NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!
◼️❤✨❤◼️
Setelah melaksanakan shalat tahajud dan berdzikir, Ranitha beralih untuk mengambil ponselnya yang tergeletak diatas ranjang.
Dia membuka aplikasi instagram dan sebuah notifikasi membuatnya menganga lebar.
Tunggu. Ya Allah, dia baru saja menyebutkan nama itu dalam doanya. Dan sekarang? Ranitha mengibaskan tangannya didepan wajah seolah mencari oksigen disekitarnya.
Nafasnya tiba - tiba memburu dan diiringi rasa tidak percaya.
Fathur mengikuti akun instagramnya!Bayangkan!
Akhirnya selama 5 tahun dia bersabar dan terus memanjatkan doa pada Allah, Allah mengabulkannya!
Rasanya senang bukan main saat diri terlihat nyata dihadapan sang idola.
Ranitha tersenyum manis lalu memejamkan matanya.Airmatanya tiba - tiba mengalir begitu saja saking senang dirinya. Dia bahkan sudah pasrah jika memang doanya itu hanya terkabul sebagian. Tapi Allah Maha Besar.
"Ya Allah, Ranitha nggak pernah seseneng ini. Terakhir kali waktu mas Fathur notice Ranitha tentang bukunya. Masya Allah." Ranitha langsung mengucap alhamdulillah berulang kali.
Ada rasa senang juga takut yang timbul bersamaan dalam dirinya. Takut dibully lebih tepatnya. Tapi yasudahlah. Apa boleh buat?
"Semoga ada jalan kalau memang Allah meridhoi." Gumam Ranitha seraya menatap foto Fathur yang ada dibelakang ponselnya.
Tak lama adzan shubuh berkumandang. Dengan segera Ranitha melaksanakan shalat, tak lupa berdzikir dan juga memanjatkan doa yang sudah ia ingat diluar kepala. Dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an.
Saat jam menunjukkan pukul setengah enam pagi, Ranitha sudah siap dengan pakaian santainya.
Hari ini dirinya tidak ada jadwal kemanapun. Hanya saja nanti siang dia akan ke cafe untuk mengontrol keadaaannya.
"Wihhh..mau dibantuin nggak mi?" tanya Ranitha setelah menemukan ibunya yang sedang menumis kangkung. Rastia tersenyum melihat anaknya yang semakin semangat setiap harinya.
"Boleh deh. Mending mbak Nitha goreng tempe aja." Jawab Rastia sembari menyalakan kompor. Ranitha mengangguk.
"Siap laksanakan." Acara memasak pun selesai saat jam menunjukkan pukul enam pagi.
Kebetulan hari ini adalah hari senin. Alhasil semua orang akan berangkat lebih pagi dari biasanya. Terbukti Randi dan Raharja yang sudah duduk manis di kursi meja makan dan menanti mereka.
"Yuk sarapan!" ucap Randi dengan semangat. Rastia hanya tersenyum lalu mengambilkan nasi untuk Raharja dan Randi. Ranitha pun memilih untuk mengambil sendiri karena kebiasaannya.
"Jadi mbak Nitha sama mas Fathur kaya gimana tuh?" Pertanyaan Randi membuat Ranitha tersedak dan langsung meminum airnya. Membuat Rastia sontak mengelus punggungnya dengan lembut.
"Apaan sih. Emang kita gimana?" Tanya Ranitha balik. Kesal. Ya Allah, pasti pipinya sudah sangat merah mendengar nama Fathur yang disebut. Itu membuatnya semakin berharap tinggi!
"Ya kirain mbak sama mas Fathur udah teleponan kek apa kek. Ya kan pi?" Raharja meresponnya dengan anggukan dan membuat Ranitha menghela nafasnya pelan lalu menggeleng tak peduli. Tidak akan ada habisnya merespon Randi yang terus menggodanya.
"Serah deh." Randi tersenyum penuh kemenangan karena berhasil menggoda kakaknya itu. Dia tahu, Ranitha itu sangat mengagumi Fathur.
Dan kesempatan kemarin adalah hal tak terduga, bahkan bisa dibilang keajaiban dari Allah untuk Ranitha.
"Mbak anterin aku sekolah yuk!" ucap Randi setelah lama hening. Ranitha meliriknya curiga. Randi menggeleng pelan pertanda ia tak punya maksud apapun.
"Nggak mbak. Kan aku belum sembuh banget. Masa gamau." Randi mempoutkan bibirnya cemberut dan Ranitha langsung melotot melihatnya. Geli.
"Iya deh. Tapi baliknya sendiri ya. Mbak ada urusan." Ucap Ranitha yang langsung diangguki oleh Randi. Setidaknya dia tidak harus bawa motor. Masalah pulang, itu bisa diatur dengan minta tebengan dengan teman sekelasnya. Atau bisa juga memakai ojek online.
"Ish baik banget deh. Makasih kakak aku yang paling cantik." Randi tersenyum seimut mungkin membuat Ranitha memutar bola matanya malas.
"Dih geli."
Jam 6.15, Ranitha dan Randi pun berangkat menuju sekolah. Jalanan lumayan ramai. Namun untungnya mereka bisa sampai disekolah tepat pukul tujuh kurang lima belas menit, sebelum gerbang sekolah ditutup.
"Dah mbak! Makasih! Assalamu'alaikum!" Randi langsung keluar dari mobil setelah berpamitan pada Ranitha tentunya. Ranitha hanya tersenyum.
"Wa'alaikumsalam." Setelahnya mobil Ranitha kembali memasuki jalan raya untuk bergegas pulang dan membantu Rastia untuk membersihkan rumah.
Namun ditengah perjalanan, dia melihat sebuah gerobak yang menjajakan bubur kacang hijau.
Rasanya sudah lama dia tidak merasakan bubur tersebut. Tanpa fikir panjang, Ranitha menghentikan mobilnya.
" Mang, mau 1 ya. Tapi ketan hitamnya aja." Ucap Ranitha pada sang penjual. Sang penjual yang ternyata seorang kakek tersenyum dan mengangguk.
"Iya neng. Duduk dulu ya. Makan disini kan?" tanya kakek tersebut. Ranitha mengangguk seraya membalas senyuman ramah kakek itu.
"Iya disini." Tanpa berkata apapun lagi, Ranitha langsung duduk disebuah bangku yang hanya tersisa dua lagi itu. Karena 4 bangku lainnya sudah terisi. Jadi dia tidak kebagian meja dan hanya mendapatkan kursi plastik berwarna merah itu.
"Ranitha?" Sedang asyiknya memainkan permainan diponselnya, Ranitha langsung mendongak saat mendengar seseorang yang memanggilnya.
Lagi, matanya harus melotot begitu melihat lelaki yang kini memakai kaos polo dan celana jeans panjangnya.
"Dokter Fathur?" Ya Fathur. Lelaki itu langsung mendudukkan dirinya disamping Ranitha. Ranitha sontak menegang dan meletakkan ponselnya dipangkuan.
"Lagi pesen juga?" Ranitha langsung mengangguk pertanda jawaban. Fathur pun tersenyum paham.
"Emm..dokter nggak kerja?" Tanya Ranitha setelah memberanikan diri untuk terlihat biasa saja didepan Fathur. Bertepatan dengan itu, bubur pesanan mereka datang.
"Ini teh pacarnya mas Fathur toh? Pantesan kok kaya mirip. Jodoh mah nggak kemana atuh ya, neng." Ucapan kakek penjual itu sontak membuat Ranitha melotot sekaligus malu.
Dia menggeleng cepat karena suara kakek itu membuat orang - orang disekitar mereka langsung melempar tatapan aneh padanya.
"Doain aja mang." Kini tatapan cengo Ranitha beralih pada Fathur yang sedang tersenyum kearahnya. Ranitha langsung menggeleng pelan.
"Astagfirullah, godaannya besar banget." Gumam Ranitha seraya menatap buburnya tanpa mempedulikan ucapan Fathur dan kakek itu lagi.
Jantungnya sudah terpompa lebih cepat sejak tadi. Lelah rasanya deg - degan seperti ini.
"Saya belum jawab pertanyaan kamu kan?" Ranitha terpaksa mendongak dan menatap lelaki itu lagi. Kepalanya mengangguk dengan mulut yang masih mengunyah bubur ketan hitam pesanannya.
"Saya lagi libur nih. Dan kebetulan nggak ada kerjaan dirumah. Kamu mau jalan sama saya?" Pertanyaan macam apa itu!
Ranitha langsung tersedak mendengarnya, terhitung dua kali dia tersedak pagi ini. Untung saja dia membawa air minum, Fathur pun tampak khawatir menatapnya.
"Jalan sama dokter? Serius?!"
◼️❤✨❤◼️
Typo?
Mohon dimaklumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi Seindah Mimpi✓
RandomMohon maaf kalau ada kesalahan kata karena masih dalam proses pembelajaran. Juga maaf kalau alur cerita yang mungkin kurang menarik karena inspirasi datang dari berbagai cara. Satu pinta author, jadilah pembaca yang bijak dan bisa mengambil setiap p...