Vingt cing - No Place To Call Home

99 22 5
                                    

Janlup vote dan komen ya:)
Happy reading^^




[Chapter 25]

-o0o-

Setelah berjam-jam berada di udara, Sak dan Kris akhirnya kembali berpijak di darat. Lagi-lagi Sak jetlag, cewek itu berjalan lesu bahkan selalu oleng sampai menabrak orang lain. Kris berinisiatif memapah Sak sampai mereka menemukan taksi. Hari sudah mulai senja dan berkat awan hitam di langit, suasana jadi terasa lebih gelap seperti malam.

"Lo mau kemana abis ini? Mau nginep di SHC atau ke rumah aja?" tanya Kris saat mereka sudah berada di dalam taksi.

Rumah? Sak menggeleng, dia tidak punya rumah. Tempat dia tinggal selama ini tak ubahnya hanya versi mewah dari 'kolong jembatan'. Tidak ada kehangatan, tidak ada kenyamanan, tidak ada kebersamaan, sempurna sendirian.

Ingin sekali Sak menjawab 'kolong jembatan' pada Kris, tapi mengingat cowok itu yang pasti tidak akan paham Sak membatalkan niatnya. Lagipula bagaimana jika Kris betulan membawa Sak ke kolong jembatan?

"Rumah."

Setelah itu taksi mulai melaju, bergabung dengan kendaraan lain di jalanan. Satu jam kemudian taksi yang mereka tumpangi berhenti di depan pagar rumah Sak. Syakira turun dan tidak disangka-sangka, Kris malah ikutan turun setelah menyuruh supir taksi untuk menunggu.

"Kok lo ikut turun?" Suara Sak terdengar serak ketika bertanya, muka cewek itu semakin pucat dan belum bisa berdiri tegak.

"Mau mastiin lo langsung istirahat, sekalian gue juga mau numpang ke toilet ya."

Sak hendak protes tapi hujan tiba-tiba turun dengan deras. Kris dan Sak refleks berlari melintasi halaman rumah lantas berhenti di teras. Tidak ada pilihan lain bagi Sak selain mengizinkan Kris mampir. Cowok itu langsung masuk dan mencari-cari kamar mandi tanpa izin pemiliknya.

Selesai dengan urusan di kamar mandi, Kris mendengar suara-suara aneh. Dia menyusuri arah suara itu dan berhenti di ruang keluarga. Pemandangan di depannya sukses membuat Kris melotot kaget.

"Sakkkk," jerit cowok itu mengundang Sak berdiri di sampingnya. "Sak rumah lo bocor," lanjut Kris.

Syakira mendongak pada atap rumah yang terus mengucurkan air. Gadis itu mendelik pada Kris yang begitu heboh hanya karena urusan ini. Tanpa banyak bicara, Sak pergi ke dapur mengambil wadah untuk menampung air.

"Sak, itu sebelah sana juga bocor," seru Kris menunjuk ke pojok ruangan. Lelaki itu memperhatikan seisi ruangan. Rumah Sak agak berdebu dan berantakan, bahkan Kris bisa melihat sarang laba-laba di langit-langit pojok.

"Lo pulang gih, rumah gue emang sebobrok ini. Lo yang anak sultan pasti nggak akan betah."

"Lo ngusir gue nih?"

"Menurut lo?"

Kris menghela napas panjang, menyerah. "Ya udah gue pulang. Lo langsung istirahat jangan kemana-mana lagi. Besok kalau masih capek nggak usah sekolah dulu."

Sak merotasikan bola mata lantas menyeret cowok itu keluar dari rumahnya. Sepeninggal Kris, Sak merebahkan badannya di sofa. Menikmati suara air jatuh dari atap yang bocor sambil sesekali mengelus bulu si Jeruk yang mendadak loncat dan ikut berbaring di atasnya. Ah, Sak rindu dengan kucingnya ini.

Mata Sak memberat, dia mengantuk lagi padahal selama di pesawat Sak sudah banyak tidur. Baru sedetik memejamkan mata, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ada sebuah pesan dari nomor tidak di kenal.

0888-1151-4201
Bagaimana perjalanan kamu ke Paris? Menyenangkan?

Ah ya, sebaiknya kamu perbaiki atap rumah yang bocor itu.

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang