NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!
◼️❤✨❤◼️
Menghabiskan waktu seharian untuk mengeksplor Kota Seoul membuat Ranitha kelelahan. Setelah shalat isya dan membersihkan diri, Ranitha langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Melihat itu, Fathur tersenyum. Ranitha terlalu bersemangat hari ini, alhasil tenaganya terkuras habis. Jadi memilih tidur lebih awal.
"Sayang.." Ranitha membuka matanya sedikit dan menatap Fathur yang mengenakan jaketnya.
"Mas mau kemana?" Fathur tersenyum lalu mengecup dahi istrinya itu.
"Mas mau keluar dulu sama Arsya. Ngobrol di cafe depan. Nggak apa - apa, sayang?" Ranitha pun menganggukkan kepalanya pertanda mengizinkan.
"Gapapa, mas. Tapi jangan lama - lama ya. Mas juga harus istirahat kan." Fathur tersenyum kecil lalu menunduk untuk mencium hidung mancung Ranitha. Membuat Ranitha ikut melengkungkan sudut bibirnya.
"Iya, sayang. Kalau gitu, mas keluar dulu ya. Kamu istirahat lagi aja, kalau ada apa - apa hubungin mas." pesan Fathur sebelum akhirnya keluar dari kamar hotel yang ditempatinya dengan Ranitha.
Fathur menepati ucapannya. Mengobrol dengan Arsya tentang rencana kepindahannya ke Indonesia bersama Alisya. Juga sedikit bernostalgia tentang kuliah dulu.
"Katanya Bagas juga satu tempat kerja juga sama bang Fathur ya?" tanya Arsya sembari menyesap kopinya. Fathur menganggukkan kepalanya.
"Iya, sekarang jadi spesialis jantung." jawab Fathur. Bagas Irawan, salah satu sahabat karib Fathur dan Arsya. Mereka berkenalan di salah satu organisasi, hingga akhirnya masih berkomunikasi sampai sekarang. Bahkan satu tempat kerja dengan Fathur.
"Gimana nih? Dia udah nyantol ama cewek belom, bang? Miris banget dari dulu jomblo mulu hahaha." Tawa Arsya pecah mengingat bagaimana Bagas yang selalu gagal dalam hal percintaan.
"Banyak kok yang nyantol. Kan sekarang udah berubah gitu penampilannya. Cuma ya itu dia, orangnya belum mau serius. Masih bahagia dalam kesendirian katanya." jelas Fathur dengan senyum tipis. Arsya terkekeh mendengarnya.
"Takut ditolak lagi kaya waktu itu kali, bang. Inget ga waktu Bagas nembak Karina, wah itu paling mengenaskan sih." sahut Arsya sembari tertawa renyah. Fathur terkekeh, membenarkan ucapan Arsya.
Obrolan mereka terus berlanjut. Entah membicarakan tentang pekerjaan, sampai membicarakan bagaimana pertemuan Fathur dengan Ranitha.
Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Arsya pun pamit lebih dulu untuk kembali kerumahnya karena Alisya berpesan untuk tidak terlalu lama.
Sedangkan Fathur memilih untuk tetap tinggal selama beberapa menit sembari menikmati kopinya yang tersisa sedikit.
"Fathur?" Seseorang memanggilnya, Fathur pun menoleh dan mendapati seorang wanita cantik berambut panjang yang berdiri disamping mejanya.
"Loh, Safira ya?" tanya Fathur, memastikan ingatannya tak salah. Wanita itu menganggukkan kepalanya sembari duduk dihadapan Fathur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi Seindah Mimpi✓
RandomMohon maaf kalau ada kesalahan kata karena masih dalam proses pembelajaran. Juga maaf kalau alur cerita yang mungkin kurang menarik karena inspirasi datang dari berbagai cara. Satu pinta author, jadilah pembaca yang bijak dan bisa mengambil setiap p...