[Chapter 32]
Menatap benda langit pada malam hari sambil menggenggam foto usang adalah hal yang Kris lakukan sekarang.
Tidak banyak orang yang tau tentang kebiasaan Kris pada malam-malam yang dilalui sendirian. Tidak banyak orang yang tau betapa kesepiannya lelaki itu kala menatap bintang dan bulan.
Segala doa dan harap selalu Kris langitkan ketika dirinya bersimpuh di lima waktu yang wajib. Doa dan harapan yang sama, yaitu agar saudara perempuannya kembali.
Hanya segelintir orang yang tahu bahwa dia memiliki adik kembar. Kris tidak sempat mengenalkan adiknya pada dunia, keteledoran keluarganya membuat mereka berpisah. Untuk waktu yang lama, Kris merasakan kehampaan dan kekosongan yang luar biasa, seperti separuh dari dirinya direnggut paksa, kemudian raib selamanya.
Awal dari kehampaan itu dimulai saat dia berusia lima tahun. Saat dia dan keluarganya pergi ke pasar malam.
"Nana, tempatnya ramai, ya." Sasa merapatkan badannya pada Kris begitu turun dari mobil.
"Kan ini pasar malam, Sa, bukan kuburan. Sasa pegang tangan Nana aja, jangan takut." Kris meraih jemari Sasa, mengisi sela kosong di sana dengan jemarinya.
"Ma, Pa, Nana sama Sasa mau ke sana."
"Tunggu dulu, papa mau cari tempat parkir. Nanti kita masuk sama-sama, ya." Papa Kris dan Sasa berujar dari dalam mobil.
"Nggak mau ah, lama." Kris memajukan bibirnya, cemberut.
"Ya udah, kalian sama mama aja. Kita masuk duluan ya, Pa." Mama mengambil alih situasi.
Papa menghela napas panjang, tapi kemudian mengangguk setuju. "Jangan jauh-jauh, nanti papa nyusul."
Kris segera menarik tangan Sasa untuk berlari, mengabaikan teriakan Mama. Kris yang masih kecil itu sangat antusias pergi ke pasar malam, bermain dan mencoba wahana ini-itu. Lelaki itu terlalu asyik sendiri, bahkan berkenalan dengan anak-anak lain sampai tidak sadar genggaman Sasa terlepas.
Ghea, mama si kembar pun tidak terlalu memperhatikan. Setelah melihat Kris dan Sasa bergandengan tadi, dia merasa mereka baik-baik saja. Karena itu Ghea memilih kembali ke tempat parkir, mencari Guiza, papa si kembar yang tidak kunjung menyusul.
Kelalaian mereka pada hari itu adalah kesalahan besar. Saat Kris menyadari Sasa tidak ada di dekatnya, semua sudah terlambat. Saat Ghea dan Guiza kembali dari tempat parkir, semua pun sudah terlambat.
Sasa menghilang.
Di tengah keramaian orang yang sibuk hilir-mudik.
Entah apa yang terjadi pada anak itu, yang pasti Kris serta orangtuanya tidak pernah menemukan Sasa. Semua hal telah dikorbankan, materi, waktu, tenaga hanya untuk mencari Sasa. Selama dua tahun, anak buah Guiza menyusuri seluruh kota Jakarta, tapi hasilnya nihil.
Pencarian pun diperluas sampai ke kota-kota besar lainnya, dan jawabannya masih sama, tidak ada kabar. Mereka mulai menyerah, bagaimanapun tidak mudah mencari orang yang hilang bertahun-tahun. Apalagi wajah dan penampilan Sasa akan berubah seiring bertambahnya usia. Semakin tipislah peluang mereka menemukan Sasa.
Bertahun-tahun lamanya, Kris menyalahkan dirinya sendiri, putus asa bahkan nyaris gila. Ghea dan Guiza mulai mengkhawatirkan keadaan Kris.
Kris yang menyadarinya pun berusaha memperbaiki diri, setidaknya dia bertingkah normal tanpa harus menjadi beban bagi orangtuanya.
Perlahan, Kris, si pemurung berubah menjadi anak yang ceria, konyol dan ... playboy. Dia ingin Sasa tapi tidak bisa.
Akhirnya, gadis-gadis delusif yang memuja ketampanan wajahnya ia jadikan pelampiasan. Kris selalu menyayangi mereka, menganggap mereka sebagai Sasa tapi ketika dia sadar mereka bukan Sasa, saat itulah Kris dengan tega memutus dan membuang gadis-gadis itu. Kris terus mengulangi siklus pacaran-putus-pacaran-putus sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Strong [END]
Fiksi Remaja- Jika dunia dan seisinya melemahkanmu - --- Kris dan Syakira adalah dua orang yang sama-sama terluka. Mereka juga dua orang yang sama-sama mengejar ambisi menjadi pemimpin klub basket. Ketika mereka saling membuka rahasia, apakah keduanya akan sali...