19.CASM : Penculikan Ranitha

441 43 1
                                    

NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.

TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!

◼️❤✨❤◼️

Satu bulan untuk waktu saling mengenal rasanya sudah cukup. Ranitha bersyukur selama satu bulan ini dia bisa mengenal Fathur lebih jauh, begitupun sebaliknya.

Dan selama itu juga sudah banyak yang tahu jika dirinya adalah calon istri Fathur.

Termasuk para tenaga medis di Rumah Sakit tempat Fathur bekerja. Karena saat itu Fathur mengenalkannya pada orang - orang.

Mengenalkannya sebagai calon istri Fathur yang memang benar adanya. Dan Ranitha bersyukur akan beberapa respon positif dari orang - orang.

Meskipun ada beberapa yang sempat menghujatnya lewat media sosial, tapi Ranitha berusaha tidak peduli.

Apalagi tidak jarang banyak yang mengirimi pesan kebencian padanya, tapi Ranitha hanya menganggapnya sebagai ujian saja.

Tadi, Ranitha mendapat telepon dari Fathur. Pria itu mengajaknya untuk makan siang bersama. Tapi dengan rasa menyesalnya, Ranitha mengatakan jika ia tidak bisa.

Dia harus mengecek pembangunan cafe cabang ketiganya. Untunglah Fathur mengiyakan dan memaklumi.

Dan Fathur khawatir bukan main. Ini sudah pukul tujuh malam dan dia baru saja mendapatkan telepon dari orangtua Ranitha jika Ranitha belum pulang.

Ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Kemana gadis itu? Ya Allah, Fathur jadi menyesal tak menemani Ranitha. Apa terjadi sesuatu pada Ranitha?

Fathur pun memutuskan untuk pergi ke rumah Ranitha, bertanya tentng keadaan yang sesungguhnya pada orangtua gadis itu apa yang terjadi sebenarnya.

Untung saja pasien hari ini tidak begitu banyak dan tidak banyak juga urusan yang harus ia selesaikan.

"Assalamu'alaikum." Fathur menyalimi Raharja dan Rastia yang sedang mondar - mandir didepan pintu rumahnya. Randi pun tampak sibuk menelepon yang entah siapa yang diteleponnya.

"Wa'alaikumsalam. Kamu nggak tau Nitha kemana nak?" tanya Rastia dengan nada cemasnya. Fathur menghela nafasnya pelan.

"Saya cuman tau kalau Ranitha mau ngecek cabang cafenya tan. Dan itupun terakhir dia ngabarin saya jam dua siang." Jawab Fathur tanpa melebihkan. Raharja dan Rastia saling bertatapan.

"Gada yang tau kemana mbak Nitha, pi." Ucap Randi menimpali setelah dia menelepon beberapa teman dekat Ranitha. Fathur menunduk khawatir bukan main.

"Aduh, om jadi khawatir ini. Kemana lagi Nitha, nggak biasanya dia nggak ngasih kabar gini kalau mau pulang telat. Temen - temennya juga nggak tau Nitha kemana." Ucap Raharja sembari mengusap wajahnya kasar. Fathur benar - benar semakin khawatir.

"Apa Nitha diculik? Ya Allah pi gimana ini." Kepanikan Rastia kian menjadi dan ketiga lelaki diantaranya itu semakin panik dan khawatir.

"Doain aja yang baik mi. Semoga Nitha cuman pulang telat doang." Raharja merangkul Rastia dan mengelus bahu istrinya itu berusaha menenangkan.

Hingga sebuah pesan masuk ke ponsel Fathur membuat Fathur mengalihkan pandangannya.

Dari seseorang tak dikenal.

Hallo dokter Fathur. Ini saya Aulia. Dokter tentu kenal saya, apalagi perempuan yang waktu itu dokter perkenalkan di rumah sakit, Ranitha Jaya Azzahra, si pengusaha muda yang sukses itu. Kenapa dok? Lagi mencari Ranitha ya? Tenang dok. Dia aman bersama saya. Dia baik - baik saja untuk saat ini. Tapi belum tentu untuk satu jam kedepan kalau dokter tidak datang menyelamatkannya. Bisa jadi dia akan koma atau bahkan tinggal nama? Sepertinya itu akan menyenangkan. Kalau dokter mau Ranitha baik - baik saja dan tetap aman, maka datang ke gedung tua didekat cafe baru milik Ranitha. Ingat, jangan membawa polisi atau siapapun itu kalau dokter ingin dia tetap aman. Sampai jumpa, dokter Fathur tercinta.

Fathur mengeraskan rahangnya membaca pesan itu. Yang mengiriminya pesan adalah Aulia, mengatakan jika Ranitha ada ditangannya. Gadis itu benar diculik dan Fathur berusaha untuk menahan emosinya disana.

"Kenapa Thur?" tanya Raharja saat melihat Fathur yang mengepalkan tangannya emosi.

"Ranitha diculik, om, tante. Saya udah tau tempatnya dimana." Raharja dan Rastia kompak melotot sedangkan Randi nafasnya mulai tak beraturan.

"Yaudah ayo kesana." Fathur langsung menahan langkah Raharja dan Rastia. Dia menggeleng pelan membuat Raharja menatapnya bingung.

"Nggak usah om, tante. Biar saya yang urus. Karena orang yang nyulik Ranitha itu pinter mainnya. Biar Randi aja yang ikut sama saya. Om sama tante dirumah aja ya." Randi mengangguk setuju mendengar penuturan Fathur.

"Udah mi, pi. Turutin aja. Bahaya kalau mami papi ikut, jangan sampai jadi boomerang buat kita." Rastia dan Raharja pun menganggukan kepala mereka.

"Yaudah, tapi kami mohon, bawa Ranitha kembali ya." Fathur dan Randi menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Rastia.

"Pasti mi. Kalau gitu kita pamit dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Fathur segera mengendarai mobilnya menuju tempat yang Aulia beritahu itu. Jelas saja dia khawatir akan Ranitha.

Dia tahu Aulia itu adalah salah satu perempuan yang terobsesi padanya. Setiap saat gadis berprofesi perawat itu selalu berusaha mencuri perhatiannya.

"Emang siapa yang nyulik mbak Nitha, mas?" tanya Randi penasaran. Fathur menghela nafasnya pelan.

"Aulia, salah satu suster di rumah sakit. Dia itu terobsesi banget sama saya. Tapi ya saya mana mau sama dia yang ternyata suka ngegodain dokter lain." Jawaban Fathur tidak membuat rasa penasaran Randi berkurang.

"Oiya? Terus ngapain dia nyulik mbak Nitha?" tanya Randi lagi. Fathur menghela nafasnya untuk kesekian kalinya.

"Hampir semua orang udah tau kalau Ranitha itu calon istri saya. Termasuk Aulia. Dia pasti bakal ngelakuin hal yang diluar nalar buat ngancem Ranitha untuk batalin pernikahan kami. Emang banyak yang suka sama Ranitha, tapi nggak sedikit juga yang ngancem Ranitha untuk ngejauhin saya." Jawab Fathur tanpa menatap Randi yang akhirnya menghela nafas.

"Mbak Nitha emang gitu kok mas. Dia tau banyak yang nggak suka sama dia, tapi nggak pernah sekalipun mbak Nitha cerita masalah itu. Mau ke Randi, mami ataupun papi. Termasuk sahabat terdekatnya. Dia kayanya lebih nyaman buat nangis di sepertiga malamnya atau nulis di buku hariannya. Itu yang buat kami juga rada khawatir waktu tau kalau mas Fathur emang beneran serius sama mbak Nitha. Nggak nentang sih, cuman rada takut aja gitu mas. Mas paham kan maksudnya?" Penjelasan Randi mendapatkan anggukan dari Fathur. Fathur paham, ketakutannya juga akhirnya terjadi.

"Tapi tenang aja Ran. Kita berdoa semoga Allah selalu melindungi Ranitha dimanapun dia berada. Insya Allah Ranitha akan aman." Fathur sedikit menyunggingkan senyumnya dan Randi mengamini ucapan Fathur dalam hati.

"Oh iya. Tolong kamu telepon polisi dan kirim alamat yang ada di hape saya. Suruh dateng lima belas menit dari sekarang. Saya nggak bodoh untuk nyuruh polisi datang sekarang karena ancaman Aulia yang bisa jadi akan melakukan hal diluar nalar pada Ranitha." Ucap Fathur sembari memberikan ponselnya pada Randi. Randi menerimanya dan segera melakukan apa yang Fathur perintahkan.

"Udah mas." Randi mengulurkan ponsel Fathur lagi setelah selesai menelepon polisi dan menjelaskan duduk permasalahannya.

"Alhamdulillah, semoga Ranitha baik - baik aja ya." Lagi, Randi hanya mengamini.

Randi hanya bisa berdoa agar kakak kesayangannya itu baik - baik saja. Semoga mereka belum terlambat.

◼️❤✨❤◼️

Typo?

Mohon dimaklumi.

Cinta Abadi Seindah Mimpi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang