Trois - Arguing And Caught

172 48 8
                                    

[Chapter 3]

-o0o-

"Mampoosss LEEEE! Gimana kalau Pak Ghatan liat kita?" Syakira berseru tertahan seiring langkah Pak Ghatan yang makin dekat dengan lemari.

"Masih bagus nih sepatunya," ujar Pak Ghatan setelah berhasil meraih sepatu dari atas lemari. "Tapi hanya sebelah, punya siapa sebenarnya? Masa punya murid?" Pak Ghatan memulai sesi monolognya.

Di dalam lemari, mulut Syakira komat-kamit berharap Pak Ghatan menjauhi lemari. Seolah tak cukup, gadis itu juga mencengkram tangan Kris untuk menyalurkan paniknya. Yang dicengkram tangannya malah woles-woles saja, tidak panik dan takut. Hanya meringis menahan ngilu. Sumpah, cengkraman Sak kencang sekali macam ikat pinggang.

"Saya izin masukin ke lemari ya."

Kalimat Pak Ghatan itu sontak membuat dua remaja di dalam lemari terjingkat kaget. Cengkraman Syakira semakin mengetat pada tangan Kris. Sedangkan cowok itu yang semula merasa baik-baik saja mulai menahan napas. Sudah kelihatan berduaan, nguping rapat pula. Boleh dibilang rapat tadi cukup rahasia karena membahas nama-nama siswa yang jadi juara kelas.

Handle lemari bergerak turun. Sak sudah menutup mata, bersiap pada kemungkinan paling buruk. Tetapi, setelah lima detik berlalu pintu lemari tidak jua terbuka. Alih-alih lengkingan heboh seseorang yang terdengar memenuhi langit-langit ruang rapat.

"Pak, Bu, maaf, ada yang cedera di lapangan indoor, berdarah-darah," lapor seorang anak OSIS rusuh, membuat Pak Ghatan segera melempar sepatu di tangannya asal. Kemudian berderap mengikuti anak OSIS itu ke lapangan. Guru-guru yang lain pun tak kalah paniknya, ikut menyusul keluar. Sayup-sayup Sak dan Kris dapat mendengar obrolan di luar ruangan.

"Siapa yang cedera?"

"Udin, Pak."

"Kenapa dia?"

"Kakinya dijegal sama Gibran waktu tanding. Kening sama hidungnya luka, berdarah."

"Dasar biang kerok!" dumel Pak Ghatan. "Sebentar lagi Si Kris pasti yang bakal berulah."

"Mereka sama saja seperti Aeera dan Syakira," tambah Bu Taya ikutan ngegas. Tidak sadar telah membuat dua remaja yang dibicarakan menggeram, menahan emosi.

"Kok gue disebut-sebut sih, udah kayak artis aja," dengus Kris tak rela dituduh oleh gurunya sendiri. "Eh, emang gue artis sih di sini. Semua orang pada kenal gue terutama yang cewek," lanjutnya entah menyombong pada siapa. Sak tidak fokus pada kenarsisan Kris. Cewek itu juga terlanjur sebal.

Merasa sudah tidak ada siapapun lagi di ruang rapat, Syakira dengan sadis menendang pintu lemari hingga berdebum keras. Kris di belakangnya sampai terjungkal.

"Untung di dalem nggak kehabisan napas," ucap Syakira lega.

"Kalau kehabisan napas juga tenang aja kali, nanti gue kasih napas buatan. Gratis buat lo."

Sak menabok lengan atas Kris dengan kekuatan maksimun, tak lupa memberi pelototan sangar. Mengabaikan pekikan lebay Kris, Syakira berlari memungut sepatunya yang tengkurap di pojok ruangan. Gadis itu merengut, tega sekali Pak Ghatan melempar sepatu cantiknya.

Sak tidak segera memakai sepatunya, dia terdiam sebentar. Entah merenungi kakinya yang telanjang atau memikirkan hal lain. Setelah tiga detik hening, Sak tiba-tiba menerjang Kris dan memukul-mukul cowok itu dengan sepatu. "Gara-gara lo, kampret! Hih, kesel gue. Rasain nih." Sak butuh pelampiasan, kebetulan orang yang ingin ia jadikan objek pelampiasan sedang satu ruangan dengannya.

"Aw aduh ... aw. Sak gue bukan drum kali, berhenti dong. Aduh," ringis Kris dengan tampang memelas.

"Bodo amat!" Setelah memberikan pukulan penutup, Syakira melangkah ke arah pintu. Napas gadis itu memburu, capek juga menimpuki drum bernyawa.

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang