Huit - Back To School

130 41 5
                                    

Tekan bintang dulu yaa ⭐⭐⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tekan bintang dulu yaa ⭐⭐⭐

[Chapter 8]

-o0o-

Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Mata berbinarnya dinaungi garis alis yang rapi. Hidung mungil dan bibir merah ranum. Tidak ketinggalan senyum yang terus membingkai wajah cantiknya.

Syakira merapikan dasi di kerah seragamnya. Lalu beralih ke rambut. Rambut yang ia cat menjadi pirang. Kemarin, dia dan tiga temannya pergi ke salon dan inilah hasilnya. Mereka bilang memasuki tahun ajaran baru jadi penampilan pun harus baru. Sak melupakan fakta bisa jadi akibat masalah rambut, dia makin diincar oleh Bu Taya.

Setelah berkutat cukup lama di depan cermin full body, Sak mengambil tas dan segera keluar dari kamar. Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Dari Aeera.

Gue di depan. Cepet turun atau gue tinggal.

Sak berdecak, mengabaikan chat Aeera dan dengan santai memakai sepatu serta kaos kaki. Bukannya kaos kaki putih polos yang umum dipakai pelajar, tapi kaos kaki pendek dengan gambar imut yang dia pakai. Pelanggaran kesekian.

"S-sak?"

Syakira menoleh mendengar panggilan bernada ragu itu. Dia melihat Davis yang terdiam di tengah tangga dengan alis bertaut. Tentu saja pemuda itu bingung melihat rambut pirang Sak. Adiknya ini kenapa sih? Mengecat rambut pada hari pertama sekolah?

Syakira baru ingat kemarin Davis pulang sangat larut, mungkin efek ngantuk jadi abangnya langsung pergi tidur tanpa mengomentari penampilan Sak. Padahal jika Davis tidak teler kemarin mungkin tidak akan seterkejut ini.

"Kenapa bang? Tumben lo bangun pagi," heran Sak. Biasanya kalau Davis pulang malam maka pemuda itu tidak akan keluar kamar sebelum matahari meninggi. Kalau sudah begitu Sak tidak sempat bertemu dengan Davis karena harus sekolah. Ini yang membuat mereka semakin jarang bersinggungan, bahkan walaupun Davis pulang ke rumah.

"Lo-" ucapan Davis tertahan, tatapannya meneliti Sak dari atas sampai bawah. Memang tidak mencerminkan pelajar yang baik. "Tau, ah." Pemuda itu melengos begitu saja menuju dapur.

Sak menyeringai. "Siap-siap aja lo dipanggil ke sekolah, bang, hehe." Kemudian Sak keluar rumah setelah berteriak pamit. Dia langsung masuk ke mobil Aeera yang telah menunggu di depan gerbang.

"Lama amat sih," gerutu Aeera di balik kemudi.

"Gue pasti kena hukuman nih," gumam Sak. Namun masih bisa didengar Aeera.

"Harusnya lo mikirin itu sebelum lo warnain rambut," timpal Aeera. "Lagian kayaknya di sekolah ada deh murid-murid yang warnain rambut."

-o0o-

Setiap pasang mata seolah tak dapat berpaling dari dua objek itu. Beberapa berdecak kagum, beberapa mengeryit bingung dan ada pula yang melirik tak suka. Setiap mata tak sama dalam melihat maka tak akan sama pula dalam memberikan spekulasi. Itu yang membuat Sak dan Aeera tak mengacuhkan berbagai tatap murid-murid sekolah. Mereka bebas menyimpulkan apapun. Sak dan Aeera tidak akan keberatan.

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang