#Lapaknya Julian dan Ecca:) uwuwuwuu#
-o0o-
Di setiap sekolah, klub basket selalu saja menjadi sorotan murid-murid. Entah karena paras anggotanya yang tampan dan cantik, atau karena pesona mereka di atas lapangan.Ketika gerombolan mereka lewat, baik anggota cewek atau cowok, semua orang tidak akan berpikir dua kali untuk menatap mereka lama-lama. Apalagi cewek-cewek pemuja cogan yang selalu mengiler tiap melihat cowok-cowok ganteng dan keren, terutama ketua basket.
Di SMA Dirgantara, posisi ketua basket untuk periode saat ini dipegang oleh Julian, lelaki ramah tamah yang memiliki lesung pipit. Sedangkan posisi wakil ketua basket ditempati oleh Ecca, perempuan kalem yang kadang terlihat cuek.
Julian dan Ecca sudah saling mengenal sejak masa orientasi, mereka berteman meski tidak begitu dekat. Usai masa orientasi, Julian dan Ecca ternyata ditempatkan di kelas yang sama. Mereka yang hanya sebatas tahu nama dan saling menyapa saja, kini naik level menjadi mengobrol lebih lama. Apalagi keduanya mempunyai kegemaran yang sama yaitu basket.
Mereka mendaftar ekskul bersama, latihan bersama dan sering pulang bersama.
Namun ketika di kelas sebelas, mereka tidak ditempatkan di kelas yang sama lagi. Keduanya menjadi berjarak, intensitas pertemuan mulai berkurang. Ecca lebih sering bersama dengan teman-teman barunya, cewek itu juga menjadi cuek pada Julian.
Di sisi lain, Julian pun tampak tidak terpengaruh, lelaki itu juga sibuk dengan teman-teman barunya.
Mereka kembali dekat setelah terpilih menjadi ketua dan wakil ketua ekskul basket. Keduanya terlihat sering bersama lagi sebab banyak mengurus ekskul. Sampai Julian mulai terbawa perasaan dan merasa aneh jika tidak melihat Ecca. Lelaki itu selalu ingin berada di samping Ecca, dia benar-benar jatuh hati pada gadis itu.
Sore ini, Julian dan Ecca masih berada di lapangan indoor sekolah. Mereka sedang membereskan bola basket yang berserakan setelah dipakai latihan. Sebenarnya hari ini bukan jadwal piket Ecca, tapi entah kenapa semua anak basket malah kabur. Akhirnya Ecca lah yang bertanggung jawab.
Ecca tidak tahu saja, anak-anak basket bukannya kabur tapi diusir oleh Julian. Lelaki itu sengaja ingin berduaan dengan Ecca.
"Ca," panggil Julian.
"Hm." Ecca menyahut tanpa menoleh.
"Lo tau nggak?"
"Ga."
Julian mendengkus mendengar respon Ecca yang acuh. "Dengerin dong Ca," ujarnya sembari mengerucutkan bibir.
"Telinga gue masih normal, Jul." Kali ini Ecca sepenuhnya menoleh pada Julian, melupakan sejenak pekerjaannya.
"Jadi tuh ya, gue punya temen, panggil aja dia A. Nah, si A ini punya temen cewek, panggil aja dia si B." Julian menjeda ceritanya, dia duduk di lapangan karena merasa pegal. Ecca tanpa disuruh langsung ikut duduk di sebelah Julian.
"Lanjut ga nih?" tanya Julian.
"Ya, terserah, kan lo yang mau cerita."
Julian terkekeh. "Oke lanjut. Jadi mereka berdua itu temenan, awalnya sih nggak deket ya, cuma sebatas tau nama aja. Tapi waktu mereka sekelas mereka mulai lebih deket, banyak ngobrol gitu lah. Mereka juga punya hobi yang sama."
"Hobi apa?"
"Em, main piano. Mereka jadi deket banget loh, Ca, sering main piano bareng, pulang bareng dan lainnya. Tapi waktu mereka beda kelas, mereka jadi agak renggang, mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Nah, suatu hari mereka ketemu tuh di klub yang sama. Akhirnya mereka jadi deket lagi. Si A ternyata suka ke si B udah dari lama, dia awalnya nggak sadar dan baru-baru ini aja sadarnya. Si A ini curhat ke gue, katanya dia bingung harus ngapain. Dia pengin bilang ke si B soal perasaan dia, tapi dia ragu, dia nggak tau apa si B suka juga atau engga."
Ecca manggut-manggut usai cerita Julian selesai. "Oh, jadi lo mau nembak gue tapi lo ragu karena nggak tau perasaan gue?" tanya Ecca sambil mengerjap polos.
"EHHHHH?" Julian berteriak kaget, cowok itu mengusap tengkuknya dengan canggung.
Ecca menyemburkan tawanya hingga sudut mata cewek itu berair. Sungguh, dia tidak tahan melihat ekspresi Julian yang seperti maling tertangkap basah. Ecca tentu tidak sebodoh itu, sejak awal cerita dia tahu Julian sedang menyinggung kisah mereka.
"Ca ... udah kali ketawanya," kata Julian sembari memalingkan wajahnya yang sudah memerah sampai ke telinga.
Malu anjir, rutuknya dalam hati. Si Ecca nih bisa banget bikin orang langsung mingkem.
"Ehehe, sorry ya Jul. Tadinya gue mau pura-pura nggak tau aja gitu, tapi mendadak jiwa iseng gue muncul."
Julian mencebik kesal. "Huh, ya udahlah, berhubung gue udah kecebur jadi sekalian aja minum air, kan. So, Ecca, lo udah tau gimana perasaan gue, sekarang boleh gue tau perasaan lo?"
Seketika, Ecca terdiam. Gadis itu mengerjapkan mata berkali-kali. Julian terus menatap matanya dengan lekat seolah menuntut jawaban.
"Eum, jujur gue juga suka sama lo," gumam Ecca.
Julian merapatkan duduknya dengan Ecca, dia tersenyum lebar dengan mata yang berbinar. "Jadi, sekarang kita pacaran?"
"Lah, kapan gue bilang gitu? Lo juga nggak nembak gue tuh?"
"Buat apa nembak sedangkan gue udah tau perasaan lo?"
"Dan buat apa pacaran kalau kita sama-sama suka?" lanjut Ecca.
Julian mengerutkan keningnya, bingung. "Eh? Gimana maksudnya? Lo mau kita langsung nikah?"
"Ebuset!" Ecca refleks menabok lengan Julian. "Bukan gitu maksud gue, Jul, tapi gue memang nggak bisa pacaran."
"Kenapa?"
Karena orangtua gue ngelarang pacaran. "Soalnya ... nggak mau aja."
"Alasan macam apa itu, Ca?" Ekspresi bahagia di wajah Julian surut perlahan-lahan.
"S-sorry, Jul, gue memang nggak bisa pacaran sama lo. Tapi paling nggak lo udah tau perasaan gue."
"Kenapa, sih, Ca? Coba lo kasih alasan yang jelas. Gue bingung sumpah, lo bilang suka sama gue tapi kenapa nggak mau pacaran?"
"Saling suka bukan berarti harus pacaran juga kan, Jul? Gue harap lo nggak maksa gue." Ecca bangkit berdiri, melanjutkan kembali sisa pekerjaannya dan memastikan lapangan indoor sudah bersih.
Setelah itu, Ecca keluar tanpa memedulikan Julian yang masih terduduk dan terdiam. Dalam hati, Ecca mengucapkan maaf berkali-kali pada Julian. Dia benar-benar tidak bisa menjalin hubungan lebih dari teman dengan lawan jenis sebab orangtuanya melarang. Mereka ingin Ecca fokus pada pendidikan, bahkan Ecca sempat dilarang mengikuti ekskul basket karena menyita waktu belajar.
Namun dengan susah payah Ecca berhasil membujuk orangtuanya, itu pun dengan berbagai syarat yang mencekik Ecca. Salah satunya adalah Ecca dilarang pacaran. Dan Ecca tidak ingin mengatakan hal itu pada Julian.
Di tempatnya, Julian termenung sendirian, masih memikirkan penolakan Ecca beberapa menit lalu.
"Kenapa Ecca nolak gue? Apa alasannya? Apa dia ada masalah?" monolog Julian.
"Jangan-jangan Ecca nolak karena kita satu ekskul lagi, dia takut kalau ada masalah malah berdampak ke ekskul," pikirnya.
"Ish, kok gue kesel sendiri, ya?" Julian berdiri lalu menepuk-nepuk celananya.
"Ck, gue sumpahin ketua dan wakil ketua periode berikutnya bakal cinlok tapi nggak bisa pacaran juga kayak gue. Mampus dah mereka," sambungnya dengan senyum menyeringai.
-o0o-
Oalaaaah jadi si Julian toh biang keroknya.
Pantes sih si Kris sama Sak engga pacaran, udah disumpahin ama si Julian ternyataa🤣🤣
Yeaah, emang sih Sak punya alasan sendiri kenapa nggak mau pacaran. Tapi si Julian juga jadi biang keladinya.
Lain kali kalau bicara jangan asal ceplos ya, Julian, kasian si Kriss wkwkwkw😂
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Strong [END]
Teen Fiction- Jika dunia dan seisinya melemahkanmu - --- Kris dan Syakira adalah dua orang yang sama-sama terluka. Mereka juga dua orang yang sama-sama mengejar ambisi menjadi pemimpin klub basket. Ketika mereka saling membuka rahasia, apakah keduanya akan sali...