Opening

398 57 15
                                    

Prolog

-o0o-

9 Oktober 2011

"Telah terjadi kecelakaan di jalan Cakra Buana antara mobil dengan sebuah truk. Sebanyak 3 mobil dan 2 motor terkena dampak dari truk yang hilang kendali tersebut. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan truk tersebut oleng, hal ini masih dalam investigasi polisi."

Layar televisi yang semula menampilkan seorang presenter berganti menjadi cuplikan video amatir ketika insiden kecelakaan lalu lintas itu terjadi. Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun menyaksikan berita malam itu dengan mata bergetar.

Meski terlihat fokus, pikirannya justru terpaut pada kejadian sore tadi. Pada momen yang menyesakkan. Tepat di Bandara Soetta.

Zhiingg ....

Dia bahkan masih mengingat jelas bunyi lenguhan pesawat lepas landas yang memenuhi langit-langit bandara. Dia menangis pada saat itu. Air matanya mengucur deras. Setiap tetesnya mengandung pesan yang berbeda. Ada banyak sekali untaian kata yang belum sempat tersampaikan. Terutama perihal rindu.

Apa lagi yang bisa gadis berusia tujuh tahun rasakan selain kangen setelah baru saja orangtuanya pergi ke Prancis? Tanpa dirinya! Dan juga kakak laki-laki yang sedang memeluk dan mengelus rambutnya. Gadis itu ingin protes sebenarnya, mengapa dia dan kakaknya tidak diajak serta. Sayang sekali, mama dan papa pergi dengan amat tergesa.

"Sak jangan nangis," kata laki-laki berusia sepuluh tahun yang merupakan kakak laki-lakinya.

Syakira yang akrab disapa Sak itu justru makin mengencangkan tangisnya. "Mama ... sama pa-pa kapan ... pul-ang?" tanyanya tersendat-sendat. "Bang Davis kok ... ketawa sih?" Sak memberengut kesal karena kakaknya malah terkekeh.

"Ya, abisnya kamu lucu kalau lagi nangis. Hidungnya merah banget kayak tomat," canda Davis sembari menghapus air mata adiknya.

Mendapat perlakuan seperti itu, Syakira mulai menghentikan isaknya. "Bang Davis jangan tinggalin Sak kayak mama sama papa," lirih gadis itu, sangat pelan di tengah situasi bandara yang bising.

"Hey hey, dengerin Abang." Bocah sepuluh tahun itu menepuk pundak Syakira. "Mama sama papa nggak ninggalin kok, nanti mereka kan bakal pulang lagi," jelasnya yang sukses membuat senyum Syakira perlahan terbit. "Satu lagi, Abang itu sayang banget sama Sak. Abang nggak akan ninggalin Sak."

"Abang janji ya?" Sak menyodorkan jari kelingking mungilnya.

"Janji apa?" Davis pura-pura tidak tahu.

Sak manyun. "Pertama, mama sama papa bakal pulang. Kedua, Abang janji nggak akan ninggalin Sak karena Abang sayang Sak."

Davis tertawa kemudian menautkan jari kelingkingnya dengan Syakira. "Ayo ah, Paman sama Bibi datang tuh," tunjuk Davis pada pria dan wanita paruh baya yang menghampiri mereka.

Ketika berbalik badan, Syakira tidak sengaja menubruk bahu seseorang. Dia mendongak, mendapati seorang anak lelaki seumuran Davis tengah menatapnya tajam. Hal itu membuat Syakira takut, bocah itu kembali menunduk. Namun, tatapannya malah jatuh pada gelang dengan bandul kunci yang ada di pergelangan tangan anak itu.

"Eh, maafkan adikku, dia nggak sengaja," ucap Davis mewakili Syakira.

Bukannya memaafkan, anak lelaki itu malah berdecak dan pergi dengan muka menahan angkara.

"Udah Sak, nggak apa-apa." Davis mengelus kepala Syakira yang masih menunduk. "Senyum dulu dong."

Syakira menurut, gadis itu tersenyum meski dengan hidung dan mata yang memerah sehabis menangis. Tanpa tahu bahwa sebenarnya setelah hari itu semuanya berubah. Dua janji itu tidak pernah terpenuhi. Karena, hari itu adalah hari terakhir Syakira bertemu mama dan papa. Hari itu juga adalah hari terakhir Syakira mendapat kasih sayang kakaknya. Semuanya telah berubah semenjak pesawat dengan tujuan Paris itu lepas landas.

"Insiden ini memakan 3 korban meninggal dan 7 orang dengan luka serius. Salah satu dari tujuh korban terluka adalah anak perempuan berusia 7 tahun. Diduga anak tersebut tertabrak salah satu mobil yang sebelumnya terpental akibat hantaman truk. Anak itu bernama--"

Zztt

Lamunan Sak buyar bersamaan dengan layar televisi yang dimatikan secara tiba-tiba. Ingatannya yang mengembara pada kejadian tadi sore terpaksa mendarat lagi pada titik waktu saat ini. Sak tidak benar-benar fokus menonton berita itu, tetapi dia menangkap dengan jelas inti dari siaran berita yang hanya berdurasi satu menit itu.

"Tidur, udah malem," ujar Davis yang kemudian pergi begitu saja.

-o0o-

Hufftt ... udah lama nggak update cerita jadi bingung nih mau ngetik apa di note🙃

Gimana part ini? Ada krisar? Ada yang mau disampaikan?

Hmm, kalau kalian sempet liat tag cerita ini di deskripsi, kalian akan menemukan "misteri" dan "teka-teki". So, aku harap kalian nggak melupakan detail kecil yang ada di opening ini.

Karena seperti cerita misteri pada umumnya, pasti bakal ada ranjau twist di mana-mana. Jadi, nikmati ya 😘😘

Sampai jumpa di next part.

Don't forget to vote, comment, follow and share this story!

[ReiRin]

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang