padanya.

"Meaw!"

Si kucing menggeliat manja pada kaki Alan. Mungkin ia juga ingin mengungkapkan perasaannya jika Arkan nantinya memakai kostum Elsa Frozen.

"Hai?"

Naura menoleh kesamping, Lara sudah berjalan sejajar dengannya. Ia hanya membalas sapaan tersebut dengan senyum kecil.

"Naura, ada masalah?" tanya Lara hingga Naura menghentikan langkahnya.

"Enggak, cuman lagi bad mood aja," balas Naura diakhiri senyum sumringah.

"Btw, Arkan kapan bisa sekolah lagi?" tanya Lara lagi.

"Enggak tau, hari ini dia pulang. Kalau nanti gue jenguk dia, lo mau ikut?" tawar Naura. Lara tersenyum kemudian mengangguk. Mereka berpisah di koridor karena kelas yang berbeda.

Arkan berlari tak terima jika ia harus memakai rambut palsu berwarna putih dengan kepangan khas Elsa Frozen.

Alan sudah tertawa terbahak-bahak begitu pun Pak Aryo. Sedangkan Alin masih mengejar Arkan yang sudah mengenakan gown berwarna biru.

"Ayo Arkan! Tinggal pasang rambut palsu habis itu jadi Elsa deh! Eh, make up dikit ya!"

Demi Alex, Arkan lebih memilih berada di kamar inap VIP nya dari pada di istana megah yang ia sebut rumah.

Beberapa menit kemudian. Alin tersenyum kemudian tertawa menatap sang anak yang sudah memakai rambut palsu berwarna putih itu. Arkan terduduk di tangga dengan kedua tangan menyangga rahangnya.

"Ayo nyanyi!" perintah Alin.

Alin mengambil ponselnya kemudian memutar lagu "Let It Go" ala-ala Elsa Frozen ia bergaya meminta Arkan mengikuti gayanya.

"Go..."

"Go..."

"I go..."

Racau Arkan mengangkat tangan kanan dan kirinya. Alin bertepuk tangan saat lagu selesai dimainkan.

"Oke, Bunda seneng banget! Pasti dedek juga seneng, iya nggak?" Alin berbicara sambil mengusap perutnya. "Iya, Bunda cantik, imut lucu dan menggemaskan..." ucap Alin pada dirinya sendiri kemudian pergi begitu saja.

Ckrek!

"Ayah!!!" Arkan melepas rambut palsunya sesegera mungkin saat Alan sudah mengabadikan moment tersebut lewat kamera ponsel.

"Kenang-kenangan," ucap Alan memperlihatkan hasil gambarnya pada Pak Aryo.

"Bunda keterlaluan, Arkan udah imut tanpa kostum Elsa, tau!" ucap Arkan melepas gown biru tersebut kemudian menaruhnya ngasal dilantai.

Pemuda itu melangkah menaiki tangga menuju kamarnya untuk menenangkan pikiran dan mentalnya. Si kucing mungkin sedang tertawa.

Sementara itu di koridor sekolah, bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun Naura masih setia menunggu Lara yang kelasnya masih melakukan kegiatan belajar.

Selvi berada disampingnya dengan tangan memegang sebungkus cokelat dan tas Rehan yang berada dipangkuannya.

"Eh, lo pernah kewarung belakang sekolah?" tanya Selvi sontak membuat Naura menoleh.

"Enggak, katanya sih tempat nongkrong anak-anak nakal. Males ah," jawab Naura santai.

"Termasuk Rehan ya?" tanya Selvi.

"Arkan juga, kali." Naura berdecak malas mengalihkan pandangannya.

"Soalnya Rehan kesana--"

"Cie, ekhem!" potong Naura atas kalimat Selvi.

Guru dari kelas Lara keluar, para siswa berlarian keluar dari kelas termasuk Lara.

"Lama ya? Sorry banget. Tiba-tiba ada tugas, kesel gue." Lara berucap menatap Naura dan Selvi bergantian.

"Santai aja, gue telfon Rehan dulu. Mending kita ke parkiran," ajak Selvi memimpin jalan menghampiri mobil hitam Rehan yang seperti biasa terparkir di samping mobil Bu Rika.

Tak butuh waktu lama, mobil yang dikendarai Rehan membawa Gilang, Selvi, Naura dan Lara tancap gas meninggalkan sekolah. Tujuan mereka adalah rumah Arkan.









TBC

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang