42. Bertindak

2.2K 446 316
                                    

Pak Aryo sesekali melirik majikannya yang hanya duduk diam tanpa sabuk pengaman. Kursi disebelahnya yang biasa diduduki oleh seorang gadis kini kosong tak berpenghuni.

Arkan menatap kosong pada jalanan sore kota Jakarta. Sesekali matanya terpejam dengan tingkat rasa sakit luar biasa pada hatinya. Tangannya terkepal kemudian terlepas, terkepal kemudian terlepas lagi. Seolah ada pertanyaan untuk apa ia marah, untuk apa ia kesal, dan untuk apa ia memikirkan Naura dan Lara dalam waktu yang bersamaan.

"Aden?" panggil Pak Aryo tak kunjung mendapat jawaban dari Arkan.

"Enggak mungkin rasa gue ke Naura hilang secepat ini. Butuh waktu yang lama buat nahlukin hati Naura, bikin dia percaya sama perasaan gue dan setelah dia percaya, gue sia-siain gitu aja."

"Lara cuma cewek yang kebetulan punya sifat mirip Naura, nggak mandang gue dari segi harta dan yang lain. Tapi pemilik sifat aslinya adalah Naura, bukan Lara."

"Argh! Anjing!"

Arkan mengumpat menendang pintu mobil hingga membuat Pak Aryo kaget.

"Kerumah Naura, Pak!" perintah Arkan yang langsung mendapat anggukan oleh Pak Aryo.

Mobil tiba dipekarang rumah Naura, namun tak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu sudah pulang. Arkan kesal bukan main, sudah pasti Naura pulang bersama Salman dan ternyata benar. Motor Salman parkir didekat mobilnya, bahkan pemuda itu melepaskan helm yang terpasang dikepala Naura.

Hati Arkan memanas, dengan tangan terkepal dan emosi yang memuncak. Arkan melayangkan tamparan pada Salman, Pak Aryo panik langsung turun dari mobil untuk melerai keduanya.

"Arkan! Stop!"

Plak!

Arkan memalingkan wajahnya saat tangan Naura kembali melayangkan tamparan untuk dirinya. Tapi hatinya, lebih sakit dari sekedar tamparan itu.

"Nau--"

"Stop, Arkan!" potong Naura membantu Salman yang jatuh tersungkur.

"Nau! Salman itu cuman manfaatin keadaan buat cari perhatian sama lo!" ucap Arkan berkacak pinggang.

"Tapi Salman, enggak pernah mainin perasaan gue!" ucap Naura dengan raut wajah sedingin es. Ia membawa Salman masuk kerumah melewati Arkan yang mulai gelisah mengusap wajahnya.

"Aden? Yuk pulang?" ajak Pak Aryo membukakan pintu.

Arkan masuk kemobil dengan tatapan tertuju pada pintu rumah Naura yang terbuka.

Salman sudah duduk disofa ruang tamu, Naura terlihat mengambil kotak P3K dan saat ia hendak mengobati, Salman mengangkat tangannya sebagai penolakan.

"Enggak perlu, cuma lebam doang," ucap Salman tak mendapat respon apapun dari Naura.

"Yang dibilang Arkan emang bener kok, gue cuma manfaatin keadaan buat deket sama lo," tutur Salman membuat Naura tersenyum tipis.

"Santai aja, Arkan udah bikin gue sakit hati lebih dari sekedar kata manfaatin kok," ucap Naura membuat Salman terdiam menatap gadis itu dari samping.

Salman menggenggam tangan Naura perlahan.

"Kenapa Arkan berubah secepat ini?" tanya Naura serak.

Arkan X NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang