Quarante deux - All About The Past

86 15 0
                                    

[Chapter 42]


-o0o-

Pertandingan basket itu tinggal empat minggu lagi. Sak mulai mengatur pola makan, pola tidur, juga kondisi badan agar tubuhnya sehat dan bugar. Sesekali dia juga jogging dan berolahraga ringan, berusaha membentuk stamina agar tidak cepat lelah.

Mungkin saja nanti ketika pertandingan, Sak akan bermain terus menerus selama empat quarter, kurang lebih selama empat puluh menit. Jika staminanya jelek dan mudah lelah, Sak pasti tidak kuat dan harus diganti dengan pemain cadangan. Belum lagi jika nanti bergesekan bodi dengan lawan ketika berebut bola, kalau Sak lemah sudah pasti badannya akan terpental.

Syakira memang sangat antusias dengan pertandingan itu, dia benar-benar ingin merasakan sensasi ketika menjadi kapten, memimpin tim, membuat strategi, mengatur jalannya permainan, lalu dia dan timnya akan jadi bintang lapangan. Sungguh, Sak tidak sabar menunggu hari itu tiba. Dia sebal mengapa jadwal pertandingan harus diundur.

Pagi ini, Sak sedang jogging di sekitar taman. Setelah merasa lelah, Sak memutuskan untuk pulang. Lagipula matahari mulai meninggi dan dia gerah ingin cepat-cepat membersihkan badan.

Tiba di depan rumah, Sak tidak bisa menyembunyikan raut wajah bingungnya saat melihat gerbang terbuka lebar. Selain itu, ada sebuah mobil asing yang terparkir di halaman.

Syakira berlari masuk ke rumah dan seketika tubuhnya membeku. Sak terdiam seolah tidak tahu bagaimana caranya bergerak, wajahnya menjadi kaku tanpa ekspresi. Selama beberapa saat, Sak hanya berdiri mematung sambil menatap orang-orang yang ada di ruang tamu rumahnya.

"Sak ...." Seorang wanita paruh baya menghampirinya, Sak refleks melangkah mundur.

Gadis itu terlalu terkejut dan tidak menyangka, setelah hampir sepuluh tahun berlalu, orangtuanya menginjakkan kaki di rumah ini lagi.

Mama memandang sendu pada Sak, rasanya sesak ketika Sak mundur menjauh seolah menolak kehadirannya. Namun, dia tahu rasa sesak itu bahkan tidak seberapa dengan perasaan Sak selama ini.

"Ayo Sak, kita duduk dulu," ajak Mama seraya merangkul bahu Sak pelan.

Mereka duduk melingkar, ada Davis, Laura alias Sasa juga Mama dan Papanya. Sak mengamati air muka Davis yang terlihat tenang tapi diam-diam mengepalkan kedua tangannya. Davis membalas tatapan Sak seraya tersenyum kecil.

Sak beralih menatap Sasa, gadis itu tersenyum ke arahnya. Jika diamati secara teliti, Sasa sedikit mirip dengan Kris. Tidak terlalu kentara, tapi Sak mampu mengenalinya.

Di sofa single, Papa berdehem untuk menarik atensi. "Sebelumnya, perkenalkan ini adalah Klarissa, atau Sasa."

Sasa mengulurkan tangannya pada Davis, tapi pemuda itu hanya diam tanpa merespon. Sak menyikut rusuk Davis, memberi kode pada kakaknya lewat lirikan mata. Akhirnya Davis menerima uluran tangan Sasa, meski dengan ogah-ogahan. Kemudian Sasa beralih menjabat tangan Sak.

Ketika bertatap muka dengan Sasa di Paris, Sak merasa marah dan benci pada gadis itu. Bagaimanapun dia sudah merebut orangtuanya. Namun setelah mendengar cerita Kenta, Sak jadi merasa iba pada Sasa. Maka, sekarang ketika berhadapan lagi dengan Sasa, Sak sudah merasa lebih baik dan mencoba mengerti keadaan. Berbeda dengan Davis yang sepertinya masih belum menerima gadis itu.

"Papa tau ada banyak pertanyaan yang ingin kalian tanyakan. Nah, tanyakan saja sekarang, Papa akan menjawabnya."

Davis tersenyum miring. "Seharusnya jika ingin memberi penjelasan ya katakan saja semuanya. Kalau memang tidak niat, jangan menyuruh kami untuk bertanya, karena Dav sama Sak nggak penasaran."

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang