56. Rasa Yang Sama

1.9K 359 35
                                    

Dua bulan berlalu, keadaan semakin membaik. Entah itu dari pihak Naura atau pun Arkan. Mereka kembali dijalur masing-masing, terutama Naura yang mendapatkan kembali kasih sayang ibunya yang sudah lama mengacuhkannya.

"Hai?"

Arkan menyapa saat Naura masuk kemobil.

"Nih! Buku tugas kamu," ucap Naura menyerahkan sebuah buku pada Arkan.

"Lah, kok? Bukannya udah aku bilang, nggak usah dikerjain." Arkan tancap gas dengan satu tangan meraih buku tersebut. "Tulisannya rapi banget, guru nggak bakal percaya, hahaha!" tawa Arkan membuat Naura juga ikut terkekeh.

"Kalau kamu nggak ngerjain tugas apapun, gimana mau lulus? Bentar lagi kita ujian loh!" Naura kembali mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Aku udah ngeringkas pelajaran di flashdisk. Kamu harus pelajarin semuanya, oke!?" unjuk Naura, lagi-lagi Arkan menerimanya dengan kening berkerut.

"Hm, yaudah. Aku bakal belajar, masa iya sih ayah nya anak-anak kita nanti goblok. Iya nggak? Hahaha!"

Naura merona dengan senyum manis yang tak dapat ia sembunyikan.

"Apaan sih! Masih pagi juga," gerutu Naura mengalihkan pandangannya keluar jendela.

"Sayang, kamu nanti mau masuk universitas mana?" tanya Arkan menggenggam tangan gadis disampingnya dengan lembut.

Naura diam sejenak. "Semampunya papa aku," jawab Naura canggung.

Arkan menatap gadis itu beberapa saat. "Jangan mikirin soal itu, kamu 'kan ceweknya aku, pilih aja universitas yang kamu mau, aku bakal---"

"Arkan," potong Naura pelan.

"Kamu udah terlalu banyak bantu aku dan keluarga aku," ucap Naura menundukkan wajahnya.

"Tuh, kan. Kamu bilang itu lagi." Arkan menghentikan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah SMA Saranaya. Ia menghadap Naura, menatap dalam manik mata indah gadis itu.

"Aku nggak bakal datang kedalam kehidupan kamu, kalau kehidupan kamu lebih baik sebelum kedatangan aku."

Naura langsung memeluk Arkan saat itu juga, tentu saja Arkan membalasnya.

"Aku nggak tau balas kebaikan kamu dengan cara apa," ucap Naura menahan tangis.

"Cukup selalu ada disamping aku," jawab Arkan lembut. "Aku nggak nuntut apapun dari kamu," tambah Arkan meyakinkan Naura.

Lama mereka berpelukan, sampai sebuah ketukan dari luar membuat keduanya tersadar. Arkan menurunkan kaca mobilnya dan Naura kembali duduk dengan tenang.

"Buruan! Udah mau bel!" teriak Rehan yang berada dimotor, ada yang berbeda dari pemuda itu, yakni seorang siswi yang berada dibelakangnya, siapa lagi kalau bukan Selvi.

"Hai, Nau?" sapa Selvi girang.

"Hai, duluan sana," perintah Naura.

"Yaudah yuk!" ajak Selvi menepuk bahu Rehan. Dua sejoli itu pun, eh ekhem!

Rehan pun melanjutkan perjalanannya, seiring dengan senyuman Naura yang mulai terlihat begitu indah dimata Arkan.

"Awas aja kalau Rehan sampai bikin Selvi sakit hati!" ucap Naura bersemangat.

"Aman," kekeh Arkan kemudian tancap gas menuju sekolah.

Tiba dikelas, Arkan duduk dikursinya seperti biasa. Tak lama Bu Rika, guru kesayangan memasuki kelas dengan banyak buku tebal yang berada dipelukannya.

"Pagi anak-anak," sapa Bu Rika.

"Pagi..." sapa seisi kelas.

"Wah, Arkan. Kamu masuk terus ya, Ibu jadi senang!" Bu Rika berjalan menghampiri Arkan yang baru saja memasukkan permen karet kemulutnya.

"Iya dong, Bu. Setiap manusia 'kan pasti berubah, contohnya Gilang yang tadinya main HP sekarang udah tiduran, noh!" tunjuk Arkan.

Gilang tersadar setelah salah satu siswa menepuk bahunya.

"Kenapa? Apa!?" tanya Gilang ling-lung. Rehan hanya geleng-geleng kepala.

"Coba, Ibu liat tugas minggu lalu yang belum kamu kumpulkan," pinta Bu Rika menadahkan tangannya.

Arkan melirik Naura sekilas, gadis itu seolah memberi tanda kalau ia harus menyerahkan buku pemberiannya sewaktu dimobil tadi.

"Anu... Saya---"

"Enggak ngerjain!? Astaga Arkana Putra Samdrick! Kamu ini bandel banget!!! Katanya mau berubah, tapi tugas minggu kemarin masih belum selesai juga!" Bu Rika sudah melayangkan jewerannya seperti biasa dan hal itu tentu saja mengundang gelak tawa beberapa siswa terutama Rehan dan Gilang.

"Saya ngerjain! Aw! Aw! Sakit, Bu! Kejam banget kayak ibu tirinya Rapunzel!" celoteh Arkan sontak membuat Bu Rika terdiam.

"Kamu nonton Rapunzel?" tanya Bu Rika melepas jewerannya.

Mulut Arkan menganga, kemudian ia menggeleng. Namun tawa sudah lebih dulu terdengar, terlihat jelas kalau Naura juga tertawa. Mengingat kejadian tadi malam dimana Arkan mengajaknya nonton kartun Rapunzel bersama lewat video call.

"Kamu ini ya, jadi alasan kamu nggak ngerjain tugas karena nonton Rapunzel?" tanya Bu Rika.

"Sofia The First juga," cicit Arkan pelan yang hanya dapat didengar oleh Bu Rika. Karena ia mempunyai anak balita yang sangat suka dengan kartun bertemakan puteri kerajaan tersebut.

"Ini, nih! Saya ngerjain, liat aja sendiri." Arkan akhirnya menyerahkan buku tugas pemberian Naura.

Bu Rika memeriksanya dengan teliti. "Rapi ya tulisan kamu," puji Bu Rika.

"Iyalah, masa calon suami Naura tulisannya jelek," ucap Arkan dengan santainya menaik-turunkan alis merayu Bu Rika.

"Bagus," ucap Bu Rika menyerahkan kembali buku tersebut lalu menjauh dari Arkan.

"Untung aja," ucap Naura pelan.

"Elo yang ngerjain tugas Arkan?" tanya Selvi berbisik. Naura mengangguk.

"Rehan juga minta bantuan ke gue, jadi kita sama, nggak usah malu ya. Resiko punya cowok bego," ucap Selvi membuat Naura menahan tawa.

"Baik, Ibu akan memulai pelajaran. Sebelumnya, GILANG!!! BANGUN!!!" teriakan menggelegar Bu Rika menggema dikelas.

Jam istirahat telah tiba, Arkan langsung menghampiri Naura yang masih merapikan buku-bukunya, sementara miliknya sendiri ia biarkan berserakan diatas meja.

"Mau kekantin atau pacaran dirooftop?" tanya Arkan.

"Heh! Aneh-aneh aja," omel Naura cepat.

"Kantin 'lah, aku lapar." Ucap Naura bangkit dari duduknya meninggalkan Arkan yang masih tersenyum.

"Woy! Bangun!" Rehan menggoyang-goyangkan tubuh Gilang namun pemuda itu tak kunjung membuka mata.

"Gilang! Mbak Sari dilamar orang!" ucap Arkan tiba-tiba membuat Gilang bangkit dari duduknya kemudian berlari meninggalkan kelas. Arkan tertawa terbahak-bahak begitupun Rehan.

"Gue nyusul Gilang ya, lo ngantin sama Naura aja," ucap Rehan pada Selvi.

"Oke deh," jawab Selvi lalu pergi meninggalkan kelas menyusul Naura.

"Gue ikut dong!" pinta Arkan heboh merangkul bahu Rehan.

"Nanti cewek lo ngambek," cibir Rehan malas.

"Mana ada, lo duluan aja. Gue mau bilang dulu ke cewek gue, hahaha!" Arkan bergegas menyusul Naura.

Rehan terdiam di depan kelas menatap kepergian Arkan.

"Akhirnya, lo kembali." Ucap Rehan penuh arti.











Nungguin ya?😌
TBC, ayo di vote + komen sebanyak-banyaknya biar cepet up!🤣 See you! 😍

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang