47. Bunda Marah 😱

2.6K 425 83
                                    

Mobil yang dikendarai Rehan berhenti di depan rumah Selvi. Gadis itu melepas sabuk pengaman dengan mimik gugup yang tak dapat disembunyikan lagi.

"Ntar malam jalan ya, besok sekolah sama gue. Tawarin gue mampir, dong." Rehan bersuara membuat Selvi menoleh.

"Jangan. Eh, maksud gue. Nanti aja, ada bokap. Gue turun ya!" Selvi turun dari mobil dan saat kaca mobil terbuka, ia melihat Rehan yang tengah tersenyum padanya.

"Makasihnya mana?" tanya Rehan.

"Makasih," jawab Selvi cepat.

"Loh, temennya nggak mau mampir dulu? Yuk ngeteh?" Utari, ibu dari Selvi berdiri diambang pintu menatap dua remaja yang juga balas menatapnya.

"Rehan sibuk, iya nggak? Jawab iya!" Selvi memberi kode yang hanya dibalas senyum kecil dari Rehan.

"Iya, Tan. Nanti aja, pamit ya." Rehan kembali menaikkan kaca mobil kemudian tancap gas untuk pergi. Selvi dapat bernapas lega. Ia pun melangkah masuk kerumah menghampiri sang ibu.

Rehan tidak langsung pulang, ia menyempatkan diri kerumah Arkan sembari mengantarkan tas pemuda itu. Ngomong-ngomong soal tas Naura, Rehan memutuskan untuk menggantungnya pada knop pintu karena takut dirasa kurang sopan masuk tanpa seizin pemilik rumah.

"Bunda, Arkan mana?" tanya Rehan menatap Alin yang asik bermain bersama kucing.

"Ini, bundanya Arkan. Mau apa?" tanya Alin balik menunjuk dirinya sendiri.

Rehan bergumam menahan umpatannya. "Arkannya, mana? Udah pulang?" tanya Rehan menjelaskan.

"Oh... Udah, liat aja dikamar. Pasti lagi tidur, kalau Arkan tidur jangan dibangunin ya. Kasian anak Bunda yang imut lucu itu," pinta Alin tak mendapat respon dari Rehan yang sudah berlari kecil menaiki tangga menuju kamar temannya.

"Ututu... Kucing cayang... Kucing laper ya?" Alin mengangkat sang kucing kemudian membawanya kedapur. Si kucing hanya pasrah dengan ekspresi malasnya, nampak tertekan.

Pintu kamar terbuka.

Buk!

Rehan melempar tas Arkan ke arah sofa. "Ribet lo, pakai acara ninggal tas segala," gerutu Rehan setelah merebahkan tubuhnya dikasur.

"Lo ngapain sih? Ganggu aja!"

Rehan memperhatikan Arkan yang ternyata tengah bertelanjang dada dengan celana hitam santainya. Rehan menyerngit, seumur-umur baru kali ini ia melihat Arkan tak memakai baju. Bukankah Arkan selalu mengadu kalau kamarnya terlalu dingin. Rehan memperhatikan AC yang menyala.

"Eh, lo ngasih pelajaran ke Salman?"

Rakan menoleh dengan tatapan tajamnya, kedua tangannya berkutat dengan laptop yang berada dipangkuannya.

"Kenapa, lo mau juga dapat pelajaran?" tanya Rakan balik hingga Rehan terdiam dengan tangan terkepal.

"Aneh, lo!" maki Rehan dengan wajah kesalnya.

Drt... Drt... Drt...

Ponsel dari dalam tas berdering. Rakan langsung mencari keberadaan ponsel tersebut kemudian menerima panggilannya. Senyumnya hadir dan hal itu membuat Rehan dapat menebak kalau yang menghubunginya adalah Naura.

"OTW."

"Heh! Lo mau kemana?" Rehan sontak bertanya saat sahabatnya itu mulai mencari pakaian dari dalam lemari.

"Bukan urusan lo, ribet amat." Rakan enggan menoleh.

"Arkan, Bunda lo lagi hamil. Dirumah aja 'lah. Temenin Bunda. Ayah juga belum pulang kerja," tegur Rehan bangkit dari kasur.

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang