Quarante huit - My Hope

93 14 1
                                    

[Chapter 48]

-o0o-

Pertandingan hari pertama sudah berakhir, tim basket SMA Dirgantara berhasil menang. Mereka akan bertanding lagi dengan sekolah-sekolah lainnya, tapi itu nanti.

Kris menghampiri Sak yang sudah dijemput oleh Mama dan Papanya.

"Sak," panggil cowok itu hingga Sak dan orangtuanya menoleh. Kris menggaruk tengkuknya, padahal dia hanya memanggil Syakira tapi yang menoleh banyak sekali.

"Ada apa, Le?"

"Sekali lagi, makasih ya, udah bersedia datang."

"Iyaa, Le, astaga. Lo udah ngomong makasih berkali-kali."

"Hehe ... eum habis ini lo ke rumah sakit?"

"Iya, lusa baru gue pulang."

"Oke, hati-hati ya."

Sak mengangguk, setelah itu dia dibantu oleh Papanya untuk memasuki mobil. Mama Sak segera melipat kursi roda dan menyimpannya di bagasi. Sak jadi tidak enak hati. Sebelum datang ke tempat pertandingan, Sak menolak memakai kursi roda, dia tidak ingin ribet, pakai tongkat kruk saja cukup. Namun apalah daya, Mama dan Papanya melarang, ditambah ketiga sahabatnya dan Sasa yang malah mendukung orangtuanya. Sak kalah suara, jadilah dia menurut.

Tak lama setelah mobil keluarga Sak hilang dari pandangan, Kris kembali menghampiri teman-temannya. Hari sudah malam dan mereka bersiap pulang ke rumah masing-masing.

"Guys, gue mau ngomong, terutama buat tim cewek." Kalimat Kris membuat atensi mereka berpusat pada cowok itu.

"Ada apa?" tanya Azura mewakili.

"Gue ... gue berharap kita bisa sampai ke final, khususnya tim cewek. Gue pengin Sak bisa main di final."

"Lo bercanda? Bukan maksud gue nyinggung kondisi Sak ... tapi yeah, lo tau kan." Yessa menyahut.

"Gue tau. Tau banget." Kris menghela napas. "Tapi pertandingan final itu masih lama. Makanya kita bertahan sampai akhir biar kasih waktu buat Sak pulih. Kasih kesempatan buat Sak main dan jadi kapten, nggak apa-apa Sak cuma bisa main lima menit, paling nggak dia udah mencoba."

Semua orang diam membisu mendengar ucapan Kris. Mereka tahu betul seberapa antusiasnya Syakira terhadap pertandingan ini. Malang sekali nasib gadis itu.

"Apa itu nggak akan beresiko buat kaki dia, Kris?" Ecca bertanya. "Gue cuma nggak mau kaki Sak yang masih belum sembuh total itu, dipaksa buat lari-larian dan malah memperburuk cedera dia."

"Gue nggak tau, Kak."

"Apa lo nggak terlalu memaksakan, Kris?" Kini giliran Julian yang bertanya. "Lo udah tanya Sak belum?"

"Belum." Kris menggeleng. "Ayolah, pahami Syakira. Dia memang keliatan ceria, tapi kalian nggak tahu kalau diliat dari deket selalu ada bekas air mata di pipinya. Tadi pun Sak keliatan udah ikhlas sekalipun nggak bisa main di pertandingan ini. Nyatanya nggak gitu, pasti dari hatinya yang paling dalam, Sak pengin berdiri bareng kalian di lapangan."

"Oke," kata Azura. "Kita semua, khususnya tim cewek harus bertahan sampai final. Ayo kita saling rangkul, kita bantu Sak supaya dia bisa main. Jujur aja, gue ngerasa nggak pantes jadi kapten tim cewek. Gue merasa nggak ada yang bisa ngeganti posisi Sak. Lagipula Sak itu idola gue, dan gue pengin bersisian sama dia di lapangan."

-o0o-


Tekad Azura, Kris dan anggota basket membuat mereka sampai pada pertandingan tahap akhir, alias final. Estimasi Pak Remy tidak meleset, baik tim putra atau tim putri keduanya sampai di tahap final.

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang