Deux - Meeting Room

206 49 8
                                    

[Chapter 2]

-o0o-

"SAK AWAS PINTU!"

Refleks, Syakira menoleh kembali ke depan.

"Whoaa! Astaga!" Mata Sak melotot, benar saja ada pintu. Gadis itu langsung mengerem mendadak. Telat sedetik saja dapat dipastikan jidat dan hidungnya berlumuran darah plus dirinya jadi bahan ketawaan murid-murid.

Syakira menarik dan menghembuskan napas cepat. "Leo kampret, pintunya malah ditutup. Dasar!"

Teringat niat awalnya, Sak langsung membuka pintu dengan rusuh. Dia harus merebut kembali sepatunya. Lagian si Kris kebiasaan sekali membuatnya sebal. Begitu Sak keluar, lapangan indoor dipenuhi tawa kecil dan seruan-seruan gemas hingga ada juga seruan jengah. Bagi mereka, hal itu sudah biasa. Syakira dan Kris memang sering ribut.

"LEOO!! Balikin sepatu ... gue." Syakira ngos-ngosan akibat terus berlari. Dia berhasil menyusul Kris masuk ke satu ruangan. Cowok itu ada di ruang rapat guru, duduk di meja berbentuk lingkaran yang khas.

"Lo mau sepatu lo? Tuh, ambil aja." Kris melirik ke atas lemari yang ada di pojok ruangan. Di atas sana, sebelah sepatu Sak teronggok bisu.

Syakira melorotkan bahunya. "Leo ih, ambil lagi dong."

"Lah, ngapain gue simpen di sana kalau ujungnya gue ambil lagi?" Kris terkekeh dan mengangkat bahunya santai.

Sak mendelik pada Kris, berharap setelah memasang ekspresi wajah yang seperti ingin memangsa manusia hidup-hidup, cowok itu berubah pikiran untuk mengembalikan sepatunya.

"Nggak takut gue."

Raut wajah Syakira melemas begitu mendengar perkataan Kris. Kini malah lelaki itu yang menatap Sak. Gadis itu yang sangat ekspresif, menarik seluruh atensinya.

"Leo, pokoknya kalau lo nggak am-...."

"Rapatnya akan segera dimulai."

Seruan dari luar ruangan memutus kalimat Syakira. Dia terlonjak kaget dengan mulut yang menganga selebar gua. Siapa pun tahu hanya guru dan orang-orang tertentu yang boleh masuk ruangan ini. Akan jadi masalah jika Sak dan Kris kedapatan berada di ruangan ini tanpa izin.

"Gawat!" Sak panik di tempatnya, dia melihat bayangan seseorang di bawah pintu. Nah loh, sejak kapan pintunya tertutup. Apa dia yang menuntupnya tadi? Ah lupakan!

Yang jelas ada orang yang mau masuk ke ruangan ini! Kenop pintu ruang rapat bergerak turun, siap terbuka. Sebelum orang itu masuk, Kris sigap menarik lengan Sak ke arah lemari. Mereka berdua masuk dan bersembunyi di sana. Beruntung lemarinya cukup luas dan kosong di bagian bawah.

Ceklek!

-o0o-

"Katanya empat menit doang, tapi nggak balik-balik dasar singa," gerutu Gibran karena Kris tidak kunjung kembali. Padahal pertandingan akan segera dimulai.

"Ya udah, ganti sama yang lain aja kali. Kan cowok masih banyak." Aeera memberi saran, risih juga mendengar Gibran mencak-mencak dari tadi.

Gibran menyeringai, "lo aja yang gantiin si Kris," cetusnya yang langsung mendapat hantaman sebelah sepatu tersisa milik Syakira. Tak cukup sampai di situ, Aeera juga melempar kaos kaki Sak ke muka Gibran.

Aeera mendengus. "Gue cewek ya."

"Yang bilang lo cowok siapa, oneng?" ketus Gibran dengan muka yang sudah sangat masam.

"Berisik!" Reza tiba-tiba berdiri di antara Gibran dan Aeera. Cowok itu menatap dingin Gibran.

"Dih, mata lo biasa aja kali. Beku nih gue." Gibran mengusap-usap lengan atasnya seolah sedang kedinginan. "Lo pelototin tuh si Ae, bukan ke gue."

You Are Strong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang