29.CASM : Pembicaraan Malam

440 36 2
                                    

NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.

TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!

◼️❤✨❤◼️

Ranitha menggeliat kecil saat merasakan tubuhnya melayang karena diangkat oleh seseorang.

Dalam tidurnya, ia dapat mencium wangi khas seseorang yang membuatnya uring - uringan seharian ini. Fathur.

Seingatnya, dia tadi sedang tadarus selepas shalat tahajud. Mungkin karena dia tahajud saat pukul setengah dua dini hari, jadi dia masih mengantuk dan tidak sadar hingga terlelap dengan posisi terduduk.

Ranitha melenguh kecil lalu membuka matanya saat tubuhnya dibaringkan diatas ranjang.

Benar apa katanya, Fathur yang menggendongnya. Pria itu duduk disamping Ranitha yang kini menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa tahajudnya jam segini?" tanya Fathur pelan sembari merapikan anak rambut Ranitha.

Ranitha pun bangkit dari tidurnya dan menatap Fathur. Seharian Fathur mendiaminya, berbicara dengan irit. Bahkan tidur tanpa memeluknya. Ya Allah, Ranitha tersiksa untuk itu.

"Mas masih marah sama Nitha?" Ranitha tidak menjawab pertanyaan Fathur dan malah balik bertanya. Fathur menghela nafasnya panjang.

"Mas, Nitha minta maaf. Nitha tau mas marah karena syal itu. Tapi Nitha nggak tau kalau mas sampai marah segininya, bahkan sampai nggak meluk Nitha waktu tidur." ucap Ranitha lalu menggigit bibir bawahnya lagi.

Jangan lupakan waktu yang menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Masa bodoh, yang penting Ranitha harus membereskan kesalahpahaman ini secepatnya.

"Apa mas tau segimana takutnya Nitha? Allah nggak akan nerima ibadah seorang istri yang membuat suaminya marah. Mas tau itu kan? Bahkan setiap langkah Ranitha pun mungkin nggak diridhoi Allah karena mas yang lagi marah sama Nitha." Suara Ranitha mulai bergetar dan Fathur menatapnya.

Ya Allah, Ranitha bahkan memikirkan itu disaat Ranitha yang sebenarnya tidak salah apapun.

"Nitha minta maaf kalau mas marah karena hal itu. Tapi apa Nitha nggak ada kesempatan buat ngejelasin yang sebenarnya terjadi termasuk semua makna isi surat itu?" tanya Ranitha pelan.

Fathur membuang nafasnya lalu mengulurkan tangannya untuk menghapus airmata Ranitha yang mengalir. Ranitha diam.

"Mas yang minta maaf." Ranitha terpejam saat dahinya dikecup cukup lama oleh Fathur. Bahagianya dia.

"Mas nggak suka dengan surat itu yang secara terang - terangan ngasih tau mas kalau ada lelaki lain yang juga mencintai kamu, istri mas." Jelas Fathur. Ranitha menatap Fathur dengan tatapan tak mengerti.

"Mas cemburu, sayang." ucap Fathur pelan. Ranitha pun langsung memeluk tubuh Fathur. Fathur pun mengelus rambut panjang istrinya dan membiarkan Ranitha terisak dibahunya.

"Nitha nggak suka dicuekin. Nitha nggak suka mas diemin. Nitha takut Allah marah sama Nitha karena mas juga marah sama Nitha." Ranitha membuka suara di sela tangisannya. Fathur pun mengelus punggung Ranitha.

"Maaf, sayang. Maafin mas." Bisik Fathur berulang kali. Dia sebenarnya tidak benar - benar marah pada istrinya itu. Dia hanya sedang mendiami Ranitha.

"Mas harus dengerin penjelasan Nitha." Ucap Ranitha setelah melepaskan pelukannya dan menatap Fathur yang kini mengusap wajahnya yang basah karena airmata.

"Nggak usah, sayang. Ini bukan salah kamu." kata Fathur. Ranitha pun menggelengkan kepalanya dan mengenggam tangan Fathur.

"Nggak, Nitha mau jelasin ini mas. Nitha udah tau siapa yang ngirimnya. Itu Satya. Cuman Satya yang pernah Nitha pinjem syalnya waktu perjalanan study tour ke Jakarta waktu itu. Dan cuman dia yang nyakitin perasaan Nitha saat itu. Nitha juga nggak nyangka Satya akan berubah segininya sampai ngirim surat yang isinya kaya gitu." Fathur pun menyimak dengan hati yang mulai panas. Sedangkan Ranitha menatap serius pada Fathur.

"Tapi mas tau dan mas bisa ngerasain sendiri, Nitha cuman cinta sama mas. Nitha udah mati - matian dapetin seorang Fathur, apa Nitha akan dengan bodohnya ngelepasin mas gitu aja? Nggak akan pernah, mas. Nitha cuman cinta sama mas. Kemarin, sekarang, besok dan sampai ajal menjemput. Cuman mas Fathur yang ada dihati Nitha. Apa mas masih ngeraguin itu?" Ranitha menatap Fathur dengan tatapan menuntut. Fathur pun menggeleng kecil.

"Maafin mas. Mas cuman takut kalau pada akhirnya kamu masih cinta sama dia dan akan ngelakuin hal diluar dugaan." Fathur berucap pelan. Ranitha menghela nafasnya panjang.

"Itu nggak akan pernah terjadi. Kalaupun itu terjadi, sekarang Nitha nggak mungkin disini. Nitha pasti udah nerima lamaran dia saat itu dan menolak lamaran mas. Mas, Nitha nggak bodoh untuk tetap cinta sama lelaki labil nggak berpendirian kaya dia. Dari Nitha tahu ada seseorang bernama Fathur , hati Nitha udah milik mas sepenuhnya. Jadi tolong, jangan pernah raguin perasaan Nitha lagi, mas." Ranitha menatap Fathur dengan tatapan melemah. Sedangkan Fathur langsung terpejam.

"Maafin mas yang masih termakan cemburu. Maafin mas yang bahkan nggak mikirin perasaan kamu. Mas bener - bener takut kamu berubah. Mas minta maaf, sayang." Fathur memeluk erat tubuh Ranitha. Ranitha pun tersenyum.

"Nggak akan pernah terjadi. Kita ditakdirkan bersama untuk bahagia. Jangan pernah mikir macem - macem lagi ya. Nitha sedih." Fathur menganggukkan kepalanya dan mengecup puncak kepala Ranitha berulang kali.

"Maaf, sayang." Ranitha pun mengelus punggung Fathur. Dia lega, akhirnya semuanya bisa dijelaskan setelah ia memikirkan masalah ini semalaman dan memilih untuk shalat tahajud lebih dulu.

"Sebenernya mas nggak bener - bener marah sama kamu, mas cuman diemin kamu doang karena cemburu ada yang belum bisa ngelepasin kamu yang udah jadi milik mas." Ucap Fathur setelah bisa menatap Ranitha lagi. Ranitha menahan nafasnya sebentar.

"Dan mas berhasil buat Nitha uring - uringan karena cemburu itu. Mas nggak tau rasanya dicuekin. Mas nggak tau rasanya didiemin. Mas nggak tau gimana nggak nyenyaknya waktu tidur karena nggak dipeluk." Balas Ranitha dengan nada merajuk. Fathur tersenyum lalu mengecup pipi Ranitha membuat Ranitha diam dibuatnya.

"Maaf ya, sayangku. Janji nggak akan gitu lagi." Ranitha pun mengangguk kecil dan memeluk Fathur lagi. Seolah ingin menebus kesalahannya yang membuatnya tidak bisa memeluk Fathur semalaman.

Pelukan Fathur adalah segalanya. Yang membuatnya nyaman dan begitu tenang dalam menghadapi masalah apapun.

Sebenarnya kesalahpahaman mereka itu hanyalah sebatas cemburu saja. Tapi entah kenapa begitu banyak yang berusaha membuat mereka berpisah. Seolah memang tak setuju mereka bersama. Padahal semesta sudah merestuinya.

Fathur dan Ranitha hanya bisa berdoa kepada Allah agar mereka bisa saling menguatkan dan bisa bertahan sampai ajal yang memisahkan.

Mereka yakin, bisa melewati rintangan tersebut bersama. Hanya perlu saling percaya dan mau mendengarkan, maka satu persatu kesalahpahaman dan masalah akan hilang.

Sejujurnya Fathur heran, kenapa dia bisa menjadi cemburuan dan posesif seperti ini? Dia selalu takut begitu tahu lelaki yang pernah mengisi hati istrinya itu berusaha keras untuk mendapati istrinya dengan berbagai cara.

Intinya cemburu boleh, asal jangan berlebihan karena itu tidak baik. Fathur akan berusaha mengontrol dirinya yang entah kenapa bisa mudah cemburu.

◼️❤✨❤◼️

Typo?

Mohon dimaklumi.

Cinta Abadi Seindah Mimpi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang