10.CASM : Fathur Kagum?

450 43 1
                                    

NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.

TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!

◼️❤✨❤◼️

Ranitha menatap pantulan cerminnya sekali lagi. Bibir merahnya membentuk lekukan senyum manis.

Kaos polos berwarna abu - abu, rok panjang yang melebar berwarna pink, blazer selutut yang senada dengan roknya. Juga hijab berwarna abu - abu bercorak bunga yang menutup dadanya semakin melengkapi penampilan sempurnanya.

Setelah memasukkan dompet, ponsel dan mukena kedalam tas punggungnya, Ranitha beranjak untuk keluar kamarnya karena Fathur sudah menunggunya sejak lima menit yang lalu. Tangannya mulai dingin dan jantungnya kian berdetak kencang.

"Nah kan yang ditunggu udah dateng." Suara milik Rastia terdengar menggema di gendang telinga Ranitha.

Fathur dan Randi yang sedang mengobrol tentang kedokteran pun langsung mendongak menatap Ranitha yang meringis malu.

"Dih pantesan lama, dandan dulu nih." Ledek Randi yang langsung dibalas dengusan kesal oleh Ranitha.

Fathur mengulum senyum melihat wajah cantik natural gadis itu. tidak berlebihan namun sempurna. Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

"Wajar dong, Ran. Udah jangan godain kakaknya mulu. Kasian tuh malu." Tegur Rastia pada Randi. Ranitha langsung meluruhkan bahunya dan menundukkan kepala.

"Yaudah tante, saya pamit bawa Ranitha dulu ya." ucap Fathur tak mau membuang waktu lagi. Rastia menganggukkan kepalanya lalu membiarkan Fathur dan Ranitha menyalimi tangannya.

"Hati - hati ya nak Fathur. Jagain anak gadisnya tante. Apalagi jantungnya yang pasti udah deg - degan gitu." Pesan Rastia. Ranitha menatap ibunya sedikit malas. Sedangkan Fathur menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

"Iya tan. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Dan tiga menit kemudian, mobil Fathur sudah mulai memasuki jalanan untuk mengarah pada suatu tempat yang sampai sekarang Ranitha tidak tahu kemana?

Karena sampai sekarang Ranitha masih terkagum akan ketampanan lelaki yang sedang fokus menyetir disampingnya.

Fathur bukanlah seorang lelaki yang terlalu ribet dalam berpakaian sehari - hari. Dia tampak nyaman meskipun hanya mengenakan celana panjang warna hitam dan kemeja santai berwarna biru dongker yang melapisi kaos putihnya.

"Kenapa diliatin, Ran?" tanya Fathur seraya membelokkan kemudinya. Ranitha yang mendengarnya langsung gelagapan dan membuang muka. Merutuki kebodohannya yang teramat sangat.

"Eung..nggak apa - apa mas." Pipi Ranitha memerah lagi begitu memanggil Fathur dengan panggilan tersebut. Dadanya bergemuruh dan Ranitha ingin sekali berteriak tidak jelas.

"Hari ini saya mau ajak kamu ketemu sama anak - anak jalanan. Kamu keberatan?" tanya Fathur lalu menginjak remnya saat lampu merah menunjukkan cahayanya. Kepalanya menoleh menatap Ranitha yang menatapnya juga.

"Anak jalanan, mas? Alhamdulillah, mau mas. Udah lama Nitha ingin banget ketemu sama anak - anak gitu, cuman Nitha belum ada kesempatan untuk kesana." Jawab Ranitha dengan mata berbinar. Senyumnya mengembang, membuat Fathur ikut membentuk senyum khasnya.

"Syukurlah kalau gitu. Anak - anaknya baik kok. Pinter lagi. Mereka pasti suka sama kamu." ucap Fathur meyakinkan. Ranitha hanya tersenyum lalu mengangguk pelan.

Hening melanda dan tak lama Fathur pun menginjak pedal gasnya lagi dan mulai membelah jalanan lagi. Ranitha yang sibuk menatap keluar jendela, begitupun Fathur yang fokus pada jalanan yang cukup lengang.

"Mas, boleh berhenti sebentar?" Sontak Fathur menghentikan mobilnya ke samping kiri. Untung saja sedang tidak ramai. Sontak kepalanya menoleh pada Ranitha yang membuka sabuk pengamannya.

"Mau kemana? Kita belum sampai." Ucap Fathur dan dijawab senyuman manis oleh gadis itu.

"Bentar ya mas. Nggak lama kok." Ranitha turun dari mobil dan melangkah kebelakang.

Fathur langsung ikut turun dan mengikuti langkah Ranitha yang ternyata menghampiri seorang kakek tua yang menjual aneka cemilan itu.

Fathur melihat Ranitha yang berjongkok dihadapan sang kakek yang tampak sakit itu.

Kakek tua itu menatap Ranitha dengan berbinar dengan tangan kiri yang memegang tongkat kesayangannya yang tampak harus diganti.

"Ran.." Ranitha mendongak lalu tersenyum menatap Fathur yang berdiri disampingnya. Setelahnya lelaki itu berjongkok.

"Assalamu'alaikum, kek." Ucap Fathur seraya menyalimi tangan pria tua bangka itu. Kakek tua berpakaian lusuh itu tersenyum ramah padanya.

"Wa'alaikumsalam, nak. Mau beli dagangannya kakek juga toh?" tanya kakek itu. Fathur menatap Ranitha yang sedang menatap keduanya bergantian.

"Kek, biar saya yang beli ya. Satunya berapaan kek?" tanya Ranitha sembari mengambil sebungkus camilan berisi keripik singkong itu.

"Sepuluh ribu saja, nak. Kakek ndak ambil untung apa - apa. Kakek cuman ingin kerja supaya nggak buang waktu buat tidur dirumah." Jawaban sang kakek membuat Ranitha menatap Fathur yang kini mulai tersenyum penuh makna.

"Masya Allah, semoga kakek sehat terus ya kek." Fathur menepuk pelan pundak ringkih pria tua itu.

"Aamiin. Kalian juga semoga berjodoh ya. Cocok loh." Ranitha langsung diam mendengarnya. Dia menggigit bibir bawahnya lalu mengamini ucapan kakek tua itu dalam hati.

"Emm..yaudah kek, saya beli semuanya ya." ucap Ranitha mengalihkan karena Fathur yang masih tersenyum kearah mereka. Sang kakek tampak mengembangkan senyumannya.

"Sisanya sepuluh bungkus lagi ya, nak." Sang kakek membuka kresek putih lalu memasukkan bingkisan itu kedalamnya. Tentu saja Ranitha dan Fathur membantunya.

"Ini uangnya kek. Semoga berkah dan insya Allah halal." Ranitha mengulurkan tiga lembar uang seratus ribu pada kakek itu.

"Ya Allah, nak. Banyak banget toh." Sang kakek mengulurkan dua lembar seratus ribunya pada Ranitha yang langsung ia jawab dengan gelengan.

"Gapapa kek. Itu rezeki kakek dari Allah. Terima ya kek." Ranitha tersenyum menatap ekspresi bahagia kakek itu. Fathur yang melihatnya ikut tersenyum. Gadis baik.

"Alhamdulillah, makasih nak. Makasih. Semoga rezeki kamu makin lancar. Sehat selalu." Ranitha dan Fathur mengamininya dengan segera.

"Aamiin kek. Kalau gitu, kami berdua pamit dulu ya kek. Kakek hati - hati." Ucap Fathur pamit lalu menyalimi kakek itu bergantian dengan Ranitha.

"Hati - hati ya nak." Kakek itu menunjukkan senyum manisnya lagi pada keduanya. Ranitha dan Fathur mengangguk lalu berdiri.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Ranitha dan Fathur mendudukkan dirinya lagi didalam mobil. Setelah memasang sabuk pengaman dan meletakkan cemilan itu di jok belakang, Fathur kembali mengemudikan mobilnya kearah tempat tujuannya.

"Kenapa kamu mau ngelakuin hal tadi, Ran?" tanya Fathur, Ranitha menoleh dan menatap Fathur. Dia tersenyum lalu menghela nafasnya.

"Nggak ada alasan berarti. Hanya ingin membantu sesama muslim, mas. Karena Nitha pernah kecewa dulu belum bisa ngelakuin itu. Alhamdulillah Allah kasih kesempatannya tadi. Lagipula, ya itu rezeki kakeknya juga. Dia udah sabar dan kerja keras untuk menghidupi dirinya dan keluarganya."

Jawaban simpel namun berbobot itu membuat Fathur mengembangkan senyum kagumnya pada Ranitha. Gadis spesial.

◼️❤✨❤◼️

Typo?

Mohon dimaklumi.

Cinta Abadi Seindah Mimpi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang