59. Tembok Belakang

2.2K 353 42
                                    

Naura geram bukan main, sebab sedari tadi Salman selalu menganggunya. Bahkan sejak berakhirnya upacara bendera di hari senin, Arkan tak kunjung terlihat, dua temannya juga.

"Cukup! Lo bikin gue risih tau nggak!?" bentak Naura pada Salman yang duduk dimejanya.

"Emang kenapa? Arkan 'kan nggak ada," kekeh Salman. Selvi berlagak jijik dan memilih memainkan ponselnya sembari menunggu guru memasuki kelas.

"Ck! Minggir lo!" usir Naura lalu pergi meninggalkan kelas, Salman tak mengikuti kemudian kembali duduk dikursinya.

"Arkan mana sih? Masa nggak masuk." Naura menggerutu lalu duduk disalah satu bangku panjang didekat lapangan.

"Woi!" seseorang duduk disamping Naura, namun bukan Arkan.

"Lo liat Arkan nggak?" tanya Naura pada Lara.

"Arkan? Di warung belakang, sama yang lain juga. Bolos upacara, hahaha!" Lara tertawa namun Naura langsung pergi meninggalkannya.

"Lah? Ada-ada aja," ucap Lara pelan.

Naura berhasil memanjat tembok belakang dengan bertumpu pada tempat sampah. Saat kakinya sudah menginjak tanah, yang pertamakali terlintas dikepalanya adalah rasa jijik karena banyak sampah plastik berserakan.

"Jadi ini jalur bolosnya anak-anak," gumam Naura memulai jalan mencari celah diantara pohon-pohon yang tidak terlalu tinggi itu.

Naura menghentikan langkahnya menatap sebuah warung yang terlihat sudah cukup tua. Ada beberapa siswa disana, mereka asik merokok, bermain game, bercanda sambil memakan cemilan.

"Dasar!" umpat Naura menatap salah seorang pemuda.

Naura menghampiri tempat tersebut dengan langkah cepat. Tangannya langsung menarik telinga salah seorang siswa yang tengah santai merokok sambil bermain ponsel, bahkan sebatang rokok terselip ditelinganya.

"Aw!! Aw!! Bu Rik!"

"Arkan!!!" ucap Naura kesal.

"Hah?" Arkan mendongakkan kepalanya, wajahnya terlihat begitu polos memandangi Naura yang nampaknya sangat marah.

"Naura cuy!" tegur Gilang mengambil alih rokok Arkan kemudian menginjaknya ketanah. Rehan nampak menahan tawa begitu pun pemuda lainnya.

"Kamu bolos upacara!?" tanya Naura enggan melepas jewerannya.

"Eh! Lepasin dong, sakit nih!"

Naura terpaksa melepaskan jewerannya, dua tangannya melipat didada namun saat melihat seorang wanita yang mungkin adalah pemilik warung, ekspresinya berubah menjadi canggung.

"Mbak, cewek saya. Gimana?" bangga Arkan memperkenalkan Naura pada Mbak Sari.

Pukulan pelan langsung mendarat dilengan Arkan yang berasal dari Naura.

Mbak Sari mengangkat jempolnya. "Cantik," puji wanita itu.

"Tenang aja Mbak, dimata saya yang paling cantik itu Mbak," ucap Gilang menimpali. Mbak Sari tetawa diikuti Rehan.

Kini Naura yang terdiam.

"Heh?" tegur Arkan mengambil sebatang rokok yang terselip ditelinganya lalu menyalakannya kembali.

"Arkan!" gerutu Naura pada pemuda itu.

"Nanggung," ucap Arkan lalu menghembuskan asap rokoknya dengan mata terpejam.

"Duduk dulu, mau saya buatin minum?" tawar Mbak Sari.

"Um, makasih..." balas Naura lalu duduk disamping Arkan dengan menudukkan wajahnya.

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang