Vingt deux - Autumn Wind

100 23 1
                                    

Vote dulu yaa:)
Happy reading^^


[Chapter 22]

[Chapter 22]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-o0o-


Terkadang, ekspektasi berjalan tidak sesuai dengan realita. Ketika duduk di dalam pesawat menuju Paris, Sak sudah membayangkan begitu landing nanti dirinya akan menghirup udara kota Paris, menghayati angin musim gugur yang membelai wajah, memperhatikan orang-orang asing berlalu-lalang di sekitar, lalu berteriak 'PARIS I'M COMING' dengan kencang. Itu adalah ekspektasi Syakira.

Nyatanya, ketika landing semua hal itu batal dilakukan. Gadis itu lebih dulu tumbang akibat jam biologis tubuhnya kurang beradaptasi dengan zona waktu setempat. Hal itu berujung pada dirinya yang berbaring lama di atas kasur.

Pagi ini, kondisi Sak lebih baik dari kemarin, pusingnya mereda, ia merasa segar dan bersemangat. Sak sudah rapi dan bersiap keluar untuk mencari alamat rumah orangtuanya. Sebelum itu, Arjuna mengajak Sak sarapan bersama. Karena jam yang menunjukkan hampir siang, terlalu terlambat untuk sarapan, Sak mengatakan pada Arjuna untuk mengganti ajakan tersebut jadi makan siang saja. Dan Arjuna tidak keberatan dengan hal itu.

Ada beberapa alasan mengapa Sak menerima ajakan Arjuna. Satu, Sak clueless soal makanan di Prancis. Dua, dia tidak tahu letak restoran halal. Tiga, lebih aman dan menghemat biaya tentu saja.

Berbekal peta dari brosur panduan wisata Paris, Sak menyusuri jalan menuju tempat ikonik kota Paris, Eiffel Tower. Gadis itu sudah check out dari hotel beberapa saat yang lalu. Sak sempat terkejut begitu mengakses internet dengan wifi hotel, sederet pesan dan panggilan tidak terjawab memenuhi ponsel. Terutama chat dari tiga temannya, Sak tidak berani membuka pesan satu orang pun yang pasti menanyakan keberadaannya. Gadis itu telah membuat banyak orang khawatir, terlebih setelah seharian kemarin tidak mengaktifkan ponsel.

Sak memotret dari kejauhan menara yang dirancang oleh Gustave Eiffel itu. Cukup lama gadis itu mengambil gambar dengan berbagai objek dan sudut pandang. Begitu dirasa cukup, Sak mulai menyusuri jalan dengan secarik kertas berisi alamat orangtuanya. Pohon-pohon di sepanjang jalan mulai meranggas sebab memasuki musim gugur. Daun-daun kering berserakan menyapu langkah. Sak memungut satu daun maple lalu ia simpan di balik casing ponsel. Kenang-kenangan.

Angin musim gugur berhembus sepoi-sepoi, udara mulai mendingin disertai langit kelabu, pertanda hujan akan turun. Ah, padahal ini masih pagi tapi cuaca sangat tidak bersahabat. Sak memejam sebentar sambil merapatkan mantel.

Ketika membuka mata, Sak melotot tidak percaya. Di depan sana, dengan jarak lima ratus meter, berdiri dua orang paruh baya. Meski sudah lama tak berjumpa, Sak tentu saja mengingat wajah mereka yang telah membuatnya berada di dunia. Bibir gadis itu melengkung ke atas, matanya berkaca-kaca.

Lihatlah, orangtuanya berdiri di sana. Tanpa perlu mencari alamat rumah, Sak justru sudah menemukan keduanya. Tubuh Sak bergetar, perasaannya membuncah, dadanya dipenuhi kelegaan. Ingin sekali dia meluapkan emosi gembira ini dengan mendekap erat mama dan papanya.

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang