11.CASM : Mulai Akrab

439 41 0
                                    

NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.

TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!

◼️❤✨❤◼️

Fathur memarkirkan mobilnya dengan apik di sebuah halaman yang luas.

Didepan mereka terdapat beberapa rumah yang terbuat dari seng dan bahan tak layak lainnya. Ada beberapa anak yang tampak asyik bermain, membaca dan entah apalagi.

"Ayo turun." ucap Fathur seraya menatap Ranitha yang kini mengangguk.

"Cemilannya buat mereka ya, mas." Ranitha mengambil dua kresek besar tadi yang berisi cemilan itu. Fathur mengangguk dan langsung mengambil alih.

"Biar saya yang bawa. Ayo." Fathur dan Ranitha pun keluar dari mobil lalu berjalan mendekat pada anak - anak berbagai usia yang kini menatap mereka dengan berbinar.

"Kak Fathur!!!" Pekikan mereka bersahutan sembari berlari kecil pada Fathur yang sudah tersenyum dan disalimi secara bergantian oleh anak - anak. Ranitha yang melihatnya ikut tersenyum.

"Siapa kak? Cantik sekali." tanya seorang anak lelaki yang Ranitha perkirakan berumur duabelas tahun itu. Fathur menoleh pada Ranitha, bibirnya melengkung.

"Namanya Ranitha. Calon istri kakak." Jawaban Fathur membuat semuanya menatap berbinar pada Ranitha yang kini merona.

"Wuaahhhh kakak mau menikah?" Kini giliran seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun menatap Fathur dengan penasaran.

"Doakan saja ya." jawab Fathur lagi. Dan kini semua langsung bergantian menyalimi Ranitha sembari memperkenalkan diri masing - masing. Dan Ranitha harus berusaha keras untuk mengingat sepuluh nama anak - anak itu.

"Ayo masuk kak!" ajak Syifa, anak perempuan umur sepuluh tahun itu. Ranitha tersenyum lalu mengangguk.

Dia pun digenggam oleh dua anak perempuan lainnya bernama Fia dan Puspa. Sedangkan Fathur dibantu oleh Tara dan Budi untuk membawa cemilannya ke sebuah gubuk yang lebih besar disana.

"Jadi disini tempat kita belajar sama kak Fathur dan kakak lainnya, kak Ranitha." Ranitha mengangguk paham mendengar ucapan Puspa padanya.

Disana ada sebuah papan tulis berukuran sedang, karpet dan beberapa tempelan kertas berisi huruf abjad, huruf hijaiyah, angka dan lainnya.

"Kak Fathur sering kesini ya?" tanya Ranitha setelah duduk dikelilingi oleh lima anak perempuan itu. Dengan kompak mereka menganggukkan kepalanya.

"Sering banget kak. Cuman seminggu ini kak Fathur gak dateng. Biasanya kak Fathur dateng di hari selasa atau kamis atau jum'at sih." Jawab Fani, anak berambut sebahu.

Ranitha tersenyum mendengarnya, seminggu yang lalu kan.. Ah, Ranitha malu mengingatnya.

"Lagi pada ngapain hayo?" Suara Fathur membuat fokus mereka teralih. Fathur datang bersama lima anak lelaki yang tadi membantunya dulu untuk mengambil beberapa barang di mobil.

"Kak Fathur, ayo belajar lagi." Ucap Ahmad lalu duduk disamping Fathur. Fathur terkekeh pelan mendengarnya. Di seberangnya ada Ranitha yang sedang mengulum senyum.

"Gimana kalau sekarang kalian belajar bareng sama kak Ranitha? Mau nggak? Kakak punya hadiah juga loh buat yang bisa jawab pertanyaan kakak nanti. Ada yang mau?" Ranitha berkata dengan semangat.

"Mauuuuu!!!!" Acungan tangan mereka membuat Ranitha dan Fathur terkekeh gemas melihatnya.

"Pinter nih. Oke deh. Disini, peraturannya kalau yang bisa jawab, acungkan tangannya ya. Kalau benar, bakal dapet coklat!"

Ranitha mengeluarkan sepuluh cokelat yang dibawanya tadi. Niatnya untuk dimakan saat perjalanan, hanya saja dia tidak minat lagi.

"Wuahhhh coklat. Mau kak mauuuuu!!!" Semua memekik kegirangan melihat cokelat yang Ranitha acungkan dihadapan mereka.

"Oke, kalau pada mau. Ayo duduk rapi dan dengarkan soalnya baik - baik ya." pesan Ranitha dengan lembut.

Semua langsung diam dan duduk rapi. Termasuk Fathur yang mengulum senyum memperhatikan Ranitha yang tampak menerima kehadiran anak - anak jalanan itu.

"Soalnya adalah kak Fathur mempunyai tiga buah cemilan. Lalu saat di perjalanan, dia membeli empat cemilan lainnya. Jadi berapa cemilan yang kak Fathur punya sekarang?" ujar Ranitha dengan nada bertanya khasnya.

Dua orang langsung mengacungkan tangannya. Asep dan Dimas langsung menatap berbinar pada Ranitha.

"Ayo, Asep. Jawabannya berapa?" tanya Ranitha. Asep langsung tersenyum lebar dan menatap Dimas yang kini cemberut.

"Enam kak, enam." Ranitha langsung tersenyum dan menggeleng pelan.

"Jawabannya kurang tepat, sayang. Ayo, Dimas boleh menjawab." Asep meluruhkan bahunya saat Ranitha mengelus puncak kepalanya. Dimas langsung bersemangat.

"Tujuh kak, tujuh." Ranitha kembali tersenyum. Rasanya menggemaskan sekali melihat ekspresi anak - anak itu.

"Ayo coba kita hitung bareng - bareng. Semuanya ikutin kakak ya." Ranitha mengangkat tangannya yang kanan dengan tiga jari, dan kiri empat jari.

"Satu..dua..tiga..empat..lima..enam..tujuh!" Dimas langsung bertepuk tangan ria begitu mengetahui jawabannya benar.

"Yeayyy benerrrr! Tepuk tangan buat Dimas!" Ranitha bertepuk tangan melihatnya. Semua pun ikut melemparkan riuh tepukan untuk anak berdahi lebar itu.

"Nih hadiahnya buat Dimas." Dimas langsung menyambut uluran tangan Ranitha yang memegang sebatang cokelat untuknya.

"Makasih, kakak cantik!!!" Ranitha hanya menjawab dengan kekehan.

" Sama - sama, sayang. Buat yang lainnya tenang. Masih ada kesempatan dan semuanya akan kebagian. Yang penting terus semangat! Okey?"

Semua bersorak lagi mendengar ucapan Ranitha yang begitu membakar semangat mereka.

"Okey!!!!"

Fathur tersenyum melihat Ranitha yang masih asyik bertanya pada anak - anak itu.

Tak ada ekspresi kesal atau marah disana. Hanya ekspresi senang dan bangga yang Fathur dapat simpulkan. Berjiwa sosial yang tinggi.

Tak menyangka jika ia akan bertemu dan jatuh cinta pada seorang gadis yang rutin mengiriminya pesan di instagram sejak 5 tahun lalu.

Fathur selalu membaca pesan itu. Saat Ranitha menyatakan untuk menyerah saja dengan keluarganya atau cita - citanya.

Gadis itu menceritakan rahasia pribadinya padanya. Membuat Fathur sedikit terkejut karena Ranitha yang begitu percaya padanya.

Tatapan berbinar Ranitha yang selalu ia dapatkan saat gadis itu menatapnya membuat Fathur terkagum.

Mata hazel yang indah dan bersinar itu menghipnotisnya. Bahkan pipi tembam Ranitha yang selalu memerah saat mendengar godaan tentangnya. Menggemaskan sekali bukan?

Fathur pun kaget, kenapa dia bisa jatuh cinta pada gadis itu? Tentu saja karena Allah yang menakdirkannya bersama Ranitha. Inilah yang dinamakan jodoh, Allah pun tidak memandang bulu ingin menjodohkan siapa dengan siapa.

Keteguhan hati gadis itu yang terus memintanya pada Allah. Fathur hanya bisa berharap jika jalannya dan Ranitha dimudahkan dan selalu diridhoi oleh Allah. Semoga rintangan diluar sana bisa mereka lalui satu persatu.

Ranitha menatap Fathur yang kini belum mengalihkan tatapan darinya. Tatapan itu membuat Ranitha merona sekaligus bertanya dalam benak. Apa yang sedang Fathur fikirkan saat ini? Apakah lelaki itu ragu..dengan perasaannya?

"Kak Ranitha! Kok ngelamun?" Ranitha langsung mengerjap lalu menatap Ahmad yang baru saja menggerakkan tangannya didepan wajahnya. Ranitha tersenyum.

"Sebentar lagi adzan maghrib nih. Siap - siap yuk. Yang putra ke masjid sama kak Fathur, yang putri jamaah sama kakak disini. Setuju?"

Sepuluh anak tangguh itu menganggukkan kepalanya sembari bersorak. Ranitha pun tersenyum kearah Fathur.

◼️❤✨❤◼️

Typo?

Mohon dimaklumi.

Cinta Abadi Seindah Mimpi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang