NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!
◼️❤✨❤◼️
Ranitha menyandarkan tubuhnya di tembok kamar mandi yang berada tak jauh dari mushola kecil dirumahnya itu.
Matanya terpejam dan terus menerus mengalirkan airmata. Tak ada isakan sama sekali karena Ranitha berusaha menahannya.
Baru kali ini Fathur begitu marah padanya sampai harus menaikkan nada suaranya yang mungkin bisa dibilang sedikit membentak.
Bukan berarti Ranitha menangis karena bentakan itu. Yang membuat Ranitha menangis adalah Fathur tampak jauh 'lebih percaya' dengan si pengirim foto yang tak lain Safira.
Kenapa harus Safira? Apa maksudnya melakukan hal seperti itu? Apa memang berniat menghancurkannya dan Fathur? Kenapa?
Dan tak terasa, sudah sepuluh menit menangis, akhirnya Ranitha menghela nafasnya panjang. Mengusap wajahnya yang basah kala mendengar adzan isya berkumandang.
Ranitha langsung mengambil wudhu untuk menenangkan dirinya. Juga dia harus melaksanakan shalat agar setan tidak semakin membuatnya terlarut dalam berburuk sangka.
Dia keluar dari kamar mandi dan bertepatan dengan seseorang yang sejak tadi ada dalam fikirannya itu, melangkah kearahnya.
Helaan nafas Ranitha berhembus pelan. Pandangannya mengarah ke yang lain dan kakinya mengayun kearah mushola, juga dia sadar jika Fathur mengikutinya.
Fathur berdiri dihadapan Ranitha yang baru selesai mengenakan mukenanya,"Shalat berjamaah sama mas ya." Ucap Fathur dengan nada lembut.
Tatapan Ranitha langsung mengarah padanya, senyum tipis itu terukir,"Mas nggak ke masjid aja? Bukannya malam ini ada pengajian rutin ya?" tanya Ranitha.
Fathur menelan salivanya sebentar,"Gapapa, malam ini mlas mau imamin kamu." jawabnya dengan tangan yang terulur untuk merapikan mukena yang istrinya kenakan.
Akhirnya Ranitha hanya tersenyum kecil dengan anggukan pelan. Mengambil posisi tanpa banyak berbicara lagi, begitupun dengan Fathur.
Keduanya melaksanakan shalat isya dengan begitu khusyuk. Tidak ingin terpengaruhi oleh setan yang mungkin ingin berusaha menghancurkan keduanya dengan masalah tadi.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Shalat isya selesai. Fathur mengubah posisinya agar lebih nyaman untuk berdoa, begitupun dengan Ranitha yang menundukkan kepalanya dalam - dalam untuk berdzikir.
"Ya Allah, padahal Nitha inginnya shalat berjamaah sama mas Fathur bukan dalam keadaan seperti ini. Bayangan wajah marah dan kecewanya mas Fathur terus menghantui Nitha, Ya Allah. Nitha takut. Nitha takut." batin Ranitha berteriak.
Ranitha mengusap wajahnya yang mulai basah karena airmata yang kembali meronta ingin keluar dari persembunyiannya. Dia tidak mau berlarut dengan kesedihan ini.
Dan sedetik kemudian, Ranitha mendongak saat tahu kalau Fathur berbalik untuk menatapnya yang kini sudah tersenyum tipis.
Melaksanakan kewajiban, Ranitha meraih tangan Fathur dan mengecup punggung tangannya cukup lama. Seolah menyampaikan semua maaf yang ingin ia katakan karena telah membuat suaminya kecewa.
Sedangkan Fathur tak kuasa lagi menahan diri saat melihat mata Ranitha yang memerah yang jelas ia ketahui, semua karena ulahnya.
Fathur langsung menarik tangan Ranitha dan menguburkan wajahnya disana,"Maafin mas, sayang. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi Seindah Mimpi✓
RandomMohon maaf kalau ada kesalahan kata karena masih dalam proses pembelajaran. Juga maaf kalau alur cerita yang mungkin kurang menarik karena inspirasi datang dari berbagai cara. Satu pinta author, jadilah pembaca yang bijak dan bisa mengambil setiap p...