[Chapter 5]
-o0o-
"Bentar deh, kamus gue ada di loker. Gue ambil dulu, kalian duluan aja."
Syakira bergegas memutar arah ke ruang loker, membiarkan Naswa, Rere dan Aeera berjalan duluan. Setelah mengacak-acak isi tas, Sak tidak menemukan kamus saku bahasa Prancis miliknya. Dia ingat menyimpan kamus itu di loker. Maka dia putuskan untuk mengambilnya sebelum pulang.
Begitu sampai, Sak yang tidak mau berlama-lama langsung membuka loker miliknya dengan kunci. Sak menarik buku berukuran kecil di sana. Mata gadis itu menangkap amplop berwarna merah muda yang tersimpan di dalam lokernya. Dia berusaha mengingat apakah pernah mempunyai amplop berwarna pink itu? Sak yakin tidak pernah. Sebuah asumsi terlintas di kepala, gadis itu menyeringai.
"Jangan-jangan surat cinta nih. Masih zaman ternyata main surat-suratan, segala dimasukin loker lagi." Sak bermonolog sambil membuka amplop itu.
Seringai Sak pudar ketika melihat isi secarik kertas yang terdapat dalam amplop. Dugaan Sak keliru, itu bukan surat cinta karena cewek itu tidak menemukan kata 'Dear Syakira yang cantik' pada baris pertama. Surat itu malah berbunyi 'Masa tenang sebelum Badai. 9 10 11' ditulis dengan tinta merah disertai gambar kunci di bawah tulisan itu.
Tawa Sak lolos meski terdengar dipaksakan, dia meremas kertas itu lalu memasukkan kembali ke amplop. Tidak cukup sampai di sana, Sak menyobek kecil-kecil amplop itu dan ia masukkan ke dalam tong sampah.
"Kayaknya gue perlu pasang lakban di celah pintu loker gue deh, biar nggak ada yang iseng lagi. Kampret bener, udah seneng padahal mau dapet surat cinta." Sak menggerutu sepanjang perjalanan menuju tempat parkir.
"Kamus lo ketemu?" tanya Naswa begitu Sak masuk ke dalam mobil Rere.
"Ketemu," jawab Sak singkat. Rere mulai menjalankan mobil keluar dari lingkungan sekolah.
"Muka lo napa tegang gitu, Sak?" Aeera yang duduk di samping Sak di kursi belakang mendadak bertanya. Sak mengerjap, apa benar dia terlihat tegang?
Mendengar pertanyaan Aeera, Naswa segera membalikkan badan menghadap Sak. "Iya ih, kok lo kayak tegang? Lo kecapekan ya? Abis tanding basket terus dikerjain sama Si Kris."
"Engga tuh, gue baik-baik aja kok. Capek dikit sih, tapi wajarlah." Sak menjawab sembari merebahkan punggung ke sandaran kursi.
"Gue benci Kris," kata Rere yang sedari tadi diam menyimak.
-o0o-
Syakira menutup pagar rumahnya yang lumayan tinggi. Gadis itu berderap ke teras, lantas duduk begitu saja di kursi rotan depan pintu. Senyum yang ditunjukkan pada tiga temannya beberapa detik yang lalu memudar perlahan.
Dia melongok-longok ke jendela, mencoba mencari celah guna melihat sesuatu di dalam rumah. Yakin tidak ada aktivitas apapun di sana, Sak menghela napas panjang, sarat kelelahan. Ya, gadis itu nyaris lelah berharap pada sesuatu yang tak berarah. Ingin berpasrah namun ada yang membisik tak boleh menyerah.
Digenggamnya ponsel dengan erat, menimbang-nimbang. Apa perlu dia menghubungi? Tunggu, bagaimana kalau tanpa sengaja dia justru mengganggu? Apa ... apa orang itu tidak akan semakin menjauh?
"Arrgh." Sak mengerang, kesal sendiri dengan dirinya yang plin-plan. Padahal orang yang ingin dia hubungi juga bukan orang asing, melainkan kakaknya sendiri. Davis. Tapi susahnya minta ampun.
Sak menghentakkan kaki, memilih masuk ke rumah. Untuk sementara waktu, dia ingin mendinginkan pikirannya dengan mandi. Siapa tahu setelah berendam selama lima belas menit, jiwa plin-plannya kabur ke tubuh lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Strong [END]
Teen Fiction- Jika dunia dan seisinya melemahkanmu - --- Kris dan Syakira adalah dua orang yang sama-sama terluka. Mereka juga dua orang yang sama-sama mengejar ambisi menjadi pemimpin klub basket. Ketika mereka saling membuka rahasia, apakah keduanya akan sali...