[Chapter 44]-o0o-
Sepulang sekolah, Kris, Gibran dan Reza kompak memutuskan untuk main ke apartemen di SHC. Kris masih merasa kafe ini sepi setelah Sak tidak bekerja lagi.
Aneh memang, padahal sebelum Sak kerja, suasana kafe ya biasa seperti ini. Harusnya Kris sudah tidak asing lagi. Namun entah kenapa, dia merasa berbeda. Terlalu banyak hal yang Sak tinggalkan di seisi kafe, membuat Kris terus terbayang-bayang cewek itu.
"Lo masih belum ngomong ke si Sak?" tanya Gibran.
"Belum, sesuai perintah Sak, gue nggak boleh ngomong ke dia kecuali urusan basket dan sekolah."
"Ck, emangnya lo bisa tahan?"
"Seminggu ini sih, bisa."
"Sampai kapan?" Reza menyahut.
"Nggak tau, rasanya nggak tahan lagi dah. Gue pengin masalah ini cepat-cepat selesai."
"Sana samperin," ujar Reza.
"Eh, lo tau nggak Kris?"
"Gak."
Gibran mencebik kesal atas respon Kris. "Belakangan ini gue sering liat si Sak ada di lapangan deket sekolah, malam-malam pula."
"Lah, ngapain?"
"Ya latihan lah, bego! Dia terniat banget ya, pengin banget menang tuh."
"Bukan," kata Reza. "Si Sak itu dari dulu pengin jadi kapten basket, jadi dia berusaha buat nunjukkin kalau dia layak. Bukan semata-mata karena ingin menang."
"Ck, heran gue, kenapa si Reja kayak yang udah kenal lama sama si Sak. Nih, si Krisableng yang deket aja kagak tau apa-apa."
"Gue suka merhatiin orang-orang."
Kris mendelik curiga. "Bener nih? Bukan karena lo sama Sak udah sahabatan lama? Plot twist banget kalau misalkan lo sama Sak temen masa kecil, terus kalian ketemu lagi dan ujungnya jadian."
Reza menoyor kepala Kris tanpa ampun. "Ngaco! Otak lo tuh ngelantur terlalu jauh."
Gibran dan Kris tertawa kencang, dia hanya bercanda. Tidak mungkin Reza dan Sak teman lama, mereka saja baru bertemu di SMA.
Pintu apartmen tiba-tiba terbuka, menyela obrolan tiga lelaki jomblo itu. Mereka menoleh dan mendapati Sasa berdiri dengan kikuk, menunduk malu.
"Sini, Sa," panggil Kris. Sasa menurut, duduk di sebelah Kris. "Kenapa?" tanyanya sambil mengelus rambut Sasa.
"I-itu ... kata Mama, nanti makan malam di rumah." Sampai sekarang, gadis itu masih malu dan canggung kepada Kris dan keluarganya. Mungkin masih belum terbiasa, bagaimanapun mereka sudah berpisah lama sekali.
Padahal Kris ingin saudara kembar yang bar-bar, seperti Sak misalnya. Kris berdecak, merutuki otaknya yang malah memikirkan cewek itu. Apa yang telah Sak lakukan sampai dia tidak mau keluar dari pikirannya. Jujur, seminggu terakhir bukanlah hal yang mudah bagi Kris. Menjauh, menjaga jarak dan hanya bicara soal basket atau sekolah, cukup berat bagi Kris.
"Nana, ayo pulang."
Kalimat Sasa membuat Kris tersadar dari lamunan, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Kris menawari Gibran dan Reza untuk ikut makan malam di rumahnya, dan mereka mengiyakan ajakan itu.
Usai makan malam, Kris berencana untuk bertemu Sak. Tetapi, Mama dan Papanya malah mengajak ngobrol. Gibran dan Reza pun tidak langsung pulang, mereka bercakap-cakap dengan Sasa yang lebih banyak diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Strong [END]
Fiksi Remaja- Jika dunia dan seisinya melemahkanmu - --- Kris dan Syakira adalah dua orang yang sama-sama terluka. Mereka juga dua orang yang sama-sama mengejar ambisi menjadi pemimpin klub basket. Ketika mereka saling membuka rahasia, apakah keduanya akan sali...